Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Yang, masak apa?" ujar Rangga memeluk sang istri yang sedang asik berkutat di dapur minimalis itu, dengan berpakain baju tidur **** yang di paksa beli oleh Rangga kemaren sore.
"Sarapan nasi goreng aja ya kak, sama telur ceplok, nanti siang baru masak ya, pas aku pulang kuliah" ujar Rania, yang memang hari ini masuk kuliah.
"Tidak usah masak sayang, nanti pulang kuliah kamu lansung ke bengkel bang gilang aja, kakak mulai kerja hari ini, nanti kakak bawain baju salinnya" ujar Rangga yang tidak ingin istrinya di rumah seorang diri, apa lagi mengingat paman dan bibi Rania yang mulai gila itu.
"Baiklah, nanti Nia ke sana" putus Rania, yang masih melanjutkan acara memasaknya, walau ada bayi besar yang selalu menepel di belakangnya.
"Kakak mau di bikinin minum apa, kopi apa teh?" tanya Rania.
"Mau s*s*, boleh?" tanya Rangga ambigu.
"Ok, aku bikinin" ujar Rania polos.
"Mau s*s* murni sayang" ujar Rangga menggoda, dan mere mat, gunung kembar sang istri dengan sengaja.
"Kakak...! kenapa semakin ke sini semakin mesum sih" omel Rania terkekeh dengan kelakuan sang suami. Dulu saat pacaran dia besa menjaga Rania dengan baik, dan tidak pernah bicara mesum seperti sekarang ini, tapi setelah menikah, banyak keajaiban yang dia ketahui tentang sang suami.
"Ngak pa apa lah, me sumin istri sendiri, nanti mesu min istri orang bisa bisa di amuk sama suaminya" kekeh Rangga.
"Dasar..." gemes Rania mencubit gemes tangan Rangga yang melilit perutnya itu.
"Aduhhhh...Sakit sayang" Rengek Rangga.
"Biarin aja sakit, abis klau ngomong suka ngadi ngadi" omel Rania.
Rangga hanya terkekeh dan mencium pundak terbuka sang istri, bertubi tubi.
"Mandi sana kak, gantian kita" ujar Rania.
"Mandi bareng" ujar Rangga mengangkat tubuh istrinya dan membawa ke kamar mandi, setelah mematikan kompor mati.
"Kak. Astaga..." pekik Rania yang sudah melayang di bawa sang suami ke kamar mandi.
******
Seorang laki laki, pagi ini tampak muka yang muram durjana, karena kejadian yang dia lihat kemaren sore, pujaan hatinya bergandeng mesra dengan laki laki lain di depan matanya, membuat dia kesal, dan ingin menonjok laki laki tersebut sampai masuk ke rumah sakit.
Tapi apa lah daya, dia tidak punya hak atas itu semua. Rania bukan ke kasihnya, dan Rania tidak pernah memberi harapan kepadanya, hanya cintanya yang terlalu buta, pesona Rania membuat dia semakin jatuh, namun wanita itu selalu menolak kehadirannya.
"Kenapa muka loe kusut gitu bang?" tanya Randi saat melihat sang abang tidak ada gairah pagi ini.
"Pujaan hati gue sudah di ambil orang" keluh Radit kepada sang adik dan itu di dengan oleh ke dua orang tuanya.
"Ya elah, gara gara satu cewek aja loe sampai segitunya, loe cari yang lain ajalah, masih banyak cewek di luar sana yang lebih segalanya dari cewek itu" ujar Randi santai.
"Loe ngak tau sih, cewek itu ngak sama dengan cewek cewek yang selama ini mendekati gue, dia ngak pernah memandang tampang gue, dan ngak pernah silau dengan harta, setiap gue ajak dinner, atau sekedar makan siang saja dia tidak mau, dia begitu sulit untuk di taklukkan" keluh Radit.
"Apa perempuan itu, yang kamu bilang, mahasiswa paling pintar di kampus sahabat kamu itu?" tanya sang Papi.
"Iya. Dia" ujar Radit lemah.
"Buaknkah sebentar lagi dia magang, kenapa kamu tidak memintanya bergabung di perusahaan, dab kamu bisa melakukan apa pun di bawah kendali kamu, selama dia magang di perusahaan" ujar Sang Papi.
"Aa... Benar juga usulan Papi, nanti aku minta Tian agar dia menyuruh gadisku itu bergabung di perusahaan kita" semangat Radit.
"Haii... sayang, tunggu lah sampai saat itu, aku pastikan kamu tidak bisa menolak ku" gumam Radit tertawa ruang di dalam hati.
"Gitu dong. Cari cara biar tidak lepas dari genggaman kamu" ujar sang Papi memberi semangat.
******
Rania mengerucutkan bibirnya, karena kesal ulah sang suami, bisa bisanya suaminya itu meminta haknya di kamar mandi, mana tidak sekali pula, sampai dua ronde, membuat dia kedinginan dan juga dengkulnya gemetaran, ulah suaminya itu.
"Jangan ngambek sayang" rayu Rangga melihat bibir sang istri mengerucut, membuat dia gemes ingin melahapnya.
"Habis. Kakak ngak kira kira, heran aku tuh sama kakak, apa ngak bosan ya begituan terus" sungut Rania kesal.
"Ncek. Mana ada bosan, bikin nagih lagi, kaya kamu ngak aja, ahh... kak, ahh... cepetan kak aku ngak tahan, mau keluar kak" goda Rangga.
"Kakak. Kesal Rania melempar Rangga dengan sisir yang sedang dia pakai. malu sungguh malu dia di goda suaminya itu, memang tidak di pungkiri permainan suaminya itu memang luar biasa, awalnya menolak, ujung ujung menikmati.
Rangga mengelak dan terkekeh, dia keluar untuk menghindari sang istri, dan membuat minum hangat agar menghangatkan perut istrinya itu, dan juga kembali memanaskan nasi goreng yang sudah dingin.
"Ncek. untung pakai hijab, coba klau ngak, habis aku di buly sama anak anak" gerutu Rania, melihat lehernya sudah penuh dengan tanda cinta, dari sang suami.
"Sudah rapi sayang, ayo kita sarapan" ajak Rangga, masuk ke dalam kamar memanggil sang istri.
"Sudah kok" ujar Rania beranjak dan mengambil tasnya, dan juga ransel sang suami yang berisi baju ganti mereka.
Bersanbung....