Thung Seng seorang jenius beladiri yang juga memiliki seorang istri yang cantik jelita, dimana hal tersebut memancing iri dan dengki dari kakak seperguruannya sendiri.
Dengan memanfaatkan kekuasaannya sebagai seorang Raja dan melakukan kolaborasi dengan orang kepercayaannya Thung Seng, maka kakak seperguruan Thung Seng berhasil menangkap bahkan menghancurkan ilmu kungfu yang dimiliki oleh Thung Seng.
Sanggupkah Thung Seng yang kehilangan ingatan dan kehilangan kungfunya melakukan balas dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pencari keabadian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Buah Legenda.
Bandit pun segera pergi lari meninggalkan Thung Seng.
“Hey Kau tidak juga kembali ke desaMu?”tanya Thung Seng ke petani yang mengemudikan gerobak berisi hasil panen padi.
“Pendekar muda, Aku takut dibunuh bila kembali ke desa tanpa perintah dari para Bandit.”
“Kau tidak usah khawatir, Aku yang akan menanganinya.”
“Maaf Aku akan tetap menunggu di sini,”jawab Petani yang berumur berkisar tiga puluh tahun.
“Baiklah kalau Kau bersikeras tetap di sini, hmm bagaimana kalau Kita makan bersama?”
“Terima kasih Pendekar muda, Aku sudah makan tadi pagi, lebih baik Aku tetap di sini.”
Thung Seng segera kembali ke tempat Ia membakar ayam hutan.
“Walah-walah gosong ayamKu, untung tidak terlalu banyak,”pikir Thung Seng yang kemudian memakan ayamnya dengan lahap.
Setelah ayamnya habis dimakan, Thung Seng mulai memotong ular phyton besar dan mulai memanggangnya.
“Pendekar muda ini badannya kecil tapi nafsu makannya sangat besar.”
Sementara itu Bandit yang tadi dikalahkan oleh Thung Seng sudah masuk ke markas para Bandit.
“Guru tolong Guru, Aku dirampok!”
“Yang benar saja Kamu, masa Kamu perampok malah dirampok? Ceritakan semuanya dengan jelas!”
Bandit tersebut kemudian menceritakan seluruh kejadian dengan jelas.
“Bodoh! Bagaimana bisa Kau dikalahkan oleh Bocah?! Hmm baik, Kita akan berangkat menuju tempat Bocah itu!”seru Guru dari Bandit tersebut.
Kembali ke Thung Seng yang kini sedang menikmati sepotong daging phyton,”Hhmm Aku akan menyimpan sebagian dari daging phyton bakar ini untuk bekalKu diperjalanan.”
Thung Seng yang sedang menikmati phyton bakar tiba saja meloncat ke samping.
Dan di sebatang pohon tumbang yang tadi diduduki oleh Thung Seng telah tertancap sebatang pedang.
“Hahaha Bocah ingusan reaksiMu boleh juga,”ucap sebuah suara yang bergema di hutan.
“Kakek ingusan, pedangMu boleh juga,”ucap Thung Seng yang mencabut pedang milik Guru para Bandit tersebut dari batang pohon dan memasukkannya ke dalam cincin penyimpanan milik Thung Seng.
“Bocah ingusan beraninya Kau menghina dan mengambil pedangKu!”seru Guru dari Bandit dengan emosi sampai urat di lehernya menonjol ke luar.
Guru dari para Bandit dengan cepat menarik pedang dari sarung pedang milik Pria yang berada di sebelahnya, kemudian melompat ke arah Thung Seng.
Thung Seng mengangkat pedang miliknya untuk menangkis laju pedang lawan.
Pertemuan pedang Thung Seng dengan lawan membuat Thung Seng terlempar dan mematahkan pohon-pohon berukuran kecil, tanpa memberi nafas, lawan Thung Seng tetap mengejar.
“Trang trang trang trang,”bunyi pedang saling beradu.
“Guru Wei jangan kasih ampun!”teriak salah satu Bandit memberikan semangat.
“Ada yang aneh dengan Bocah ini, tadi berada di peringkat dasar ke sembilan sekarang sudah naik ke peringkat menengah ke dua, apakah tetap akan naik lagi?”pikir Guru Wei,
“Kultivasi lawan berada di atasKu dan lawanKu hendak mengandalkan keunggulan tenaga dalamnya,”pikir Thung Seng.
Dengan mengandalkan kultivasi menengah tingkat ke lima, dalam waktu singkat pedang yang digunakan oleh Thung Seng mulai rusak terdapat coakan di beberapa tempat setelah terkena tebasan pedang lawan.
