Dalam kehidupan yang dipenuhi dengan tantangan dan pertempuran, cinta sering kali menjadi cahaya yang memandu. Zayyy, seorang pemuda yang karismatik dan tak kenal takut, telah berjuang melawan musuh dan tantangan, tidak hanya untuk melindungi artefak berharga, tetapi juga untuk menjaga cintanya dengan Angelina. Namun, di tengah semua itu, ada suatu kebenaran yang tak terhindarkan: hidup adalah perjalanan yang penuh dengan keputusan sulit, pengorbanan, dan kehilangan.
Saat bayangan gelap mulai mendekat, Zayyy harus menghadapi tidak hanya musuh yang mengancam, tetapi juga perasaannya sendiri. Pertarungan untuk cinta dan harapan akan membawa Zayyy pada jalan yang penuh dengan kenangan indah dan kesedihan yang mendalam. Di sinilah kisahnya dimulai, di mana setiap detik berharga dan setiap pertempuran adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan menuju pengertian sejati tentang cinta dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohamad Zaka Arya Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Jejak Tak Terlupakan
Zayyy berjalan sendirian di sepanjang jalan menuju Taman Nyawiji, membiarkan pikirannya melayang pada masa-masa bersama Angelina. Beberapa minggu terakhir ini, sejak percakapan terakhir mereka, perasaan yang ia pendam semakin sulit ditahan.
Pikirannya tak bisa berhenti memikirkan Angelina, hingga setiap detail kecil dari kenangan mereka bersama seakan muncul satu per satu, mengusik hatinya.
Dalam benaknya, Zayyy mulai bertanya-tanya: apakah semua ini hanya perasaan sesaat, atau ada makna yang lebih mendalam di baliknya?
Setibanya di Taman Nyawiji, Zayyy langsung menuju sebuah bangku yang menghadap ke arah kolam. Ia duduk, memandangi riak air yang bergerak tenang, seolah-olah sedang menenangkan hatinya yang penuh gejolak.
Di sini, di tempat ini, mereka sering menghabiskan waktu bersama—berbagi cerita, bercanda, hingga merajut harapan bersama.
Suara kicauan burung dan semilir angin sore yang lembut tak mampu mengusir kekosongan yang kini dirasakannya. Semua kenangan itu, kini hanya tersisa dalam ingatannya.
Saat Zayyy sedang terhanyut dalam lamunannya, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Ia terkejut dan langsung menoleh. Ternyata, Dito, salah seorang teman lama dari SMP, sedang berdiri di sampingnya sambil tersenyum lebar. “Wah, lama banget nggak ketemu di tempat kayak gini, Zay!” sapanya sambil duduk di samping Zayyy.
Zayyy tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. “Iya, Dit. Cuma lagi pengen tenangin pikiran aja. Banyak yang lagi gue pikirin belakangan ini.”
Dito mengangguk paham, lalu menatapnya dengan tatapan penasaran. “Ngomong-ngomong, gue dengar-dengar lo masih sering kontakan sama Angelina, ya? Lo emang beneran nggak bisa lepas dari dia, apa gimana?”
Zayyy menghela napas, sedikit terkejut bahwa rumor soal dirinya dan Angelina ternyata sudah menyebar di kalangan teman-temannya. “Nggak tahu, Dit. Banyak kenangan yang masih terpatri dalam pikiran gue. Walaupun kita udah berusaha buat masing-masing, tetap aja rasanya nggak bisa sepenuhnya melupakan.”
Dito tersenyum penuh pengertian. “Kalau gitu, lo kenapa nggak coba jujur sama perasaan lo, Zay? Kadang kita perlu berani ambil langkah yang mungkin terasa berat. Siapa tahu, itu yang dibutuhkan buat bisa benar-benar melangkah maju.”
Perkataan Dito terngiang-ngiang di telinga Zayyy, membuat hatinya bimbang. Malam itu, setelah kembali dari taman, Zayyy memutuskan untuk menghubungi Angelina. Ia mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan singkat, namun sarat akan harapan.
