“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 31
“Sudahkah kamu siapkan yang kuminta?” Tanya Daniel saat Zicko masuk ke ruang kerjanya.
“Sudah tuan.” Jawab Zicko.
“Bagus, bawa masuk semua ke kamarku.” Suruh Daniel.
“Baik tuan.” Sahut Zicko lalu beranjak pergi membawa tas di tangannya menuju kamar Danial di ikuti Daniel di belakannya.
Zicko meletakkan tas yang di bawanya tadi lalu membuka dan memperlihatkan isinya pada Danial.
Di dalam tas ada beberapa cat wajah, dan keperluan untuk menghias wajah lainnya. Daniel tersenyum melihatnya.
Akan dia gunakan itu untuk membuat wajahnya terlihat cacat, dia sudah lelah menjadi dua orang. Ini saatnya dia menjadi dirinya sendiri di depan Alika, namun sebagai suami yang buruk rupa.
Dia ingin lihat bagaimana ekspresi Alika saat melihatnya nanti dengan wajahnya yang cacat. Apakah Alika akan masih ingin menjadi istrinya, ataukah Alika akan berpaling darinya dan meminta untuk cerai darinya.
“Lalu bagaimana dengan anda yang sebagai Brian? Apa yang akan tuan katakan pada nyonya?” Tanya Zicko.
Dia ingin tahu apalagi rencana tuannya itu. Bagaimana, dan apa yang akan dia katakan pada Alika sebagai Brian. Dia harus di beritahu agar nanti jika nyonyanya bertanya dia akan tahu akan menjawab apa.
“Aku akan katakan kalau aku punya urusan dan harus keluar negeri untuk waktu yang lama.” Daniel mengutarakan rencananya.
Hanya itu satu-satunya cara agar dia bisa dengan leluasa menjadi dirinya sendiri sebagai Daniel tanpa dia harus menyamar lagi sebagai Brian.
“Seharusnya dari awal tuan tidak menyamar.” Kata Zicko.
Menurut Zicko, tuannya itu hanya merepotkan diri sendiri dan juga merepotkan dirinya.
Mendengar ucapan Zicko, Daniel melemparkan pandangan dinginnya, membuat Zicko menunduk takut.
Lagi pula penyamaran yang dia lakukan bukanlah tanpa sebab, semua itu karena dia ingin tahu sisi dari perempuan yang menjadi istrinya itu.
Dan, setelah empat bulan satu atap dengan Alika, Daniel jadi tahu jika Alika bukanlah perempuan yang mudah tergoda dengan wajah tampan.
Buktinya, Alika tidak menghiraukannya saat dia menyamar sebagai Brian, dan mas8h saja peduli pada dirinya yang menjadi Daniel meskipun dia sering kali bersikap dingin dan tak peduli pada Alika kalah menjadi Daniel.
Kali ini, dia akan menguji Alika di tahap selanjutnya saat dia memperlihatkan wajah cacat pada Alika. Apakah Alika masih bertahan atau akan menyerah pada pernikahannya.
“Kapan tuan akan mengatakan pada nyonya?” Tanya Zicko kapan Daniel akan memberitahu Alika jika dia yang sebagai Brian akan pergi keluar negeri.
“Malam ini.” Kata Daniel.
Dia harus secepatnya menjalankan rencana itu, karena dia sudah tidak sabar lagi ingin melihat bagaimana mimik wajah Alika saat melihat wajah cacat suaminya. Membayangkannya saja sudah membuat Daniel merasa senang.
......................
Malam yang di tunggu Brian pun tiba, dia menghampiri Alika saat perempuan itu tengah duduk asyik di sofa menonton televisi di ruang keluarga.
“Kakak ipar..” Panggil Brian membuat Alika menoleh ke belakang.
“Kalau kamu ingin membuatku kesal tidak usah kemari. Moodku sedang baik, aku tidak ingin kamu merusaknya.” Kata Alika lalu kembali menatap layar televisi yang menampilkan drama favoritnya.
“Aku menghampirimu bukan karena aku ingin membuat kakak ipar kesal. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu.” Brian mengambil posisi duduk di samping Alika sambil ikut menyaksikan drama yang di terputar di layar televisi.
“Memangnya apa yang ingin kamu sampaikan?” Tanya Alika tanpa mengalihkan pandangannya.