Sampai pada suatu ketika pedang yang digunakan oleh Thung Seng pun putus tertebas pedang lawan.
“Guru Wei sungguh luar biasa. Guru Wei sungguh hebat. Guru Wei tanpa tanding!!!”terdengar teriakkan puji-pujian dari para Bandit.
Setelah memotong pedang Thung Seng, dengan cepat pedang dari Guru Wei terangkat ke atas dan mengenai wajah Thung Seng sampai memotong sebagian caping yang dipakai oleh Thung Seng.
“Hahaha Bocah ingusan jurus pedangMu memang bagus, sayangnya kultivasiMu tiga tingkat di bawahKu, lebih baik nanti Kau belajar dengan tekun di neraka!”
Thung Seng yang terkena serangan pedang mundur beberapa langkah.
Guru Wei terperanjat melihat Thung Seng yang masih bisa melangkah mundur beberapa langkah kemudian melirik ke arah pedang miliknya sendiri.
“Mustahil…tidak ada noda darah di pedangKu,”pikir Guru Wei.
Memanfaatkan Thung Seng yang masih sempoyongan, dengan cepat Guru Wei menusukkan pedang miliknya ke dada Thung Seng.
“Duanggg!”bunyi pedang mengenai dada Thung Seng.
Dengan pedang yang menempel di dada Thung Seng maka tubuh Thung Seng tergeser ke belakang, merubuhkan semua pohon yang terkena tubrukkan dari punggung Thung Seng.
“Sudah cukup!”teriak Thung Seng sambil mengarahkan dua tinjunya ke bagian tumpul dari pedang lawan.
Pukulan dari dua tinju Thung Seng secara bersamaan membuat pedang Guru Wei hancur berantakan.
“Musta_,”ucapan Guru Wei yang terpotong karena dengan sangat cepat cakar naga dari Thung Seng telah menembus dahi dan wajah dari Guru Wei.
“Kakek ingusan sepertinya Kau dahulu yang pergi ke neraka,”gumam Thung Seng sambil mencabut jari-jari tangannya dari wajah Guru Wei.
Guru Wei pun terjatuh ke tanah selamanya.
Sorak-soray dan teriakkan riang gembira dari para Bandit pun terhenti digantikan oleh keheningan mencekam dan para Bandit pun gemetar ketakutan.
“Sial topi capingKu rusak berat gara-gara menubruk pepohonan…eh buah di tanaman semak-semak itu seperti akrab denganKu, di mana yah Aku pernah lihat?”pikir Thung Seng.
“Apa yang Bocah gila itu pikirkan?”
“Psst mumpung Bocah gila itu tidak memperhatikan Kita, ini kesempatan untuk kabur.”
Kembali ke Thung Seng yang masih merenung di dekat hamparan semak-semak.
“Oh iya Aku ingat, ini adalah buah legenda untuk campuran bahan obat, KakakKu pernah memperlihatkan buku yang berisi gambar tanaman ini. Lebih baik Kuambil semua berikut dengan tanahnya, jadi Aku punya kebun tanaman di dalam cincin penyimpanan."
Akibat dari pertempuran Thung Seng malah membuka jalur yang sebelumnya tidak ada manusia manapun yang pernah menjejakkan kakinya di tempat sekarang Thung Seng berada.
“Hey Kamu, tolong bawakan Aku sekop yang berada di gerobak!”seru Thung Seng kepada Petani yang ada di atas gerobak.
Dengan ragu-ragu dan heran, Petani tadi membawakan Thung Seng sebuah sekop.
Satu jam kemudian seluruh tanaman semak pun sudah berpindah semua ke dalam cincin penyimpanan milik Thung Seng.
“Terima kasih atas bantuanMu, sekarang tolong bawa Aku ke markas para Bandit.”
Satu jam kemudian Thung Seng sudah berada di markas para Bandit yang kosong melompong tanpa terlihat satu batang hidung para Bandit.
Tidak terlihat barang-barang berharga berupa perhiasan, uang ataupun emas, karena semua sudah di bawa lari oleh para Bandit.
Yang tersisa adalah bahan makanan yang tersimpan di gudang berupa padi, jagung dan buah-buahan.
Thung Seng mengambil beberapa buah-buahan dan senjata-senjata yang tertinggal.
“Panggil temanMu dan bawa kembali semua bahan makanan yang ada di gudang ini ke desa Ulaan!”perintah Thung Seng.
“Baik Pendekar muda, terima kasih atas pertolongannya.”
“Hahaha tidak usah terlalu dipikirkan,”jawab Thung Seng dengan tersenyum.
Bersambung :))