"Lina, kamu ada waktu nggak besok? Aku pengen ngobrol langsung, ada hal yang pengen aku omongin," tulisnya dengan hati-hati. Setelah ragu sejenak, ia menekan tombol kirim dan menunggu dengan perasaan cemas. Tak lama, pesan dari Angelina masuk. “Boleh, Zay. Di mana kita ketemu?”
Perasaan lega bercampur bahagia menyelimuti hati Zayyy. “Bagaimana kalau kita ketemu di Bukit Surga? Tempat itu pasti bakal tenang dan nyaman buat ngobrol,” balasnya cepat.
Keesokan harinya, Zayyy tiba lebih awal di Bukit Surga, sebuah tempat yang mereka kenal sebagai tempat kenangan. Bukit ini terkenal dengan pemandangannya yang indah, terutama saat matahari mulai tenggelam di cakrawala.
Rerumputan hijau yang membentang luas dan pepohonan rindang menciptakan suasana yang damai. Dari sini, ia bisa melihat hamparan kota Nganjuk di kejauhan, dipenuhi cahaya matahari sore yang lembut.
Zayyy duduk di atas sebuah batu besar yang datar, merasakan angin sejuk yang bertiup di wajahnya. Dia merasa gugup dan berdebar, seolah-olah seluruh dunia hanya ada di antara dia dan Angelina.
Keterikatan emosional yang begitu kuat membuatnya merasa cemas, tetapi sekaligus bersemangat. Dia tidak tahu apa yang akan Angelina katakan, tetapi satu hal yang pasti—dia tidak ingin kehilangan kesempatan ini.
Setelah beberapa saat menunggu, Angelina tiba dengan langkah ringan, mengenakan pakaian sederhana namun tampak anggun.
Dia tersenyum, sebuah senyum yang selalu membuat hati Zayyy berdebar. Mereka duduk di atas rerumputan yang lembut, menikmati keheningan sore yang diiringi oleh hembusan angin yang sejuk.
Sambil memandang ke cakrawala, Zayyy mulai memberanikan diri membuka pembicaraan. “Lina, aku nggak tahu gimana cara yang tepat buat bilang ini, tapi aku merasa ada sesuatu yang belum selesai di antara kita.” Suaranya terdengar lirih namun penuh kesungguhan.
Angelina menatapnya dengan tatapan penuh perhatian, seolah sudah tahu apa yang akan dikatakan Zayyy. “Aku juga sering merasa begitu, Zay. Kita memang banyak berbeda, tapi entah kenapa selalu ada hal yang menarik kita kembali. Aku sendiri masih bingung dengan perasaanku.”
Mendengar pengakuan Angelina, Zayyy merasa ada beban yang terangkat dari hatinya. Ia tahu ini adalah momen yang tepat untuk jujur pada perasaannya.
“Aku sadar kalau aku nggak bisa ngelupain kamu, Lina. Banyak hal yang udah kita lewatin bersama. Dan mungkin… aku belum pernah benar-benar mencoba buat move on.”
Angelina tersenyum, menundukkan kepala sejenak, lalu menatapnya lagi dengan lembut. “Aku juga sering mikirin hal yang sama, Zay. Rasanya sulit buat benar-benar jauh dari kamu. Tapi aku takut, takut kalau kita berusaha lagi dan tetap gagal. Aku nggak mau hubungan kita jadi semakin rumit.”
Zayyy mengangguk, mengerti keraguan yang dirasakan Angelina. Ia pun merasakan hal yang sama—antara ingin berusaha lagi namun takut terluka.
“Iya, Lina. Aku juga ngerasa begitu. Tapi mungkin kita harus coba buat lebih jujur satu sama lain. Mungkin selama ini kita terjebak di antara kenangan dan harapan yang nggak pernah terungkap.”
Angelina kembali menatap ke arah cakrawala, kali ini sambil menggenggam tangan Zayyy. “Mungkin kita memang butuh waktu, Zay. Waktu buat saling mengenal lagi. Aku pengen mencoba, tapi dengan pelan-pelan, nggak terburu-buru.”
Seketika, angin bertiup kencang, membawa aroma rerumputan yang segar dan suara gemerisik dedaunan. Zayyy merasa seolah alam merestui keputusan mereka.
Dengan pelan, Zayyy meraih tangan Angelina dan menggenggamnya dengan lembut. “Aku berjanji akan memberi waktu untuk kita. Kita bisa mulai dari awal, dari dasar, tanpa ada tekanan.”
Angelina memandang Zayyy dengan mata berbinar. “Aku suka itu, Zay. Kita bisa mencoba lagi, sambil memperbaiki segala kesalahan yang mungkin terjadi sebelumnya. Mungkin kita bisa berusaha untuk lebih terbuka tentang perasaan kita, sehingga tidak ada lagi yang terpendam.”
Mereka berdua terdiam, menikmati keheningan yang terasa menenangkan. Perasaan yang dulu dipendam akhirnya terungkap, seolah bebannya perlahan mulai terangkat.
Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi ada keinginan di hati mereka untuk saling mendukung dan mencoba memahami satu sama lain.
Saat matahari semakin meredup di balik bukit, Zayyy memandang Angelina dan berkata dengan tulus, “Makasih, Lina. Makasih buat mau dengerin aku dan mencoba ngertiin perasaanku.”
Angelina tersenyum lembut, “Aku juga harus bilang makasih, Zay. Kadang, kita nggak pernah tau kapan hal baik bakal datang dalam hidup kita. Mungkin, kita cuma perlu lebih sabar.”
Seiring waktu berlalu, mereka mulai berbagi rencana dan harapan untuk masa depan. Zayyy berbicara tentang impiannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sementara Angelina mengungkapkan keinginannya untuk terlibat dalam kegiatan sosial.
Percakapan itu membawa mereka ke dalam dunia yang lebih dalam, di mana masing-masing saling mendukung mimpi satu sama lain.
Zayyy merasa terinspirasi oleh semangat Angelina. Dia bisa melihat betapa kerasnya dia bekerja untuk mencapai tujuannya. “Lina, aku percaya kamu bisa mencapai impianmu. Kamu punya bakat dan dedikasi yang luar biasa,” ujarnya penuh keyakinan.
Angelina tersenyum, terlihat lebih bersemangat. “Terima kasih, Zay. Aku akan berusaha keras. Dan aku juga berharap kamu bisa mencapai semua impianmu. Kita bisa saling mendukung, kan?”
“Pasti. Kita akan melakukan ini bersama,” jawab Zayyy dengan semangat.
Saat mereka berdiri untuk meninggalkan Bukit Surga, Zayyy merasakan harapan baru mengalir dalam dirinya. Mereka mungkin belum sepenuhnya memahami apa yang akan datang, tetapi mereka telah mengambil langkah pertama menuju kebersamaan yang lebih baik.
Hari itu menjadi awal dari bab baru dalam hidup mereka—sebuah perjalanan yang dipenuhi harapan, cinta, dan keinginan untuk saling memahami.
Zayyy dan Angelina melangkah pulang, diiringi oleh langit yang semakin gelap, di mana bintang-bintang mulai muncul satu per satu. Di dalam hati mereka, terpendam rasa syukur akan kesempatan kedua yang diberikan untuk saling mendalami dan mencintai.
Hari itu, di Taman Nyawiji, mereka menemukan kembali satu sama lain, dalam bentuk yang lebih kuat dan siap menghadapi tantangan yang ada.
Sambil berjalan berdua, mereka saling tertawa dan bercanda, melupakan semua kesedihan dan kekhawatiran yang pernah mengganggu mereka.
Momen-momen kecil itu terasa berharga, dan Zayyy tahu, apapun yang terjadi ke depannya, mereka tidak akan menghadapi semuanya sendirian.