Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
masa lalu dan masalah baru
Chandra tetap menjadi pria bodoh karena mempercayai Laura sampai dia merai gelar Magister di usianya ke 25 tahun. Setelah lulus dia langsung pulang ke Indonesia karena rindu keluarga juga kekasihnya.
Sesampainya di rumah, orang tua serta adik-adiknya menyambutnya dengan baik. Namun, semua jadi memanas saat membahas tentang hubungannya dengan Laura yang belum berakhir.
"ikut papa" Bima menarik putra sulungnya itu untuk pergi. Bima memasukan Chandra ke dalam mobilnya, dia mengendarai mobil itu ke suatu kawasan perumahan di daerah Jakarta Selatan.
"Tunggu dan lihat rumah di depan sebelah kiri itu" ucap Bima. Mereka menunggu di sana selama satu jam sampai akhirnya Chandra melihat Laura keluar dengan seorang pria yang sedikit lebih dewasa darinya dan seorang anak laki-laki berusia sekitar empat tahun dalam gedongan pria itu. Pasangan itu berjalan kaki saat sore hari, mungkin jalan-jalan keliling komplek.
Mereka bertiga tampak bahagia dengan Laura yang menggandeng tangan kiri pria di sampingnya. Mata Chandra mulai memerah saat menatap pemandangan itu.
"masih tidak mau percaya?" tanya Bima. Dia melajukan mobilnya untuk meninggalkan lokasi perumahan itu.
"kalau kamu masih tidak percaya, tinggalah di rumah yang berada tepat di depan rumah wanita itu. Mama membelinya untuk berjaga-jaga jika kamu benar-benar tidak percaya" lanjut Bima. Istrinya sampai rela membeli rumah di sana untuk Chandra, agar bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri jika dia di bohongi seorang wanita.
Selama enam bulan Chandra terpuruk tidak ingin melakukan apapun. Dia hanya berdiam diri di rumah, sampai akhirnya sahabat baiknya mendatanginya. Setelah kedatangan sahabat baiknya itulah Chandra mulai bangkit dan ikut bekerja di perusahaan milik papanya. Namun, baru bekerja selama enam bulan, dia mulai mendirikan Restoran yang memang sudah sejak lama dia rencanakan.
Dengan bantuan sahabatnya, dia membangun Restoran Jodoh miliknya. Keinginan sang papa yang memaksanya agar tetap berada di perusahaan pun dia tolak.
Setelah berdirinya Restoran selama dua tahun dan hasilnya yanh lumayan besar karena ramai. Chandra mulai merenovasi Restoran agar lebih luas dan mengganti beberapa perabotan dengan yang baru hingga suasananya mulai berubah menjadi lebih elegan. Dia meluapkan patah hatinya dengan membangun usaha.
"besok lo masuk ke Restoran. Ikut bareng sama anak baru yang juga baru masuk, jadi karyawan baru" ucap Chandra pada teman baiknya itu. Bukan ucapan, tapi lebih ke perintah. Setelah setahun dia masuk untuk ikut kerja du Restorannya, akhirnya dia memanggil sahabat baiknya.
Dari sana dia mulai bertemu dengan Cia dan tertarik dengannya setelah beberapa waktu memperhatikannya.
.
.
"mas Chandra masih ada sisa perasaan sama Laura?" tanya Cia setelah Chandra menyelesaikan ceritanya.
"tidak Ci. Aku tidak akan memulai jika belum selesai dengan masa laluku" jelas Chandra.
"tunggu-tunggu mas. Sebentar, aku melupakan bagian yang paling penting" tangan Cia meremas pundak Chandra yang di pegangnya.
"apa Ci? Bagian penting yang mana?" Chandra nampak heran, tak lama matanya melotot karena dia menceritakan tentang Restorannnya.
"jadi mas Chandra pemilik Restoran ini? Si bos misterius itu?" Cia menatap Chandra dengan tajam. Chandra tak bisa beralasan lagi hingga hanya kepalanya yang mengangguk ragu.
"sepertinya kita nggak cocok deh mas. Perbedaan kita terlalu jauh, mas Chandra bisa dapat perempuan yang jauh lebih baik dariku" Cia berdiri agar bisa sedikit menjauh dari Chandra.
"perbedaan tidak bisa membuat orang memutuskan untuk cocok atau tidak Ci. Aku tidak butuh perempuan yang lebih baik karena kita bisa belajar sama-sama untuk menjadi lebih baik" Chandra ikut berdiri dan melangkah mendekati Cia yang mundur selangkah.
"ada seorang pria lulusan S1 mencari pendamping hidup melalui media sosial ta'aruf yang kriterianya min S1 juga. Aku bercerita pada sahabatku, kan bisa dia mencantumkan min sma atau smk, karena dia juga lulusan S1 bukan S3. Tapi kemudian ada yang bilang jika tentu saja harus begitu, karena madrasah pertama seorang anak adalah Ibu. Mas tau maksud kalimat itu kan?" jelas Cia panjang lebar.
"aku tau Ci, tapi bukan berarti seperti itu" Chandra merasa gemas karena harus sabar menahan suara kerasnya yang ingin keluar.
"tentu saja aku paham mas. Jika dia bilang begitu, artinya orang lulusan sma atau smk bahkan smp nggak bisa jadi madrasah untuk anak-anaknya. Padahal belajar itu tidak harus di sekolah ataupun universitas. Kita bisa belajar di manapun dan kapanpun. Karena pada dasarnya parenting dan akademis adalah sesuatu yang berbeda. Tapi kita benar-benar terlalu jauh mas"
Chandra menarik Cia untuk membawanya masuk ke dalam kantornya yang berada di sebrang gazebo tempat mereka berbicara. Cia mencoba melepas genggaman tangan Chandra pada pergelangan tangannya namun tak bisa.
"tolong duduk dan dengarkan mas Ci" Chandra mendudukan dirinya di meja depan Cia. Dia menggenggam kedua tangan Cia dengan erat.
"dengarkan baik-baik. Mas benar-benar menyayangimu Ci, hubungan kita baru saja membaik. Kamu jangan seperti ini, kamu pantas buat mas Ci. Ku mohon jangan membuatku gila untuk kedua kalinya Ci" Chandra memohon dengan suara paraunya. Matanya sudah terlihat merah.
"kamu pernah salah menilai sekali mas, bukan tidak mungkin kamu akan salah menilai lagi. Aku tidak sebaik yang mas liat selama ini, carilah perempuan lain yang lebih dariku mas. Kamu pasti bisa mendapatkannya. Jika kamu ragu, kamu bisa meminta saran dari sahabat baikmu, Riko. Atau tante Celine dan om Bima, orang tau yang sangat mencintaimu" mata Cia mulai berkaca-kaca.
"terima kasih karena kamu selalu membantuku, terima kasih karena kamu selalu ada untukku selama ini mas. Ku mohon, berhentilah sampai di sini agar perasaan kita tidak lebih dalam lagi. Sampaikan terima kasihku pada keluargamu juga karena mereka sudah sangat baik padaku mas" lanjut Cia. air matanya sudah mulai menetes saat mengatakannya.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu Ciara. Tidak akan, sejauh apapun kamu pergi, aku akan tetap menemukanmu. Jangan katakan apapun lagi dan kita lanjutkan hubungan ini" bahkan air mata Chandra ikut menetes.
Cia menghapus air mata Chandra dengan kedua tangannya.
"Maaf mas. Aku nggak bisa"
Cia berlari meninggalkan Chandra yang mematung menatap kepergiannya. Chandra menangis, pria itu menangis tanpa suara.
"AAAAAAARGH" Chandra berteriak dengan keras sebelum merebahkan dirinya di atas sofa. Dia tidak ingin meluapkan emosinya dengan merusak barang di sekitarnya. Jika kebiasaan itu dia lakukan, suatu saat pasti akan terjadi saat dia telah berumah tangga. Dan itu akan membuat takut pasangannya.
Dia menahan keinginannya untuk mengejar Cia karena akan percuma. Mau berkata apapun jika dalam keadaan seperri tadi pasti tidak akan berhasil.
