Married Via Audition

USAHA YANG.... LUMAYAN.

Dalam kediaman rumah keluarga Irie yang kini sudah diambil ahli oleh Jillian dan Ken. Kedua orang berbeda gender itu tengah berbincang di satu ruangan yang sama, tepatnya di dalam kamar Irie.

Terlihat Ken terbaring di sana setelah dia menyeruput kopi malamnya. Jillian yang mulai mengganti pakaiannya menjadi pakaian piyaman merah, wanita itu juga tengah mengoceh. “Aku masih tidak percaya jika Irie benar-benar akan menikah. Dasar wanita murahan!” ketus Jillian tersenyum miring.

“Kau benar. Dia menunjukkan sisi sebenarnya, untung saja aku jatuh cinta padamu Sayang!”

Terlihat wajah sumringah Jillian yang berbalik dan berjalan ke arah Ken dengan seksinya. “Tentu saja. Lagipula... pria bodoh mana yang mau menikah dengan wanita sok suci itu! Aku yakin Irie akan dijadikan pembantu saja di sana!” Jillian mulai berbaring di samping Ken seraya memeluk tubuh pria itu.

Mereka bahkan belum menikah, dan akan menikah satu Minggu lagi.

Ken menatap ke wajah Jillian lalu mencium kening wanita yang lebih tua darinya itu. Ketika mata Jillian terpejam rapat namun senyumannya masih belum pudar, di saat itulah Ken mulai mengingat percakapan para pegawai di kantornya.

Bawah bos mereka sekaligus direktur Vernandez Corp sudah menikah lagi dengan wanita yang lebih muda dari umur bosnya.

-‘Tidak mungkin itu dia Ken. Yang benar saja, bos mu kaya, mana mungkin mau dengan Irie yang bekasmu! Cih.’ Pria itu menyeringai licik saat memikirkannya.

Tak lama dia juga ikut tertidur bersama Jillian.

...***...

Tidak ada perbincangan sama sekali, hanya ada keheningan malam beserta hembusan angin malam yang masuk lewat jendela. Yup! Baik Irie maupun Arky sama-sama lupa menutup jendela dan mereka sudah berbaring di atas ranjang saling membelakangi.

Irie memejamkan matanya rapat-rapat, mengepalkan tangannya di atas bantal. Dia merasa kaku dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali saat Arky tidur di sebelahnya.

Sementara Arky juga masih membuka lebar matanya yang selalu menyorot tajam itu.

“Tutup jendelanya. Aku tidak bisa tidur karena suara angin.” Pinta pria itu tanpa berbalik.

“Ak.. I, iya— ” bingung harus bagaimana. Irie yang gugup karena ucapannya yang berani sebelumnya, kini menjadi salah tingkah.

Ia segera menutup jendelanya, namun angin terlalu kencang sehingga gorden di sana seolah ingin melilitnya. Ketika Arky tak sengaja berbalik dan melihat pemandangan tersebut, pria itu terpaku dalam tatapannya.

Matanya yang selalu menyorot tajam, seketika menjadi sayu memandangi istrinya yang tengah berusaha menutup jendela.

Kecantikan Irie yang terpancar sinar rembulan dengan rambutnya yang indah tertiup angin, membuatnya nampak sangat berbeda. -‘Apa yang kau lihat Arky? Dia bukan Saffron. Tapi dia.... Dia terlihat cantik.’ Batin Arky yang seakan-akan bergelut dengan hati dan pikirannya.

Setelah berhasil menutup jendela, Irie tersenyum puas lalu berbalik hingga ia menatap ke arah Arky yang masih mengamatinya tanpa berpaling. Sementara pria itu malah melihat bayangan Saffron dari wajah Irie yang seolah tersenyum ke arahnya.

Kerutan di alis Arky menunjukkan bahwa pria itu tersadar kembali saat Irie semakin dekat ke arah ranjang.

“Aku... sudah menutupnya.” Ucap wanita itu pelan.

Tak ada balasan dari Arky, pria itu berbalik membelakangi Irie lagi, mencoba melupakan kejadian barusan yang hampir saja membuatnya hilang akal. “You stupid.” Umpatnya pada diri sendiri.

Irie kembali berbaring perlahan, namun dia masih membuka matanya karena kepikiran akan sesuatu yang mengganjal nya. Seperti keadaan Jillian dan Ken, lalu cara mendekati Alina, keadaan ibu Jolie dan juga kehidupannya di hari ke hari. Hingga tanpa sadar air matanya menetes saat dia mulai teringat dengan sang ayah dan ibu yang sudah meninggal lebih dulu.

Tangannya mencoba menghapus jejak air matanya meski air bening tersebut terus menerus keluar.

Pria yang tidur i sampingnya mengerti bahwa istrin tengah menangis, namun Arky hanya diam toh itu itu bukan urusannya. Namun pria itu berpikir bahwa karena ucapannya mungkin Irie menangis.

...***...

Seperti biasa, meski makanan yang dia buat sama sekali tidak tersentuh oleh Arky maupun Alina. Irie akan selalu tetap memasak untuk mereka, walaupun ujung-ujungnya para pelayan dan pekerja di rumah itulah yang akan menjadikannya.

“Nyonya Irie! Anda baik-baik saja?” tanya Puput yang baru saja menghampirinya.

Dengan wajah tersenyum, Irie mengangguk baik sehingga Puput ikut tersenyum melihatnya.

[“Dia baik-baik saja Nyonya!”] kata Puput kepada seseorang yang sedang berada di telepon.

Irie bingung, namun wanita bertubuh gemuk itu memberikan ponselnya kepadanya dengan tiba-tiba. “Nyonya Jolie ingin bicara dengan Anda!”

Kedua mata Irie mendelik dan menggeleng cepat seraya mundur beberapa langkah tanpa bersuara bahkan menyuruh Puput untuk diam dan beralasan.

Untungnya Puput mengerti, [“Maaf Nyonya! Nyonya Irie baru saja pergi ke kamar mandi, panggilan alam hehehe!!”] bujuk Puput seraya tersenyum lebar.

Irie menjadi lesu setelah menolak panggilan ibu Jolie. Bagaimana tidak— dia tidak akan sanggup mentahkan bahwa dia masih gagal menangani Alina dan Arky.

Selang beberapa menit, akhirnya Puput selesai menelepon dan langsung menghampiri Irie lebih dekat dengan wajah bingung. “Kenapa Anda berbohong? Apa Anda tidak menyukai nyonya Jolie?” tanya penuh curiga.

“Bukan seperti itu.. Ibu Jolie orang yang baik! Jika dia tahu aku belum bisa menjadi menantu yang baik, pasti dia akan kecewa.” Jelas Irie. Puput mengangguk-anggukkan kepalanya.

Melihat wajah Irie yang seolah memikirkan sesuatu, Puput menjadi kasihan. Hanya karena salah audisi, wanita malang dan cantik itu terjebak dalam pernikahan.

Tak ingin berlama-lama bersedih, Irie kembali vit dengan senyumannya yang lebar. “Ini masalah kecil, semuanya akan beres!!” serunya menoleh ke Puput.

Setelah itu Irie pun pergi ke kamar Alina mengetok berulang kali tanpa hentinya hingga gadis muda bernama Alina pun keluar dengan wajah kesal.

“Waktunya bangun dan sarapan bersama!” ucap Irie tak lupa tersenyum lebar.

Tanpa dia sadari, Arky yang sudah bersiap dan baru saja keluar kamar, tak sengaja melihat pemandangan tersebut hingga dia memutuskan berhenti sejenak. Bagaimana cara sang istri membuat putrinya mau ikut sarapan. Begitulah yang ada pada batin Arky.

Alina menatap datar ibu tirinya itu. “Pergilah.” Usirnya malas dan kembali menutup pintunya.

Irie memejamkan matanya sejenak, menahan kesabarannya bahkan dia melupakan perbuatan Alina semalam padanya. Tok! Tok! Tok! Berulang kali lagi Irie mengetuk pintu putih tersebut tanpa henti. “Ayo bangun dan maka sarapan mu.... Kau tidak bisa pergi kemanapun tanpa memakan sarapannyaaaa— ”

Tepat saat mulutnya terbuka lebar dengan mata tertutup saat menggedor-gedor pintu Alina. Gadis itu membukanya kembali namun sebuah lemparan bantal mengenai wajah Irie begitu saja dan pintu tertutup kembali, sementara Irie yang berhenti bersuara, menatap penuh kepasrahan.

Melihat hal itu seorang pria tampan nan rapi yang tadinya terus memperhatikannya, tanpa sadar dia menikmati pertunjukan tersebut hingga senyuman kecil terlihat disudut bibir Arky.

Tidak lagi mengganggu Alina, Irie memilih kembali ke meja makan. Betapa terkejutnya dia melihat Arky sudah duduk di sana dan melahap hidangan yang dia buat. Puput yang juga ikut memperhatikan tuan mudanya, lalu menoleh ke arah Irie yang berdiri di belakang tersenyum seraya mengacungkan jempol tangannya. Tanda semangat!

“Maaf, aku masih tidak bisa— ”

“Duduk dan makanlah.” Pinta Arky bersuara dingin.

Dengan kegugupannya, Irie akhirnya ikut duduk di sana menikmati sarapan bersama seorang pria duda tampan. Tapi ia terus menatap ke arah kamar Alina yang masih tertutup, ada rasa kasihan kepada gadis itu dan ingin sekali dia mengajaknya bersenang-senang. Tapi itu mustahil!