milchtee99_ dlbtstae99_
Chandra Maverley adalah CEO tampan dan kaya raya, banyak kaum hawa yang ingin bersanding dengan dengannya. suatu malam, Chandra dijebak oleh seseorang dan berakhir melakukan hubungan terlarang dengan Audrey gadis cantik yang bekerja part time ditempat Chandra bertemu kliennya.
Lima tahun kemudian, Chandra datang ke Desa Simphony. Kedatangannya hanya untuk melihat perkembangan pembangunan hotel yang baru mulai di bangun. Tanpa sengaja bertemu dengan dua anak kembar yang sedang berjualan es lilin tak jauh dari tempat lokasi pembangunan.
“Om mau beli es lilinnya Ana, nda ? Masih segel nih, nda meleleh kok es-nya cuma bisa cail ja ! “
“Dua lebu satu, beli lima gelatis mommy Lea ! " sambung Azalea penuh semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Alana
Merasa kalah berdebat dengan cebol badak, Tuan Maverley memutuskan untuk pergi ke kamar dengan hati kesal.
Ponselnya bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk di ponselnya. Tuan Maverley meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan.
Tuan Maverley tidak membalasnya dan langsung menghubungi nomor tersebut. Menunggu beberapa detik panggilannya terjawab.
“Ha–”
“Ehhh kutu kupretttt !! Ganti uang ku, sekarang !! Gara-gara kamu aku kehilangan uang lima juta !! “
Pria tua di seberang sana tertawa puas. Dia memang sengaja tidak membayar tagihan makanan karena dia kesal saat diserang duo cebol badak.
“Uangmu banyak Lele. Jadi ikhlaskan saja , “ kata Tuan Gino santai.
“Uang segitu tidak ada artinya bagimu, iya kan Lele ? “
“Heee Gigi Dino ! Uang lima juta itu bisa buat jajannya cicitku ya ?! Balikin nggak !! “
“Benelan bubu, lima juta punya kami ?! “ pekik Alana yang entah sedari kapan dia berada disana.
Tuan Maverley terlonjak kaget, tiba-tiba saja duo cebol bocil ada dihadapannya. Dia langsung mengumpat kesal.
“Dengar uang langsung panjang telinganya, dasar telinga duitan ! “
“Cembalangan bubu nih, olang bubu sendili yang buat jajan Ana cama Lea, “
“ Benel, kata Ana bubu. Bukan telinga kami yang panjang, mulut bubu yang panjang ! “ seru Azalea membuat Audrey langsung menegur kedua putrinya.
“Jangan seperti itu sama buyut, nggak sopan sayang. Mommy sering bilang kan jangan ngomong nggak sopan sama yang lebih tua dari Ana dan Lea,“ tegurnya.
“Benel mommy, bubu bilang gini uang lima juta itu bica buat jajan na cicitku, ya. Balikin ndaaaa !! Kan cicit bubu cuma Ana cama Lea, mommy”
“Heeee elehhhhhh, cicit bubu bukan kalian berdua saja ya, “ kata Tuan Maverley ketus.
Alana mengerjapkan matanya, “ telus siapa ? Cicit bubu yang secantik ini cuma Ana cama Lea ya, nda ada yang cantik selain kami ! “ seru Alana.
“Nanti kalian bakalan tahu, “ katanya setelah itu pergi meninggalkan Alana dan Azalea yang langsung memikirkan siapa cicit bubu mereka yang lain.
Sementara Audrey hanya bisa menghela nafas panjang, lalu membawa kedua putrinya untuk membersihkan diri karena hari sudah menjelang sore.
“Kenapa wajahmu cemberut, pak tua ? “ tanya Nyonya Dara yang menyadari ekspresi wajah suaminya.
“Gino ngerjain aku, dia buat aku rugi dan aku minta uangku dikembalikan” kata Tuan Maverley cemberut.
“Sebelum makan kamu nggak nanya dulu, udah dibayar apa belum ? “ tanya Nyonya Dara duduk disebelah suaminya.
Kini keduanya tengah menikmati senja dari balkon kamar mereka yang menghadap jalan raya. Di ujung jalan terlihat ada beberapa gerobak jajanan berjejer untuk berjualan.
“Sebelum dia pergi membawa cicitnya pulang, aku sudah katakan untuk bayar hidangan. Aku kira dia sudah bayar diawal eh ternyata kutu kupreeetttt ngerjain akuuuuu, “ pekik Tuan Maverley sambil memukul meja dengan keras.
Nyonya Dara sudah tahu tabiat suaminya sehingga dia sudah lebih dulu menutupi kedua telingannya dengan tangannya.
“Ihhh kesalnyaaaaa, “
“Camaaa, Ana juga kecallll ! “
Mendengar suara cebol badak, Tuan Maverley dan Nyonya Dara menoleh ke belakang disana Alana berdiri sambil memegang botol susunya.
“Dimana-mana, cebol ini muncul terus ! Nambah kesal, aku” kata Tuan Maverley menatap sinis Alana yang kini berjalan ke arah mereka.
“Hiiiiii pemandangan naaaa kelennnn ! Hiiiiii di cana ada gelobak-gelobakkkkkk !! “ pekik Alana heboh suaranya yang keras membuat beberapa bodyguard berjaga mengalihkan pandangan mereka ke atas.
“Nonaaaaaaaa, jangan berdiri di sanaaaa ! “ teriak salah satu bodyguard yang tidak melihat keberadaan tuan dan nyonya besarnya. Dia hanya melihat kepala Alana yang menjulur sedikit keluar dari pagar pembatas balkon.
Teriakan body guard itu mengundang rasa panik semua orang yang di bawah termasuk Azalea kembaran Alana yang sudah lebih dulu keluar untuk melihat.
“Anaaaaaa ! Janan lompatttt, tinggi kali ini !! “ teriak Azalea panik bahkan botol susunya diletakkan di tanah saking paniknya.
Chandra yang melihat putrinya berada di balkon sang opa dibuat panik. Mereka tidak tahu jika Tuan Maverley dan Nyonya Dara berada di sana dan masih berbincang-bincang mengenai kejadian tadi siang. Namun, sesekali menatap Alana yang terus menebak gerobak-gerobak yang ada diujung jalan.
Saking asyik menebak gerobak, Alana tidak sadar jika kelakuannya membuat semua orang di bawah berkumpul untuk menegurnya.
“Alana, cucu oma turun ya ! “ seru Mami Cellia panik.
Audrey sampai menangis, karena putrinya itu tidak mendengarkan mereka. Chandra dia terus memanggil putrinya dan mereka melupakan sesuatu yang nantinya akan berubah menjadi suasana garing.
Panggilan demi panggilan membuat suasana obrolan Tuan Maverley dan istrinya menjadi sedikit terusik. Pria tua itu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Alana sambil mengomel.
“Suara apa sih itu, mengganggu acara obrolan orang tua ! “ katanya.
Tuan Maverley mencondongkan tubuhnya sedikit untuk melihat apa yang terjadi. Dia terkejut melihat menantu, cucunya, cucu menantu serta beberapa bodyguard berdiri di bawah balkonnya yang terletak keluar dari pagar kediamannya.
“Kalian ngapain berdiri disana, hey!! “ teriak Tuan Maverley heran.
“Opaaaaa !! Opa di sanaaa ? “ tanya Chandra terkejut dan sedikit heran.
“Lah iya, kamar opa disini kenapa tanya begitu ? “ tanyanya heran.
Memang balkon kamarnya dan sang istri menghadap jalan raya sebelah kiri. Wajar saja terlihat tinggi padahal kamarnya masih berada di lantai satu.
Sementara itu Chandra dan lainnya mengusap dada membuat Tuan Maverley menaikkan sebelah alisnya heran.
“Ada apa ? “ tanya Nyonya Dara yang menghampiri cicit dan suaminya. Bahkan dia merangkul Alana yang juga menatap mereka dibawah dengan bingung.
Nyonya Dara yang melihat cucu menantunya menangis langsung bertanya, “ Cucu menantuku kenapa menangis ? Apa yang terjadi ? “ tanyanya bingung.
“Mereka ini kenapa sih, heboh bener kayak mau demo” ujar Tuan Maverley kepada istrinya. “Mana yang dipanggil si cebol badak lagi, ahhh nggak ngerti deh”
“Loh, kalian ngapain disana ? “ tanya Papi Cakro heran.
Dia sedang mencari istrinya, namun saat bertemu salah satu pelayan yang langsung mengatakan jika mereka yang lain diluar untuk melihat Alana yang berdiri di pagar balkon membuatnya bergegas keluar untuk melihat.
Dia pikir Alana berada di balkon kamar anak dan menantunya, tak tahu di balkon kamar kedua orang tuanya. Tapi yang membuat mereka heboh itu kenapa, apalagi dia melihat Audrey yang menangis di pelukan istrinya.
“Kalian itu kenapa sih ? “ tanyanya lagi.
Salah satu bodyguard menjawab pertanyaan majikannya, “ kami takut nona Alana terjatuh tuan, “
“Takut jatuh gimana ? Balkon papikan di lantai dasar, terus kenapa kalian semua berdiri di luar menghadap balkon papi ? “ tanyanya belepotan.
“Ya takut jatuh, “ sahut Chandra antara malu dan canggung karena dia baru sadar mereka saat ini berada di luar gerbang bukan di dalam halaman.
Saat salah satu bodyguard melapor, mereka semua langsung berlari keluar rumah dan berlari menuju luar pagar ke pagar sebelah kiri tanpa ingat jika balkon kamar Tuan Maverley tidak setinggi itu jika berada di dalam halaman.
“Aisss kok bisa lupa sama letak balkon opa, “
“Sudah bubar sana, gangguin orang aja kalian ! “ usir Tuan Maverley lalu menurunkan pandangannya menatap Alana yang tersenyum polos.
“Liat, gara-gara kamu ! Heboh mereka di luar, “ ketus Tuan Maverley.
“Ana nda tahu kok, kalau tahu Ana mau koncel hihi… “
“Dih nih anakkkkk, “
“Sudahlah, namanya juga anak” bela Nyonya Dara.
“Kamu itu ya, bela terus cebolan badak ini. Uhhh, ngambek aku ! “ katanya lalu meninggalkan Alana dan istrinya di balkon sementara dia masuk ke dalam kamar dengan wajah kesal dan cemberut.