“Aku ingin pamit.” Beritahu Brian.
“Pamit? Memangnya mau ke mana?” Alika beralih menatap Brian dengan mengerutkan sahinya heran.
“Aku akan keluar negeri untuk waktu yang lama.” Brian menyampaikan seperti yang sudah dia rencanakan.
Lama Alika menatap, mencari kebenaran dari ucapan Brian, apakah Brian saat ini tidak sedang mempermainkan dia?
“Kapan kamu akan pergi?” Tanya Alika setelah mendapati jika Brian terlihat begitu serius.
“Dalam waktu terdekat ini.” Kata Brian.
Alika hanya mengangguk, dia tidak lagi bertanya atau pun mengatakan apa pun. Sejujurnya ada sedikit rasa aneh yang menganjal di hatinya. Seperti rasa kehilangan.
Bagaimana pun selama dia menjadi istri Daniel, hanya Brian lah yang selalu mengajaknya bicara, meskipun terkadang Brian begitu menyebalkan dengan sikap tidak sopan yang di miliki pria itu. Tapi, karena Brian juga Alika merasa tidak kesepian berada di rumah yang besar itu.
“Kenapa? Kamu merasa kehilanganku?” Tanya Brian saat melihat jika raut wajah Alika sedikit berubah.
“Hanya sedikit. Tidak terlalu banyak.” Jawab Alika mempraktikkan dengan jari telunjuk dan ibu jarinya yang dibuat sejajar menyisihkan ruang kecil.
“Tapi wajahmu tidak demikian. Kamu terlihat begitu sedih.” Kata Brian.
“Matamu pasti salah melihat, aku tidak sedih.” Elak Alika tidak mengakuinya.
“Katakan jika kamu sudah ingin berangkat ke luar negeri, aku akan memberikan sesuatu untukmu.” Kata Alika.
Dia memang harus memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan.
“Kamu ingin memberiku sesuatu?” Tanya Brian ingin memastikan.
“Ya.” Angguk Alika.
“Tapi, daripada benda, aku lebih ingin sesuatu yang lain?” Kata Brian menatap Alika.
“Apa?” Tanya Alika tanpa curiga karena dia di sibukkan dengan adegan yang sedang terputar di televisi.
“Bagaimana kalau kamu memberiku ciuman perpisahan saja.” Ucap Brian dan seketika Alika langsung menatapnya dengan ekspresi kesal.
“Hah.. mimpi saja sana.” Kata Alika lalu berdiri.
“Mau ke mana kakak ipar?” Teriak Brian saat Alika pergi.
“Mau tidur, kalau lama-lama duduk denganmu bisa-bisa aku di serang mimpi buruk.” Sahut Alika sambil mempercepat langkahnya.
Brian hanya bisa tersenyum melihat tingkah Alika yang begitu menggemaskan itu.
“Dasar adik ipar kurang ajar!” Gerutu Alika saat sudah berada di dalam kamarnya dan duduk bersila di atas kasurnya.
Sikap Brian memang menyebalkan. Tapi memikirkan jika Brian akan pergi membuat Alika sudah merasa kesepian. Di rumah sebesar ini hanya akan tinggal dia dan Daniel.
Meskipun ada Daniel, Daniel tidak pernah ingin bertemu dengannya. Bahkan saat Alika menghampiri Daniel di kamarnya, Daniel selalu saja membelakanginya dan tidak memperlihatkan wajahnya.
Dan Zicko, dia memang sering datang tapi dia sangat jarang ingin bicara dengan Alika. Jika datang pun, dia akan lebih lama di kamar Daniel dan setelah itu dia akan pamit pulang.
Alika membuang nafas berat, tampaknya setelah Brian pergi dia akan puasa bicara, karena tidak ada lagi yang bisa di ajak untuk bicara.
Jika ingin bekerja pun tidak mungkin, Daniel sudah melarangnya untuk bekerja. Dia tidak mungkin melanggar larangan Daniel. Alika hanya berharap jika nanti dia tidak akan terlalu merasa kesepian.
Salahnya sendiri dia tidak punya teman satu pun. Lagi pula siapa yang ingin berteman dengan perempuan dengan wajah jelek seperti dirinya.
...****************...
Support author dengan like,komen dan vote ya :) terima kasih
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel