Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Cuaca terik siang ini tidak menjadi penghalang bagi Rumi untuk melangkahkan kakinya meninggalkan bangunan tempat dirinya bekerja selama dua tahun ke belakang ini.
Matanya sedikit memicing karena terlalu silau oleh cahaya matahari. Hah, kalau tau akan panas sekali begini mungkin Rumi akan membawa payung khusus yang baru saja dibelinya.
"Miss Rumi!" Kernyitan di kening Rumi sirna begitu saja dan langsung digantikan dengan senyuman yang begitu lebar kala matanya menemukan entitas lucu di depan sana.
"Ayo kita pulang!" Bukannya meraih uluran tangan Joyie, Rumi justru berjongkok lalu memeluk tubuh kecil itu beberapa saat.
"Maaf ya Miss Rumi kelamaan di dalam sana, jadinya Joyie harus nunggu lama." Rupanya Rumi sedang merasa tidak enak karena sudah membuat si gadis kecil menunggu terlalu lama.
"No problem, Miss Rumi. Joyie kan tunggunya di dalam mobil bersama Daddy, jadinya tidak kepanasan tuh." Giginya yang rapi dan mungil itu ia perlihatkan pada Rumi dengan cuma-cuma, tentu saja Rumi jadi semakin gemas sendiri.
"Rumi." Interaksi kedua perempuan itu diinterupsi oleh kehadiran Tristan yang sejak tadi sudah berdiri di sana dengan sebuah buket mawar merah muda.
Melihat hal itu tentu saja membuat kedua netra Rumi mengerjap dengan begitu cepat. Gadis itu lantas menoleh ke segala penjuru arah untuk memastikan apakah ada orang lain yang sedang melihat hal ini.
"Itu bunganya Daddy belikan untuk Miss Rumi loh. Ayo cepat diambil, Miss!" Sumpah mati Rumi jadi semakin malu ketika mendengar ucapan Joyie yang barusan itu.
Jadi Tristan sengaja membawakan sebuket bunga untuk Rumi? Tapi dalam rangka apa dan kenapa Tristan melakukannya saat mereka masih berada di sekitaran sekolah.
"Terima kasih, Pak." Mau tak mau Rumi menerima uluran buket itu setelah ia memastikan kalau tidak ada orang lain yang melihat.
Mungkin Tristan tak sadar kalau saat ini ada semburat bewarna senada dengan bunga yang di bawanya pada kedua pipi putih Rumi. Iya, Rumi sedang merona sekarang ini.
Perlakuan seperti ini bahkan tak pernah ia dapatkan dari mantan kekasihnya yang sebelum ini. Digo—mantan kekasihnya itu hanya akan memberikan bunga saat mereka sedang merayakan sesuatu, itu juga hanya satu tangkai saja.
"Langsung masuk saja, ya? Di sini terlalu panas, nanti kalian berdua malah berkeringat banyak." Karena Tristan lah yang paling dekat dengan mobil, maka dia jugalah yang membukakan pintu tersebut.
Joyie menjadi orang pertama yang masuk, lalu kemudian disusul oleh Rumi.
"Joyie mau dipangku sama Miss Rumi." Bokong Rumi baru saja menyatu dengan kursi yang terasa sangat nyaman ini, tapi telinganya sudah mendapatkan permintaan dari sang tuan putri kecil.
"Joyie duduknya bersama Daddy saja, sayang." Dengan tangan yang terbuka lebar, Tristan siap menyambut Joyie untuk duduk di pangkuannya. Ia hanya tidak ingin merepotkan Rumi lebih jauh lagi.
Hingga pada akhirnya Joyie memilih untuk mengalah dan duduk bersama dengan Tristan tanpa melayangkan protes sama sekali. Toh, Rumi tetap berada di sisinya saat ini, jadi ini bukan masalah sama sekali.
"Bunganya saya simpan di belakang saja ya, Rumi." Tristan seolah mengerti kalau Rumi dibuat sedikit kerepotan karena harus memangku bunga pemberiannya, sehingga ia langsung menawarkan pertolongan.
"Makasih lagi, Pak." Entah apa yang lucu dari ungkapan terima kasihnya Rumi, tetapi Tristan malah tergelak sembari memindahkan bunga tadi ke kursi yang ada di belakang sana.
"Miss Rumi, hari ini temani Joyie beli gaun baru ya?" Rumi belum sempat bertanya pada Tristan kenapa pria itu menertawakannya tadi, namun sekarang Joyie malah kembali mengajaknya berbicara.
"Gaun?" Tentu saja Rumi dibuat kebingungan karena Joyie yang tiba-tiba saja meminta Rumi untuk menemaninya membeli gaun.
"Iya, Oma bilang sebentar lagi akan ada pesta besaar! Jadi Joyie harus beli gaun baru bersama dengan Miss Rumi." Seketika Rumi langsung teringat dengan pesat yang Joyie maksud barusan.
