Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23.
“Wan, hutan itu sangat angker tidak usah kamu pergi ke hutan itu. Setahu ku meskipun di hutan itu banyak komoditi yang bisa dipanen tetapi tidak banyak orang yang berani masuk ke hutan itu..” ucap Juragan Handoko dengan nada serius.
“Tenang saja Pa, bukan aku sendiri yang masuk ke hutan itu.” Ucap Irawan dia pun langsung mengambil hand phone di saku kemejanya..
Irawan mengusap usap layar hand phone miliknya, dan sesaat kemudian..
“Apa Mas, ini alat alat yang dipesan Mas Irawan sudah datang. Besok pagi kami akan ke hutan untuk mencari madu dengan alat alat itu Mas.” Suara seorang laki laki di balik hand phone milik Irawan.
“Bagus, sekalian kamu cari padi hutan yang katanya berkilau kilau bagai emas itu.” Ucap Irawan..
“Haduh Mas, yang madu saja belum dapat ini harus mencari yang lain lagi.” Suara laki laki di balik hand phone milik Irawan.
“Jangan membantah, aku ingin mendapatkan padi itu!” ucap Irawan dan dia pun segera memutus sambungan teleponnya.
Waktu pun terus berlalu, pagi hari pun telah tiba. Mawar Ni sudah selesai sembahyang, sudah memasak dan sudah pula membuatkan sayur buat Bagas dan Ayu. Hari ini kedua anak Jumilah sudah resmi tinggal di rumah Mawar Ni, sebelum subuh Jumilah sudah berangkat ke kota.
“Ni, apa kamu sudah pikir matang matang dengan menerima Ayu dan Bagas di sini. Jangan hanya karena kamu ingin bayaran dari Jumilah Ni.” Ucap Nenek yang membantu Mawar Ni menyiapkan sarapan di dapur.
“Sudah Nek, aku menerima Ayu dan Bagas bukan karena bayaran dari Mbak Jum, aku menerima hanya kasihan pada Ayu dan Bagas yang masih butuh perhatian orang dewasa. Kasihan mereka berdua jika dititipkan pada orang orang yang salah Nek, aku akan sangat menyesal jika ada sesuatu hal buruk terjadi pada mereka berdua jika mereka dititip pada orang yang salah. Jaman sekarang Nek banyak orang jahat dan kasar pada anak anak..” ucap Mawar Ni sambil menaruh nasi panas pada piring agar cepat dingin
“Ayu sudah bisa menjaga adiknya Nek, dan Bagas tidak rewel kok, katanya tidak usah digendong tidak apa apa kalau di rumah..” ucap Mawar Ni sambil menaruh piring piring berisi nasi di atas balai balai di dapur.
“Tapi ini nanti Bagas mau aku ajak ke hutan saja, biar Ayu yang di rumah sama Nenek. Biar Nenek tidak merasa repot di rumah ada dua anak kecil.” Ucap Mawar Ni sambil tersenyum lalu melangkah keluar dari dapur untuk melihat Ayu dan Bagas.. Mawar Ni juga ada rasa khawatir jika tensi Nenek naik karena ada dua anak kecil di rumah sementara dia tidak di rumah.
“Hhhmm nama nya anak kecil Bagas pasti akan merangkak atau jalan jalan, Nenek pasti akan khawatir..” gumam Mawar Ni dalam hati.
“Mbak Ni... , Bagas sudah bangun.” Ucap Ayu yang tadi menunggu Bagas yang masih tidur saat diantar oleh Jumilah..
“Ya sudah kamu sarapan sama Nenek di dapur, Bagas biar aku suapin nanti aku ajak dia ke hutan..” ucap Mawar Ni lalu kembali ke dapur untuk mengambil piring makanan Bagas.
“Iya Mbak Ni, aku yang menjaga Nenek di rumah, nanti kalau Nenek sakit aku bisa menelepon Mbak Ni atau petugas puskesmas.” Ucap Ayu yang kini ditinggali hand phone oleh Emaknya sedang Emak nya tidak membawa hand phone hanya memberi nomor telpon majikannya di kota kecamatan.
“Iya nanti kalau matahari sudah bersinar kamu jemur lagi padi nya ya.. jangan dibiarkan kalau ada orang mengambil..” ucap Mawar Ni dan Ayu pun menganggukkan kepalanya dengan mantap..
Setelah selesai menyuapi Bagas, Mawar Ni menggendong Bagas dengan kain batik, dan dia pun pamit untuk pergi ke hutan.. dia ingin melihat lokasi tempat padi kemarin, jika masih ada dia akan melanjutkan memanen..
Sambil menggendong Bagas, Mawar Ni mengayuh sepeda dengan kencang. Bagas tidak rewel bahkan dia tertidur lagi di dalam gendongan Mawar Ni..
Beberapa menit kemudian sepeda Mawar Ni sudah sampai di cabang jalan menuju ke hutan. Tampak Rian dan Dito sudah menunggu di cabang jalan..
“Maaf ya, sekarang aku yang terlambat aku nunggu Bagas bangun dulu dan aku kasih makan dia dulu.” Ucap Mawar Ni
“Iya Ni tak apa, kamu baik banget Ni, mau mengurus anak orang lain..” puji Dito sambil menatap Mawar Ni.
“Mbak Jum bukan orang lain Dit, dia teman aku, teman sependeritaan he... he... “ ucap Mawar Ni sambil terus mengayuh sepedanya berbelok ke cabang jalan menuju ke hutan..
Tidak lama kemudian ketiga anak muda itu sudah sampai di mulut jalan setapak menuju ke dalam hutan. Rian dan Dito menawarkan diri untuk menggendong Bagas ..
“Tidak usah kasihan kalau malah terbangun.” Ucap Mawar Ni yang merasa tidak keberatan menggendong tubuh mungil Bagas.
“Yan, Dit kalian berdua mengambil madu saja ya.. aku coba ke tempat padi kemarin..” ucap Mawar Ni sambil terus berjalan ditangan nya membawa golok dan karung, jika masih ada padi dia akan memasukkan ke dalam karung agar tidak dilihat oleh orang orang.
“Iya Ni, aku juga mau coba membuat asap dan mengambil madu di atas pohon.” Ucap Rian yàng sudah diberi tahu oleh Mawar Ni cara cara mengambil madu.
“Hati hati ya Ni kamu membawa anak kecil.. “ ucap Dito yang sebenarnya dia tidak tega melihat Mawar Ni menggendong Bagas.
“Iya Dit..” ucap Mawar Ni dan mereka pun berpisah jalan Mawar Ni menuju ke jalan setapak menuju ke tempat padi kemarin..
“Semoga aku bertemu Kakek lagi, aku kok jadi semakin ingin bertemu dia, aku ingin bertanya tentang padi hutan.” Gumam Mawar Ni di dalam hati...
Mawar Ni terus melangkah dan beberapa menit kemudian langkah kaki nya sudah sampai di tempat tanaman padi kemarin..
“Benar benar sudah hilang..” gumam Mawar Ni dengan sedih dan kecewa karena tidak lagi melihat hamparan padi berkilau kilau yang dia lihat hanya hamparan semak belukar.. rumpun bambu yang dia ambil satu bambu nya untuk tongkat dan tali masih ada..
“Aneh kok bisa hilang ya.. “ gumam Mawar Ni dia yang kecewa.
“Aku coba lihat lihat ke sana mungkin di sana ada.” Gumam Mawar Ni dalam hati lalu dia melangkah maju ke depan menyusuri jalan di dalam hutan itu. Selain ingin mencari padi emas berkilau kilau Mawar Ni juga ingin bertemu lagi dengan Kakek misterius yang begitu baik hati memberi ilmu mencari madu hutan pada dirinya secara langsung.
Setelah berjalan kira kira sepuluh menit, sesaat mata Mawar Ni melihat sesuatu yang sangat menarik perhatikannya...