Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 - Bukan Pernikahan Biasa.
"Mas ... apa kamu tidak punya cara lain?"
Mikhail lebih takut jika nanti putrinya dirusak begitu saja, sekalipun dia mengorbakan nyawa nasib Zia dan anak-anaknya belum tentu baik-baik saja. Memang, di posisi Mikhail saat ini teramat sulit. Tentang perjajian itu memang dia tidak rela, namun di sisi lain dia akan lebih tidak rela lagi jika keluarganya mati sia-sia.
"Maaf, Sayang ... sesuai janji Mas bahwa Mikjayla tetap harus bertanggung jawab, dan pria itu memilih tanggung jawab jawab yang begini."
Berat, sakit dan ini luar biasa sulit. Mau tidak mau pernikahan rahasia itu harus segera dilakukan, sama sekali Zia tidak rela. Dia menggeleng berkali-kali kala mendengar keputusan Mikhail yang akan menikahkan putrinya malam ini juga.
"Mas!! Jangan gila, uangmu apa tidak cukup untuk membuat pria itu luluh?"
"Zia, dia bahkan lebih kaya kita ... Keyvan bukan pria sembarangan, Sayang. Sekalipun kita berikan semua kekayaan hingga ke akarnya dia sama sekali tidak akan tertarik," jelas Mikhail dengan suara lemahnya, sungguh dia benar-benar dibuat tersiksa dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya.
"Mas ... kamu pikir dia menikahi Mikhayla untuk apa? Apa tidak khawatir?"
Firasat Zia luar biasa buruknya, dia memang marah dan setuju jika Mikhayla harus tanggung jawab atas perbuatannya. Akan tetapi, bukan tanggung jawab begini yang Zia maksud.
"Lebih khawatir lagi jika dia tidak dinikahi, Zia. Saat ini, kita hanya punya pilihan ini."
Zia melangkah sedemikian berat, sakit sekali mendengar ucapan Mikhail. Belum selesai tangisnya akibat kejadian tragis yang dialami putrinya, kini wanita itu semakin dibuat menangis mengingat putrinya akan dipaksa tunduk dalam sebuah pernikahan gila itu.
Hanya mereka berdua, tanpa kehadiran pihak keluarga lainnya sesuai dengan perjanjian yang Keyvan tulis. Pernikahan itu hanya melibatkan pihak tertentu yang inti-inti saja, dan jelas bukan pernikahan biasa.
Bukan pesta, bukan pula sebuah pernikahan mewah. Sungguh, di antara pria yang akan menjadi pendampingnya kenapa harus Mikhayla dipertemukan dengan seseorang semacam itu, lirih batin Zia menangis darah.
.
.
.
.
Sementara di kediaman Keyvan, suasana masih tampak hening seperti biasa. Mikhayla yang baru saja melewati hari yang luar biasa panjang itu jelas tidak menduga jika dalam hitungan jam statusnya akan berubah.
Dia termenung, menatap tanpa tujuan ke luar sana. Hunian bak istana, halaman luas di bawah sana tampak membahagiakan sebenarnya. Sayang sekali Mikhayla harus masuk ke dalamnya dengan ketakutan mencekam bak neraka.
Beberapa menit berlalu, hingga sebuah mobil yang begitu familiar di matanya tampak memasuki pintu gerbang. Bibir Mikhayla bergetar, matanya seketika membola.
"Papa?"
Berharap ini bukan mimpi, Mikhayla mengucek matanya berkali-kali. Matanya mengembun tiba-tiba kala melihat sepasang suami istri turun dari mobil tersebut, keduanya bergandengan seperti biasa.
"Ada Mama juga?"
Dia benar-benar merasa merdeka, rasanya penderitaannya akan hilang sudah. Air mata Mikhayla berurai lantaran begitu bahagianya, ya dia mengira orang tuanya datang sebagai pahlawan.
