Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Mencari Koper
"Ngobrol gimana maksudnya? Kamu kalau ngomong jangan sembarangan lo le," sahut Bu Aminah dengan volume suara lebih tinggi.
"Ya ngobrol omong-omongan, Mak. La gimana lagi, wong aku sama Jaka baru masuk kelas saja dia nya sudah berdiri di pojok belakang kelas. Kalau aku gak segera bertindak bisa takut terus, Mak. Makanya pulang sekolah tadi tak jak ngobrol, mau nya dia itu apa. La daripada neror terus lo," terang Supri yang membuat Emak nya jadi was-was.
"Bisa-bisanya itu hantu kok sampai muncul di kelasmu to le?" buru wanita paruh baya itu.
"Kayaknya memang sengaja ngikuti aku, Mak," ucap si gembul yang membuat Emak nya jadi merinding.
"La apa urusannya dia ngikuti kamu? Emak kok jadi takut malahan," kata Bu Aminah jujur.
"Dia pingin komunikasi dan minta tolong sama aku, Mak," ujar bocah bertubuh gemuk itu apa adanya.
"Minta tolong opo? Jangan mau, Emak gak setuju kalau kamu ada hubungan dengan makhluk begituan. Bisa tambah runyam nanti," tukas wanita paruh baya tersebut.
"Ya jangan begitulah, Maak. Kasihan dia. Selama kita bisa bantu apa salahnya kita bantu. Daripada dia neror kita terus lo," Supri berusaha memberi pengertian pada Emak nya.
"La dia nya minta tolong apa sama kamu?" lanjut Bu Aminah.
"Dia minta tolong supaya kita nemukan kopernya dia trus memberitahu Emak nya kalau dia sudah meninggal," terang si gembul.
"Koper?" pikiran wanita paruh baya itu bertanya-tanya.
"Iya, Mak. Ternyata dia itu TKW di Hongkong trus mau pulang kampung tanpa memberi kabar keluarganya terlebih dahulu. Pinginnya memberi kejutan ke keluarganya tapi malah hidupnya berakhir dengan tragis."
Suasana menjadi hening karena obrolan antara Bu Aminah dan Emak nya terhenti sejenak.
"La nyari kopernya trus dimana le?" tanya wanita paruh baya itu yang melanjutkan kegiatannya memotong daun kenikir.
"Katanya Mbak Murni dikubur sama pelaku di area hutan, Mak. Tapi area hutan yang bagian mana belum jelas, soalnya Mbak Murni nangis lagi trus ngilang begitu saja," balas Supri.
"Jadi namanya Murni?" lanjut Bu Aminah.
"Iyo, Mak."
"Kalian ini sedang mbahas apa to? Kok sepertinya seru," tanya Pak Bedjo yang tiba-tiba juga muncul dari pintu belakang rumah, yang kemudian menuang air putih ke gelas karena memang haus.
"Monggo Bu Aminah, anda jelaskan pada suami anda," untuk kesekian kalinya si gembul menggoda Emak nya.
"Bibirmu nanti tak kucir lo le," sungut wanita paruh baya itu.
"La aku yo kesel to Mak, masa' harus ngulang crita ke 3 orang. Jaka tanya, Emak tanya, trus sekarang Bapak. Biar ada keseimbangan ya Emak saja yang crita," Supri adu argumen dengan Emak nya.
Sekalipun gemes dengan omongan anaknya, lagi-lagi Bu Aminah nurut saja.
"La gitu lo le. Kalau ada masalah apa-apa itu crita. Apalagi ini ada hubungannya dengan kasus pembunuhan. Kalau kamu bertindak sendiri bisa bahaya," kata Pak Bedjo setelah dicritani istrinya.
"La terus nyari kopernya dimana le?" lanjut pria paruh baya itu.
"Ya nunggu Mbak Murninya muncul lagi, Pak. Kan gak mungkin kita ngubek-ngubek hutan seluas itu. Sampai kiamat juga belum tentu ketemu," untuk kesekian kalinya jawaban Supri dibumbui kalimat mbanyol.
"Lihaten Pak fotocopyanmu, omongannya jian... Untung ususnya Emak panjang," ucap Bu Aminah blak-blakan.
"Fotocopy gimana, Mak? Badan Supri segedhe gini kok hasil fotocopy. Yang namanya usus manusia dari dulu yo panjang, Mak," si gembul sengaja njarak Emak nya.
"Wes emboh le le," wanita paruh baya itu nyerah kalau disuruh debat dengan anaknya.
"Nanti kalau Mbak Murni nya sudah memberi petunjuk, kamu ngomong ke Bapak lo le, jangan bertindak sendiri," Pak Bedjo mengulangi pesannya lagi.
"Inggih, Pak... La dari kepolisian perkembangannya bagaimana, Pak?" tanya Supri sambil mencuci perkakas bekas makannya.
"Kalau dari kabar yang Bapak dengar, berdasarkan pemeriksaan sementara, jasad nya itu berjenis kelamin perempuan, usia nya sekitar 25 - 30 tahun. Trus sejak berita penemuan disebarluaskan ke publik hingga sekarang, masih belum ada yang merasa kehilangan anggota keluarga," terang pria paruh baya itu.
"Yo jelas gak ada yang merasa kehilangan anggota keluarga, wong Mbak Murni nya pulang dari Hongkong tanpa memberi kabar anggota keluarga nya terlebih dahulu," si gembul macak jadi detektif.
*
Minggu pagi jam 08.43...
Saat ini tampaklah Pak Rahmat, Pak Bedjo, Supri dan Jaka sedang berjalan menyusuri hutan menuju tempat kopernya Mbak Murni dikubur.
Dengan panduan Supri yang bisa melihat Mbak Murni menunjukkan jalannya, ke empat laki-laki itu pun sampai di lokasi setelah berjalan sekitar 1,5 jam.
Sesudah istirahat sebentar, Pak Bedjo dan Pak Rahmat yang membawa sekop dari rumah langsung menggali tanah, yang puluhan menit kemudian sekop kedua bapak itu pun terasa mengenai benda yang keras. Dengan segera mereka berhenti menggali menggunakan sekop.
"Sarung tangan, le" kata Pak Bedjo dengan menoleh pada anaknya.
Dengan sigap Supri pun mengambil 4 buah sarung tangan dari dalam tas kresek hitam yang dia bawa dari rumah. Dua buah untuk dipakai bapaknya, dua buah lagi untuk Pak Rahmat. Pak Bedjo memang sengaja mempunyai ide membawa sarung tangan, karena koper yang mereka cari bisa menjadi bukti pihak kepolisian dan mereka tidak mau sembarangan meninggalkan bekas sidik jari mereka di koper.
Sekarang ini terlihatlah kedua bapak itu mengorek tanah menggunakan tangan, yang tak lama kemudian tampaklah sebuah koper ukuran besar yang lumayan berat saat ditarik.
Tanggap dengan situasi, si gembul pun lalu mengambil beberapa karung dan tali rafia dari dalam tas kresek hitam. Adapun karung-karung itu sudah digunting di dua bagiannya hingga tampak menjadi lembaran persegi panjang yang cukup lebar.
Dengan segera, Pak Bedjo dan Pak Rahmat pun kemudian menyelimuti koper itu menggunakan beberapa karung yang diikat tali rafia hingga permukaannya tertutup semua. Kedua bapak itu sengaja berbuat demikian agar koper yang mereka bawa tidak menarik perhatian orang.
Saat ini giliran Jaka dan Supri yang menimbun bekas galian tadi. Setelah semuanya beres, Pak Bedjo dan Pak Rahmat mengangkut koper, sementara si Jaka dan Supri membawa sekop dan perkakas kecil lainnya yang dimasukkan di tas kresek hitam.
Tanpa mereka sadari, di kejauhan, tampak ada seorang pemuda yang sedang bersembunyi di balik rerimbunan pohon dan mengamati gerak-gerik mereka. Begitu kedua bapak dan kedua anak itu sudah meninggalkan tempat, dengan segera, pemuda itu pun keluar dari persembunyiannya dan melangkah melewati jalan yang berlawanan arah dari ke empat kaum adam tadi.
Dalam perjalanan pulang, kedua bapak itu berusaha menghindari berpapasan dengan orang karena mereka memang tidak ingin ditanya-ditanya perihal barang bawaan mereka yang terkesan mencurigakan.