Berbeda dengan Cia yang berjalan sendirian dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya. Dia bersyukur karena sudah jam 7 malam hingga suasana sudah gelap dan orang pasti akan samar melihatnya. Apalagi dia tidak terisak karena menghela nafas sedari tadi.
Cia juga menyayangi Chandra. Namun, saat perasaan insecure itu datang, akan banyak hal yang berkecamuk dalam otak dan hati kita. Cia merasa, apapun yang dia pikirkan hasilnya mengatakan jika dia tidak pantas untuk Chandra dalam segi apapun.
"haha, bisa ya! Merasa pantas untuk jadi istri Oh Sehun tapi merasa tidak pantas sama pria nyata di depan mata" cia tersenyum miris di sepanjang jalan.
Padahal sejak awal dia tau jika Chandra adalah orang kaya, tapi kenapa dia tidak berhenti lebih awal? Kenapa dia harus melanjutkannya dan setelah memiliki perasaan yang sama justru merasa tidak pantas.
"aku sudah sangat jahat karena memanfaatkan Chandra dan keluarganya untuk memenuhi harapan kecilku tentang keluarga harmonis" gumam Cia pelan, dia berbaring di atas kasurnya dengan pandangan yang menerawang jauh.
Dia tidak pernah pacaran sama sekali sebelumnya. Banyak pria yang mendekatinya namun hanya sebatas penasaran.
Cia awalnya mengira jika keluarga Chandra adalah orang kaya yang normal dengan ibu yang jadi psikiater dan ayah seorang pengusaha. Tapi Cia tidak mengira jika om Bima adalah pemilih perusahaan besar dalam bidang design interior, bahkan memiliki toko interior di beberapa mall besar Jakarta. Background yang luar biasa bukan? Sedangkan dirinya hanya anak seorang tukang dan petani, lulusan sma pula. Taukan jauhnya seperti apa?
Cia tertidur dengan sendirinya tanpa membersihkan tubuhnya, bahkan sepatu masih terpasang di kakinya. Berbeda dengan Chandra yang masih berbaring terlentang di atas sofanya, sampai tengah malam mata pria itu tak kunjung terpejam.
"Woy? Kenapa belum pulang sih? Nyusahin orang aja elah" Riko mengeluh saat baru masuk ruangan Chandra yang gelap gulita.
"lagian kenapa sih lampu di matiin, ponsel di matiin, akhirnya kan tante Celine telfon aku buat tanya keberadaan anak sulungnya" omel Riko.
Klik... Riko menyalakan lampu di ruangan Riko.
"kenapa kamu? Kusut amat tuh muka. Jangan bilang ada kerjaan lagi?" Riko mulai was-was jika harus lembur lagi.
"hubunganku sama Cia takutnya nggak selamat" ucap Chandra dengan lemas.
"wait wait. Alasan tidak selamat kenapa?" Riko mulai duduk di sofa dekat Chandra.
"dengan santai aku bercerita tentang masa lalu dan masalah Restoran, juga kamu sebagai sahabatku terungkap semua. Cia merasa tidak pantas"
"Aduuuh! Kenapa kamu ceritain Chan? Udah tau Cia tuh orang yang suka insecure. Dia pernah bercerita tentang kedekatannya dengan seorang polisi waktu berada di perantauan, tapi hancur karena dia sendiri yang merasa nggak pantas. Ini baru polisi, gimana dengan kamu yang punya latar belakang seperti itu?" Riko ikut frustasi dengan masalah Chandra. Dia juga akan kena imbasnya, alamat tidak jadi berbaikan dengan Cia.
"Gue pusing Rik, jangan di tambahin dengan maslaah kedekatan Cia sama seorang polisi, tapi coba kamu ceritain, aku penasaran" dia penasaran dengan cara Cia yang bisa membuat polisi itu menjauhinya.
sekarang gue mau pulang tidur, besok gue bakal cerita kalau ingat" Riko pergi meninggalkan Chandra di dalam ruangannya.
"HAAH!!"
.
.
...****************...