NovelToon NovelToon
Gairah Cinta Sang Presdir

Gairah Cinta Sang Presdir

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Dikelilingi wanita cantik / Fantasi Urban-Percintaan Modern
Popularitas:38.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Sequel Belenggu Cinta Pria Bayaran.

Dikhianati sang kekasih dan melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita yang dia cintai tengah bercinta dengan pria yang tak lain sahabatnya sendiri membuat Mikhail Abercio merasa gagal menjadi laki-laki. Sakit, dendam dan kekacauan dalam batinnya membuat pribadi Mikhail Abercio berubah 180 derajat bahkan sang Mama sudah angkat tangan.

Hingga, semua berubah ketika takdir mempertemukannya dengan gadis belia yang merupakan mahasiswi magang di kantornya. Valenzia Arthaneda, gadis cantik yang baru merasakan sakitnya menjadi dewasa tak punya pilihan lain ketika Mikhail menuntutnya ganti rugi hanya karena hal sepele.

"1 Miliar atau tidur denganku? Kau punya waktu dua hari untuk berpikir." -Mikhail Abercio

----

Hanya halu dan ini bukan novel religi✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 - Khianat Termanis

Pengkhianatan, demi apapun sama sekali Zia tidak pernah menginginkannya. Namun yang kini terjadi sudah lebih dari itu. Peran sebagai wanita Mikhail dia jalani demi keluarganya baik-baik saja.

Senyum Valenzia begitu tulus kala sang ayah kian membaik. Tujuan hidupnya tidak banyak saat ini, sang ayah sehat dan sekolah adiknya tidak putus saja sudah cukup membuat Valenzia bisa bahagia.

Pertemuan mereka tak selalu berakhir di tempat tidur, ada kalanya Mikhail hanya minta ditemani dan didengarkan keluhannya.

Selain itu, Mikhail juga tidak pernah menyamakan Zia seperti wanita lainnya. Kalaupun mencari kesenangan, dia akan mengutamakan wanitanya lebih dulu.

Walau sesekali dia tidak bisa menahan diri jika amarah menguasai dan terkadang membuat wanitanya tersakiti. Zia yang memiliki kekasih adalah hal yang kerap menjadi alasan Mikhail marah.

"Zidan lagi?"

Mikhail menghela napas perlahan, bagi Mikhail hubungan mereka lebih dari sekadar perjanjian di atas ranjang. Akan tetapi melibatkan perasaan, dia cemburu dan sangat enggan berbagi.

Dering ponsel Zia membuat Mikhail menjauh dan beranjak dari pangkuannya. Wajahnya mendadak kusut setelah sebelumnya bermanja dan menceritakan banyak hal pada Zia.

Memandang indahnya kota pada saat malam hari dari lantai 22 salah satu hotel bintang lima di pusat kota tak membuat hatinya sedikit tenang. Mikhail menatap nanar tanpa arah sembari sesekali mengepalkan tangannya.

"Maaf, Zidan ... a-aku lupa."

Mikhail menoleh, tampaknya Zia sedang dilanda kebingungan. Gelagatnya jelas sekali jika kini tengah terjebak masalah, pria itu kembali mendekat dan menunduk demi mencuri dengar pembicaraan sepasang kekasih itu.

"Kamu kenapa, Zia? Apa sedang ada masalah sampai kamu lupa tanggal jadian? Kamu berubah, Zi ... kenapa sebenarnya."

Kekecewaan terdengar jelas di sana, Zia menunduk dan terlihat sangat-sangat menyesal. 2 tahun menjalin hubungan baru kali ini dia tidak ingat sama sekali entah apa yang dia pikirkan.

Jika ditanya perihal perasaannya, sejak awal hingga detik ini masih sama. Zia masih sangat mencintai Zidan sebagai pasangannya, akan tetapi dia memang tak sengaja melupakan ini adalah tanggal hubungan mereka terjalin dua tahun lalu.

"Maaf, aku tidak fokus akhir-akhir ini."

"*M*agang? Atau keadaan ayahmu?"

Bukan dua-duanya, entah apa yang sebenarnya membuat dia tak fokus saat ini. Apa mungkin terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Mikhail hingga dia lupa hal-hal berharga tentang Zidan.

"Hm, mungkin ... aku harap kamu mengerti ya, By."

Panggilan yang berhasil membuat Mikhail murka, pria itu menatap kesal Zia dan hendak mengambil alih ponselnya. Cepat-cepat Zia tepis dan sebisa mungkin peecakapannya dengan Zidan selesai tanpa ada kesalahpahaman lagi.

"Ya sudah, lain kali saja kita rayakan. Jangan terlalu banyak makan pedas, Zia."

"Iya, see you, By."

Zia menutup ponselnya dan kembali meletakannya di atas meja. Tak peduli meski kini tatapan Mikhail seakan hendak mengulitinya hidup-hidup.

"See you, By ... ck alay!!"

Mikhail menirukan gaya bicara Zia, sementara Zia hanya terkekeh mendengarnya. Usia Mikhail dan Zidan jauh berbeda, namun yang jauh lebih dewasa justru Zidan.

"Alay? Makanya punya pacar kalau mau rasain," ejek Zia menjulurkan lidahnya.

"Ini pacarku, tapi dia pilih kasih dan memanggilku dengan sebutan Bapak," tutur Mikhail mencubit pipi Zia sedikit kuat hingga berwarna kemerahan dan menyisakan sakit di sana.

"Kan memang Bapak."

"Hm, terserah kamu, Zia." Mikhail menyerah, wanita ini memang sulit diatur, pikirnya.

-

.

.

.

Zia tak protes kala ponselnya Mikhail kuasai, entah apa yang pria itu cari saat ini. Tidak ada yang menarik untuk Mikhail lihat, isi ponselnya hanya tentang Zidan.

"Kenapa tidak ada fotoku sama sekali?" tanya Mikhail menatap wajah Zia lekat-lekat, pertanyaan sederhana tapi penting baginya.

"Apa kata orang kalau sampai foto Bapak ada di sini."

Zia memutar bola matanya malas, pertanyaan konyol yang seharusnya bisa dia jawab sendiri. Bagaimana mungkin dia menyimpan foto Mikhail terang-terangan, lagipula hubungan mereka mungkin takkan berlangsung lebih dari dua bulan.

"Jawab saja sebisamu, kenapa harus bingung."

Dia mungkin bisa bicara semudah itu, tpi tidak dengan Zia. Mau semanis apapun cara Mikhail memperlakukannya, tetap saja dia tak lupa siapa dirinya.

Apalagi, setelah sebelumnya sempat bertemu dengan Ibra. Semakin Zia merasa kecil dan tak berarti, dia tidak pernah menaruh harapan sama sekali di bahu Mikhail.

"Aaarrrggghh, sebentar, Pak ... jangan di sini."

"Kenapa? Sakit lagi?"

Mikhail panik kala Zia menekan perut bagian bawahnya, baru saja hendak tidur dipangkuan Zia wanita itu cepat-cepat menghalanginya.

"Kenapa? Jawab yang bener, Zia kenapa perutnya?"

Dia bukan orang yang sesabar itu, jika Zia tak juga menjawab maka dia yang akan periksa sendiri. Zia tak bisa menolak kala Mikhail membaringkan tubuhnya di sofa, menyingkap bajunya tak peduli bagaimana Zia menahannya.

"Heeeih mau ngapain, yang sakit cuma bagian sini kenapa Bapak buka celana saya?" Zia panik kala Mikhail membuka ritsleting celananya.

"Hanya memastikan, aku memang main kasar beberapa waktu lalu ... tapi kenapa bisa sakitnya sekarang." Mikhail penasaran, sedikit takut jika terjadi apa-apa pada bagian inti Zia akibat ulahnya pada saat memaksa ditempat Zia bekerja.

"Nggak ada hubungannya, ini nyeri biasa dan aku terbiasa tiap bulannya. Cuma tadi Bapak bikin kaget makanya teriak," ujarnya berusaha menahan tangan Mikhail agar mengurungkan niatnya.

"Biasa?" Perasaan Mikhail mulai tak baik-baik saja kala mendengar penjelasan Zia.

"Hm, datang bulan," jelas Zia kemudian sembari membenarkan posisinya. Jawab singkat yang sontak membuat Mikhail tercengang. Pria itu menelan salivanya pahit dan mendadak lemas di sana.

"Kenapa harus sekarang?" Tentu saja dia kecewa, hampir dua minggu terakhir mereka tidak melakukan hal itu jika bertemu, hanya sebatas menemani makan ataupun pergi ke tempat yang Mikhail ingini.

"Memang saatnya, saya nggak bisa undur jadwalnya, Pak."

Mikhail mengusap wajahnya kasar, malam ini dia sengaja membawa Zia ke hotel dengan alasan ingin menuntaskan kerinduannya akan hal itu. Namun yang terjadi kini justru berbeda, pria itu gusar dan terlihat jika dia luar biasa kesal.

"Ya tapi kenapa harus sekarang ... aku bisa sakit kepala, Zia." Dia menenggelamkan wajahnya di dada Zia, pria itu merasa kehilangan harapan dan bingung hendak berbuat apa.

"Maaf, bukan disengaja."

Sebenarnya ini adalah saat dimana Zia merasa aman, dia berkali-kali mengucap syukur ketika bulan ini dia tidak telat setelah sebelumnya wanita itu ketar ketir lantaran menunggu.

"Berapa lama?" tanya Mikhail kemudian, tatapannya penuh kekecewaan lantaran harus mengubur harapannya dalam-dalam.

"9 hari," jawab Zia sedikit asal, karena pada nyatanya memang tidak selama itu.

"Lamanya, Zia!! Bisa dipercepat tidak?"

"Ya enggaklah, jangan aneh-aneh deh." Zia mengetuk kening pria tampan itu, batinnya merdeka melihat Mikhail yang kini tersiksa.

Tbc

Selamat hari raya Idul Adha❣️

1
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Norma Wati
Luar biasa
Deasy Dahlan
khail.... berani berbuat berani bertanggung jawab....
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
sensi amat bos🤭
Halimah
kelamaan.nungguin km itu khail...smp pd ketiduran🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Deasy Dahlan
keluarga... mama kanaya memang akrab tapi agak agak... somplak....
Deasy Dahlan
khail... sabar dikit dong... bentar lg juga halal...
Halimah
😂😂😂😂😂😂
Halimah
sedih thor😭😭😭😭 kasian bgt nasibnya Zidan
Deasy Dahlan
11 12. like father like son....
Deasy Dahlan
harusnya Mikhail. dari dulu nikah zia... tp gkpapa terlambat...yang penting Mikhail mau tanggung jawab....
Deasy Dahlan
ahh.. Thor.. kok tiba tiba... Mikhail bartemu sama zia...
Deasy Dahlan
Mikhail berubah 180 derajat...
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
pake panitia segala😂😂😂
Halimah
dasar sompret mikhail🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
Itu mah pengen lebaran namanya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!