Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
"Pasien harus segera mendapatkan donor darah. Kalau tidak nyawanya tidak akan selamat." ujar sang dokter membuat keluarga ndalem syok mendengarnya.
"Assalamu'alaikum..." ucap Abah Umar dengan tergopoh-gopoh.
"Wa'alaikumsalam... Alhamdulillah, kamu sudah datang Umar." ucap Abah Shodiq.
"Bagaimana kondisi putri saya, Dokter?" tanya Ummah Kulsum
"Kondisi pasien saat ini sedang kritis Bu dan membutuhkan donor darah secepatnya."
"Ambil darah saya, Dok. Darah saya sama dengan adik saya." Ustman melangkah maju satu langkah.
"Baik. Mari ikut saya."
Ustman pun lantas mengikuti langkah dokter.
"Abah... Huhuhu... Anak kita Bah." Ummah Kulsum tergugu. Ia paling menderita jika anak-anaknya sakit. Hatinya merasakan nyeri luar biasa. Ia tidak bisa melihat anak-anaknya sakit.
Abah Umar memeluk istrinya guna menguatkannya. "Fifia pasti baik-baik saja. Ayoo kita sholat dan doakan putri bungsu kita." ujar Abah Umar yang di angguki oleh istrinya.
"Boleh kami ikut bersama kalian. Kami juga ingin mendoakan Fifia." ucap Abah Shodiq
"Boleh.! Marii"
Mereka pun sholat berjamaah di mushola yang ada di rumah sakit. Mereka mendoakan untuk kesembuhan Fifia.
Setelah selesai, mereka kembali ke lobby ruang IGD menunggu kabar selanjutnya dari dokter.
Sedangkan di pesantren, semua para santri tengah berkumpul di aula pesantren. Mereka semua setelah selesai sholat subuh tadi tidak langsung merutinkan kegiatan. Mereka mendoakan untuk kesembuhan Fifia.
Mereka di pimpin oleh Ustadz Fari. Ustadz Fari di berikan kabar oleh Abah Shodiq agar mengajak para santri untuk mendoakan kesembuhan Fifia. Para santri khusyuk mendoakan Fifia dari jarak jauh berharap temannya itu segera di angkat penyakitnya.
Dokter keluar dari ruang IGD setelah selesai memeriksa kondisi Fifia. "Bagaimana kondisi putri saya, Dok?" tanya Ummah Kulsum cepat.
"Alhamdulillah... Kondisi pasien saat ini semakin membaik. Semua berkat Allah yang telah memberikan pertolongan dengan tepat waktu."
"Alhamdulillah..." ucap mereka yang ada di sana serempak.
"Boleh kami masuk, Dok?" tanya Ummah Kulsum.
"Boleh, silahkan. Namun untuk saat ini hanya satu orang yang di perbolehkan untuk masuk demi kenyamanan pasien." terang dokter.
"Baik dokter. Terima kasih."
"Kalau begitu saya permisi." Dokter pun melangkah pergi.
Ustadz Rehan ingin sekali masuk untuk melihat kondisi orang yang ia cintai. Namun ia sadar, bahwa ia tidak berhak untuk masuk. Ia bukan siapa-siapa nya Fifia. Lebih baik ia melihat kondisi Fifia setelah Fifia di pindahkan ke ruang biasa.
Ummah Kulsum masuk ke ruang IGD untuk melihat kondisi putrinya. Mata putri bungsunya terpejam. Selang infus menancap di tangannya. Bibirnya masih sedikit membiru.
Ummah Kulsum tak kuasa menahan air matanya. Air matanya mengalir membasahi pipinya. Hatinya terasa perih melihat putrinya terbaring lemah di rumah sakit.
"Hiks... Hiks... Cepat sembuh Sayang. Ummah nggak bisa melihat mu sakit seperti ini " Ummah Kulsum menciumi tangan Fifia. Tangan satunya mengusap kepala Fifia lembut.
Ummah Kulsum tak bisa berkata apa-apa. Hatinya sakit melihat kondisi putrinya. Air matanya mengalir dengan deras mengungkapkan hatinya yang terasa perih luar biasa.
Setelah sepuluh menit, Ummah Kulsum keluar dari ruang IGD ia langsung memeluk suaminya. Ia tak kuasa menahan rasa sakitnya. Ummah Kulsum menangis tersedu-sedu di pelukan Abah Umar.
"Kami pamit pulang dulu, Umar. Semoga Fifia lekas sembuh agar bisa mengikuti kegiatan di pesantren seperti sedia kala." pamit Abah Shodiq pada temannya.
"Terima kasih sudah membawa putri ku ke rumah sakit."
"Sama-sama. Kami pulang dulu, assalamu'alaikum..." ucap Abah Shodiq lalu meninggalkan lobby yang di ikuti oleh Umi Zahra serta Ustadz Rehan.
Dengan langkah berat Ustadz Rehan mengikuti langkah Abah Shodiq meninggalkan lobby rumah sakit. Hatinya terasa berat meninggalkan Fifia yang terbaring lemah di rumah sakit.
"Abah, Ummah, aku pulang dulu sekalian mau ambil beberapa baju untuk Abah, Ummah ganti."
"Iyaa Utsman. Zafirah pasti juga cemas saat ini. Beritahukan padanya kalau Fifia sudah membaik " ucap Abah Umar
Utsman mengangguk. "Iyaa Abah. Assalamu'alaikum..." Utsman pergi meninggalkan Abah Umar dan Ummah Kulsum.
Di kediaman Abah Umar, Zafirah tengah duduk di sofa sembari mengawasi anaknya Fadil yang tengah bermain. Pikirannya kacau karena belum mendapatkan kabar tentang kondisi Fifia saat ini.
Tak lama kemudian ia mendengar suara deru mobil. Ia gegas menggendong anaknya dan membukakan pintu melihat siapa yang pulang. "Assalamu'alaikum..." ucap Utsman sembari mendekati istrinya.
Zafirah mencium punggung tangan suaminya. "Wa'alaikumsalam, bagaimana kondisi Fifia, Mas? Dia baik-baik saja kan?" tanyanya khawatir.
"Masuk dulu. Nggak baik bicara di luar." Utsman membimbing istrinya untuk duduk di sofa. Ia juga mengambil alih putranya ke pangkuannya.
"Saat aku, Ummah dan Abah tiba di rumah sakit. Kondisi Fifia kritis dan segera membutuhkan donor darah."
"Innalilahi... Terus gimana kondisi Fifia sekarang? Sudah mendapatkan donor darah belum? Ayoo kita ke rumah sakit, Mas. Aku khawatir dengan Fifia." Zafirah hendak beranjak dari duduknya namun Utsman mencegahnya membuat Zafirah kembali duduk.
"Dek, kondisi Fifia sudah membaik. Mungkin siang atau sore nanti akan di pindahkan ke ruang biasa. Aku sudah donorkan darah untuk Fifia." ujar Utsman membuat Zafirah bernafas lega.
"Alhamdulillah...."
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr