Karena dikhianati, aku trauma terhadap wanita. Ditambah anakku yang masih bayi membutuhkan bantuan seorang 'ibu'. Apa boleh buat, kusewa saja seorang Babysitter. masalahnya... baby sitterku ini memiliki kehidupan yang lumayan kompleks. Sementara anakku bergantung padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kado Terindah, Katanya
Aku menanti-nanti saat pulang ke rumah, jadi aku pulang tenggo. Jarang-jarang aku pulang sesuai jam kantor, biasanya lembur, extra masuk Sabtu Minggu keliling gudang seantero Pulau Jawa dan Sumatra.
Para sekuriti apartemen menunduk saat melihatku bagaikan aku ini penguasa wilayah situ. Aku tidak biasa diperlakukan sepeti itu, biasanya manusia lain hanya waspada melihatku. Menjauhiku atau bahkan beramah tamah padaku. Aku ini seperti... dikenal tapi dihindari. Semacam itulah.
“Tak usah lah nunduk-nunduk begitu saya ini bukan Raja.” Gerutuku sambil memberikan tas kertas berisi sesajen bulanan pada mereka. Isinya Beberapa renceng kopi saset dan tiga kardus rokok. “Indomie sekardus saya titipkan ke pos parkir di depan ya, seperti biasa.” Kataku.
“Pak Zaki, ada beberapa bingkisan untuk Pak Zaki dan Bu Kayla. Saya pul di pos, mau saya naikkan sekarang?”
“Sebanyak apa?”
“Banyak Pak.” Danru (Komandan Regu) membawaku ke pos dan menunjukkan pemandangan penuh parcel. “Ada dari pengelola, dari rumah sakit, dari Yayasan, dari kantor pengacara.”
Kok banyak banget ya?
Bukan karena adegan berdarah-darah kemarin kan?
Aku pun membaca salah satu kartunya, berisi ucapan selamat ulang tahun. Untuk Ibu Kayla.
HAH?!
Ulang tahun?!
Aku buru-buru menyambar ponselku dan kucari akta kelahiran Kayla yang dalam format Pdf. Juga KTP dan KKnya.
HAISHHH!!
5 September!
Hari ini dong!
Dan kulihat ada sebuah bingkisan berisi boneka beruang, dengan coklat dan tas tangan buatan USA. Tulisan di kartunya : Happy Birthday Kak. Altan.
Aku melongo. SI Altan ingat, tapi tidak mengabariku!
“Jangan bilang kalau bapak lupa ulang tahun istri sendiri.” Desis Pak Danru.
Aku mencibir ke arahnya. “Saya pergi lagi.” Desisku sambil balik arah buru-buru ke mall terdekat beli bunga dan cake.
“Sayang?”
aku berhenti karena mendengar suara Kayla memanggilku.
“Nahlo...” bisik Pak Danru sambil mundur ke belakang.
Aku pun menoleh ke belakang.
Apa aku tak salah dengar tadi dia bilang ‘sayang’?
Kayla sedang menggendong Aram di gendongan kain, dengan pakaian casual dan dandanan cantiknya.
“Kamu... ngapain turun?” aku mengernyit keheranan.
“Ngapain turun... galak amat...” aku masih bisa mendengar Pak Danru bisik-bisik begini.
“Aku baru dari taman, jalan-jalan sore. Aku sudah kabarin kamu lewat WA.” Kata Kayla sambil mendekat.
Mungkin dia WA saat aku di jalan, aku tidak ngeh kalau dia kirim pesan.
“Kita baru saja terlibat kasus menggemparkan minggu lalu dan kamu bisa jalan-jalan keliling apartemen?” tanyaku dengan khawatir.
“Justru karena itu, kini semuanya menjagaku agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Bukan begitu Pak Danru?” Kayla tersenyum ke Arah Pak Danru. Pak Danru langsung hormat grak sambil cengar-cengir.
Aku agak kesal sebenarnya.
Aku khawatir padanya, dia malah jalan-jalan sendirian. Walau pun memang dia benar, taman berada di lingkungan apartemen yang hanya bisa diakses kartu penghuni, dan statusnya bukan tahanan. Dia pasti bosan di unit seharian.
Tapi dia kan baru sembuh.
Dan situasi masih rawan, bisa saja keluarga Angga datang ke sini.
Atau Reina si wanita gila itu kabur lagi dari penjara.
Dan kenapa sih dia harus dandan secantik ini?!
Lihat tuh tampang cowok-cowok di sini jelalatan... Aku bahkan melirik Pak Danru yang sedang menatap dada Kayla.
Padahal ini di lingkungan elit loh, dimana orang-orangnya kuharapkan memiliki manner yang lebih baik dan dengan pendidikan setinggi langit-nya akan memperlihatkan kualitas kesopanan tingkat tinggi.
Ternyata sama saja.
Bagaimana yah kalau di lingkungan seperti Cikarang atau desanya di Sukabumi?
Kayla tersenyum ke Pak Danru dan beberapa sekuriti lain. “Saya percaya laki-laki yang sudah bisa bekerja di sini memiliki attitude yang lebih baik dari sekumpulan penjahat kelamin. Karena kelebihan saya ini adalah pemberian dari Tuhan, dan semua wanita memilikinya kok. Kan tidak masuk akal ya Pak kalau saya sudah berpakaian sopan begini masih saja dinyalangin. Harus saya apakan lagi? Saya potong begitu?! Saya jilbabin juga tetap saja menonjol. Memang harusnya kita menyalahkan yang otaknya kotor kok, karena pakaian saya sopan dan tertutup loh ini.”
Aku bengong.
Pak Danru langsung menunduk.
Sekuriti lain buang muka.
Orang-orang kembali berjalan terburu-buru menghindar.
Hebat sekali.
Dia mengerti triknya.
Kalau dia terlihat lemah, ia akan semakin di tekan.
Kayla harus belajar kuat. Setidaknya pura-pura tegar.
Yang seperti ini sudah pas. Wanita kuat yang bangkit dari terpuruk.
“Sayang, aku lapar.” Kata Kayla padaku.
Aku sukaaaa sekaliiii dipanggil ‘Sayang’ looooh! Tolong ya Non, panggil aku dengan kata itu lebih sering lagi...
Begini jeritku dalam hati.
Karena sudah terlanjur ya akhirnya kami berjalan kaki ke jembatan yang menghubungkan dengan Mall sebelah untuk cari makan.
Saat kami berjalan berdampingan, kurasakan ada jemari mungil nan lentik yang menyenggol telapak tanganku.
Ia menyelipkan tangannya ke dalam tanganku.
Tipis sekali ya rasanya, rapuh dan lembut.
Aku menggandeng tangannya dan memperlambat langkahku.
“Apa-apa’an tadi?” desisku mengungkit saat dia ‘menyadarkan’ laki-laki di apartemen.
“Saya belajar dari Pak Zaki, mengenai ucapan tegas dan tidak berbasa-basi.” Katanya. Kalimatnya kembali jadi resmi. Duh sayang sekali, padahal aku ingin nada suaranya manja seperti tadi.
“Yah, bagus sih.” Desisku.
“Pak Zaki tangannya hangat dan besar sekali ya.” Gumamnya.
“Kamu yang kekecilan.” balasku.
“Hehe.” Masih kudengar kekehan darinya, sampai akhirnya dia menarik tangannya dan memeluk lenganku dengan erat. Dadanya menempel di area biceps-ku.
Membuatku langsung menghela nafas panjang. Rasanya bebanku berat sekali.
Jadi pingin nonjok bencong...
“Pak Zaki?” panggilnya.
“Hmmmmm.” Aku bergumam panjang karena masih pusing. Pusing nahan syahwat.
“Pak Zaki nafsu tidak kalau saya tempelkan dada saya begini?”
Pertanyaan macam apa itu? Kok mengandung racun erotisisme sekali ya!
“Karena yang kiri kan ditutupi Aram, yang kanan mau saya sembunyikan di lengan Pak Zaki. Numpang ya Pak. Tapi takutnya Pak Zaki nggak nyaman.” Katanya.
Aku berhenti melangkah dan menunduk menatapnya sambil mengernyit.
“Ya nggak nyaman lah Nyonya, saya sampai sakit kepala nahan biar nggak koitus, situ tanya?!” geramku. Tapi saat dia menjauhkan tangannya aku malah menarik pinggangnya supaya lebih erat padaku, “Tapi saya juga nggak suka kalau kamu jauh ya. Biar aja kepala saya pecah, pokoknya kamu jangan jauh-jauh. Mau nempel-nempel, mau gesek-gesek, terserah!”
Kayla malah terbahak mendengarku ngomel.
Ia membenamkan wajahnya le lenganku dan kembali memelukku.
“Saya baru kali ini berjalan berdampingan dengan kekasih sambil tertawa, sambil pegangan tangan seperti ini. Ini hadiah ulang tahun terindah. Terima kasih ya Pak.”
Astaga... dia bilang ‘kekasih’.
Ya Tuhan, aku mau pulang saja.
Pulang, meletakkan Aram di Boxnya, dan kupeluk si molek ini sampai besok.
Tapi apa daya... aku juga lapar. Lapar perut, lapar bawah perut. Lengkap sudah.
**
maaf y Thor bacanya maraton tp untuk like dan komen ngak pernah absen kog 😁😁😁,,,,