"Papa!! Mama!!" teriak Mikhayla mencoba membuka pintu kamar, namun seperti yang dia duga pintu itu terkunci dan dia tidak punya akses untuk pergi.
"Haa buka!!"
Seolah memahami isi hatinya, pintu itu kemudian terbuka. Bersamaan dengan seorang wanita yang tadi pagi menyuapinya, Mikhayla mengusap air matanya kasar. Dia berterima kasih pada wanita itu dengan isak tangis yang masih terdengar pilu.
Bergegas Mikhayla berlalu, dia melangkah cepat demi bisa bertemu dan memeluk sang papa segera. Dengan langkah yang begitu terburu, Mikhayla sama sekali tidak khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak-tidak dengan kakinya.
"Papa!! Mama!!"
Semakin dekat, jarak mereka mungkin beberapa meter lagi. Mikhayla berlari dan tidak dia pedulikan wajah Keyvan yang juga tampak menunggu kedatangannya.
Grep
Dengan sekali gerakan, Keyvan mencekal tangannya hingga Mikhayla membentur dadanya. Di hadapan Mikhail dan Zia saja pria itu berani berbuat demikian, Zia bahkan memejamkan mata kala putrinya dibuat tidak bisa bergerak dalam waktu sesaat.
"Lepas!! Aku mau pulang!!" sentak Mikhayla hendak menghempas tangan pria itu, wajah datarnya sama sekali tidak menarik di mata Mikhayla.
"Papa ... mereka culik Khayla, orang ini jahat, Pa!! Bawa Khayla pulang, janji nggak bantah Papa lagi," lirih Mikhayla menangis, genggaman tangan pria itu juga belum melemah sama sekali.
"Anda sudah siap?" tanya Keyvan kemudian, seorang pria paruh baya dan dua pria yang tampak seumuran dengannya juga berada di sana.
Mikhayla dibuat bingung sebenarnya apa yang kini terjadi, lebih bingung lagi kala Mikhail menjawab iya begitupun yang lainnya. Mikhayla yang tidak mengerti apa-apa jelas bingung kenapa dunia ini justru semakin rumit rasanya.
"Pa? Apa yang Papa iyakan!! Khayla tu maunya pulang, ayo pulang, Pa ... orang ini nyeremin sumpah!!"
"Shut, bisa diam?" tanya pria itu dengan dinginnya.
"Kamu lihat orang-orang disana? Jika kamu terus berteriak seperti ini, maka artinya kamu siap melihat darah orang tuamu mengalir di lantai," bisiknya pelan kemudian, pelan sekali namun masih dapat Mikhayla dengar.
Dia melihat ke arah mata Keyvan memandang, dua pria berseragam hitam sudah siap dengan senjata api di tangan kanannya. Mengarahkan benda itu ke arah papa dan mamanya, sontak hal itu membuat Mikhayla tidak bisa berkutik.
"Kita mulai saja, Nak Evan yakin tidak akan menunggu keluarga yang lainnya?" tanya pria dengan penampilan yang meneduhkan mata di sana.
"Tidak, Pak ... cukup mereka saja, sah kan pernikahannya?"
Gleg
Siapa yang ingin menikah? Mata Mikhayla memanas kini. Meski jawaban Keyvan tampak tenang pada pria itu tetap saja dia takut. Mikhail dan Zia melangkah, mendekat dan hanya tatapan sendu yang dia perlihatkan pada putrinya.
"Siapa yang mau menikah? Anda jangan macam-macam ya, negara ini ada hukumnya!! Pemaksa sekali."
"Terserah, ketika kamu mengusik hidupku ... maka hukum yang berlaku adalah hukum yang aku ciptakan, Mikhayla." Keyvan menarik paksa Mikhayla sedikit kasar hingga wanita itu meringis dibuatnya, tidak bisa lembut sedikit, pikirnya kesal sekali.
- To Be Continue -
sumpah.. ini lucu..
lagi mbayangin wajah om Babas..
wkwkwkkwk
daddy's little girl is always daddy's little girl..