Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Pagi hari, seperti biasa Pak Ramli, Bu Romlah, Intan, dan Johan sarapan bersama sebelum memulai aktivitas di luar rumah. Saat itulah Pak Ramli mengutarakan maksudnya pada Intan.
"Intan, dua hari lagi kamu harus menikah dengan anak teman Bapak," ucap Pak Ramli pada Intan tiba-tiba.
"Intan kan masih sekolah, Pak. Apalagi 2 hari lagi? Bapak bercanda ya?" balas Intan tidak percaya seraya menatap Pak Ramli.
"Bapak serius, Ntan. Lusa kamu ikut Bapak ke rumah sakit. Kamu tahu kan Bapak tidak suka dibantah!" ucap Pak Ramli tegas.
"Tapi, Pak, gimana dengan sekolah Intan? Tinggal beberapa bulan lagi Intan lulus, Pak," ujar Intan pada Bapaknya.
"Kamu masih bisa melanjutkan sekolahmu, bahkan kuliah pun kamu juga bisa Intan," balas Pak Ramli.
"Tapi, Intan masih belum mau menikah, Pak. Intan masih ingin bebas. Intan selalu menuruti kata - kata Bapak. Bahkan saat Bapak melarang Intan pacaran, Intan juga nurut sama Bapak. Intan mohon, Pak, jangan nikahkan Intan. Bu, tolong Intan Bu," mohon Intan pada Ibunya dan mulai menangis. Ibunya hanya bisa menunduk sambil meneteskan air matanya.
"Cepat habiskan sarapanmu! Segera berangkat ke sekolah!" perintah Pak Ramli. Intan pun menghabiskan makanannya meskipun rasanya sangat sulit untuk menelan. Ia sudah tidak nafsu makan lagi.
***
Di sekolah Intan tampak murung, tidak ceria seperti biasanya. Melly, Vina, dan Rita, sahabat Intan merasakan ada yang tidak beres dengan sikap Intan. Saat istirahat biasanya Intan yang mengajak mereka ke kantin duluan, tapi kali ini tidak, Intan tetap di bangkunya. Ia melipat tangan di atas meja dan menyembunyikan wajahnya di sana.
"Kamu kenapa, Ntan?" tanya Melly yang kebetulan sebangku dengan Intan. Vina dan Rita yang duduk di bangku depan mereka pun memutar kursi mereka ke belakang menghadap Intan.
"Aku mau dinikahkan sama Bapak," jawab Intan lirih setelah itu air matanya menetes.
"Kenapa tiba - tiba dinikahkan, Ntan? Kamu ketahuan pacaran?" tanya Vina penasaran karena ketiga sahabat Intan itu tahu kalau bapaknya Intan melarang Intan untuk pacaran.
"Enggak. Aku juga nggak tahu kenapa Bapak tiba - tiba menyuruh aku menikah. Bahkan aku belum tahu siapa calon suamiku, wajahnya, usianya, dan pekerjaannya. Yang aku tahu, aku akan menikah di rumah sakit 2 hari lagi," jelas Intan pada ketiga sahabatnya itu. Melly pun memeluk Intan begitu juga Vina dan Rita.
"Sabar ya, Ntan. Mungkin Bapak kamu ada alasan lain," ucap Melly menenangkan hati Intan.
"Yup betul! Positive thinking aja, Ntan. Kita selalu ada untuk kamu," tambah Rita memberikan semangat sambil tersenyum.
"Iya, Ntan. Enak kali nikah. Ada yang nemenin bobok, Hahaha," timpal Vina yang sontak membuat Melly dan Rita ikut tertawa juga. Intan hanya mengulum senyum mendengarkan candaan Vina.
"Yuk ke kantin! Lapar nih," ajak Melly.
Mereka berempat pun akhirnya pergi menuju kantin bersama.
Sesampainya di kantin, seperti biasa mereka berempat memesan bakso dan es jeruk makanan favorit mereka. Sambil menunggu pesanan datang, tiba - tiba Adit menghampiri mereka dan duduk di samping Intan.
"Hai, Ntan. Kamu kenapa? matamu sembab?" tanya Adit yang melihat Intan tidak seceria biasanya.
"Nggak apa-apa, Dit. Kamu sudah makan?" tanya Intan mengalihkan pembicaraan.
"Sudah, dari tadi aku nungguin kamu. Kamu kenapa?" tanya Adit penasaran karena ini pertama kalinya ia melihat Intan seperti ini.
"Mmmm … aku …, aku agak nggak enak badan, Dit," jawab Intan berbohong. Ia tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada Adit. Ia tahu Adit dari dulu menyukainya. Bahkan beberapa kali menyatakan cintanya, tapi Intan menolaknya karena larangan bapaknya untuk berpacaran.
"Kenapa kamu masuk sekolah kalo sakit, Ntan? Ayo ke UKS," ajak Adit sambil menarik tangan Intan.
"Nggak usah, Dit! Aku nggak apa-apa kok," tolak Intan sambil melepaskan tangannya dari tarikan tangan Adit.
"Ya udah. Aku ke kelas dulu. Kalau ada apa-apa, kamu hubungi aku, ya?" ucap Adit sebelum pergi. Intan pun menganggukkan kepala dan tersenyum.
***
Visual Intan Wulandari