Itu pasti pesta yang tempo hari Lisa bicarakan padanya dan juga Nirma saat mereka bertemu. Jadi sebentar lagi ya acaranya? Kok sepertinya cepat sekali sih?
"Daddy tidak pintar memilih gaun yang cantik, jadi nanti tolong pilihkan untuk Joyie ya." Gadis kecil itu mendekat pada Rumi hanya untuk membisikkan sesuatu yang ternyata ejekan yang ia tujukan pada Tristan.
"Daddy bisa mendengarnya, Joyie." Bukannya merasa takut, Joyie justru tertawa dengan sangat keras sampai suaranya memenuhi seisi mobil.
"Oke, nanti kita beli gaun yang paling cantik karena Joyie harus menjadi tuan putri yang cantik di pesta itu." Berbinarlah kedua mata bulat Joyie saat mendengarnya, kepalanya pun langsung mengangguk dengan penuh semangat.
"Joyie akan menjadi tuan putri, lalu Daddy akan menjadi raja, lalu Miss Rumi yang menjadi ratunya!" Celetukan yang diselingi dengan senyuman lebar itu berhasil membuat Tristan dengan cepat menolehkan kepalanya ke arah Rumi karena ia ingin mengetahui respon seperti apa yang gadis itu perlihatkan.
Sesuai dengan praduga yang ada di kepalanya, Rumi membolakan kedua matanya dengan sempurna karena terlalu terkejut.
"Joyie mau tidak kalau Miss Rumi menjadi Mommynya Joyie?" Yang sebelumnya saja sudah membuat Rumi terkejut, tapi yang selanjutnya Tristan katakan jauh lebih mengejutkan sampai-sampai Rumi menganga dibuatnya.
"Mau! Joyie mau sekali, Daddy." Baiklah, Tristan akan menganggap ini sebagai izin dari Joyie kalau dirinya diperbolehkan untuk menikah lagi.
"Tapi bagaimana caranya?" Nah untuk pertanyaan yang satu ini sepertinya Tristan tidak bisa menjawabnya dengan cepat. Dirinya saja nampak kebingungan saat mencari jawaban yang ia rasa tepat.
"Pak, kita sudah tiba." Sepertinya Tristan harus berterima kasih pada sekretaris pribadinya ini karena ia jadi tidak perlu menjawab pertanyaan tadi.
"Come here." Kedua tangannya yang kecil langsung membentang lalu ia kalungkan begitu saja dileher sang Ayah yang memang sedang menunggu dirinya di luar sana.
"Hati-hati." Tangan kanan Tristan memang sedang menggendong Joyie, tetapi tangan kirinya tengah menghalangi bagian atas mobil agar tidak mengenai kepala Rumi.
Karena hari ini bukan akhir pekan, jadi pusat perbalanjaan tidak terlalu ramai. Kalau seperti ini kan jadi lebih leluasa dan nyaman untuk Rumi yang memang tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai.
Semakin kakinya melangkah, barulah Rumi menyadari kalau mall yang mereka datangi siang ini adalah mall dimana barang-barang branded diperjual belikan.
"Kamu mau kita memasuki toko yang mana, Rumi?" Bagaimana Rumi tidak terkejut ketika Tristan melemparkan pertanyaan seperti itu pada dirinya? Rumi saja tidak pernah membeli barang branded seumur hidupnya.
"Miss Rumi, ayo kita masuk ke sana." Ditengah keterkejutannya, Joyie menunjuk ke arah salah toko yang memajang beberapa pakaian cantik di etalasenya. Mungkin hal itu yang membuat Joyie tertarik.
"Boleh, kita ke sana saja Pak." Anggukan pelan Tristan berikan lalu ia mempersilakan Rumi untuk berjalan terlebih dahulu memasuki toko tersebut.
Begini ya rasanya memasuki salah satu toko branded kenamaan, suasanya terasa sangat berbeda bagi Rumi. Tidak ada tatapan sinis yang akan ia dapatkan dari pramuniaga toko seperti biasanya.
"Selamat datang." Rumi malah mendapatkan sambutan yang begitu hangat dari dua orang wanita dan juga seorang pria di sana.
"Kakak, apa di sini ada gaun yang bisa Joyie pakai?" Tidak hanya Rumi dan Tristan saja yang dibuat terkejut, para pramuniaga pun sama terkejutnya dengan pasangan itu.
"Oh? Ada dong, ayo sini kita lihat dulu. Toko kami punya beberapa gaun yang lucu loh." Bisa jadi para pramuniaga yang ada di sana terlalu gemas dengan si gempal Joyie sampai mereka kelepasan bersikap lebih hangat lagi pada Joyie.
Apalagi Joyie mau-mau saja mengikuti mereka menuju ke salah satu etalase yang memang khusus untuk pakaian anak-anak. Astaga, ini sih sepertinya Rumi tidak usah memilihkan karena Joyie bisa melakukannya sendiri.
semangat berkarya kak🥰
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih