" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jika itu maumu..
" Om menikah saja, dan biarkan aku sendiri, berjanjilah untuk tidak mengangguku om?!",
Pamungkas tak mau mendengar kata kata Ratih yang sedang di liputi emosi itu,
ia juga takut, takut akan masa depan, takut jika kejujuran pada kedua kakaknya malah akan menjauhkannya dari Ratih.
" Kau sayang padaku tidak Rat?" tanya Pamungkas mencium jemari Ratih,
" sebagai om tentu saja aku sayang om, seperti sayangku pada mas Hendra?".
" aku ini seorang laki laki dewasa Rat, bukan hanya om mu?, apa kau pernah memandangku sebagai seorang laki laki Rat? meski hanya sebentar..?" lagi lagi suara yang berat dan dalam itu membawa kebingungan ada Ratih.
" Tidak pernah terbersit sedikitpun perasaan lain untuk om," jawab Ratih tertunduk,
" lalu kenapa kau tidak menolak saat aku menciummu? itu tidak hanya sekali.. tapi sudah tiga kali..?",
suasana menjadi hening sejenak, keduanya saling menatap dan terdiam.
" Sekarang adalah kesempatanmu Ratih,"
" kesempatan apa om?"
" kau kenali perasaanmu padaku, dan aku akan berjuang,
atau.. jangan mengenali perasaan itu sama sekali, dan aku akan kembali menjadi om mu yang dulu, yang tidak terlalu banyak bicara padamu.."
Ratih masih terdiam, matanya memancarkan kebimbangan.
" Om, ini hanya dorongan hasrat sesaat.. percayalah.." ujar Ratih pelan,
" mungkin.. mungkin aku sedang kesepian pasca perceraianku om?,
dan om.. mungkin...?" Ratih terhenti, ia bingung,
" mungkin apa?" Pamungkas menatap Ratih lekat.
" Kau mengira ku sedang kesepian juga?" lanjut Pamungkas,
" Aku memang pernah pacaran Ratih.. tapi itu dulu, dan itu sebentar,
setelah itu tidak pernah ada perempuan yang hadir di hidupku..".
" Om dan aku tumbuh bersama.. kita keluarga.. bagaimana bisa kita mempertanggungjawabkan ini pada papa mama? dan bayangkan kemarahan mas Hendra? dia pasti kecewa..
om adalah panutan untuknya?".
" Bagaimana kalau orang tau om? ini memalukan..?!"
" memalukan??" Pamungkas mendekat,
" kau bilang memalukan Rat?" Pamungkas tak habis pikir,
" memalukan om.. karena aku juga bersikap tidak pantas,
aku bahkan tidak tau apa yang kurasakan pada om? tapi aku dengan mudahnya menerima ciuman demi ciuman yang om..?" Ratih terhenti, ia tak sanggup meneruskan kalimatnya.
" Apa benar benar tidak ada perasaan untuk om Rat?" tanya Pamungkas masih berharap,
Ratih menggeleng pelan, namun matanya masih menggenang.
" Itu sungguh sungguh Rat?" Pamungkas membungkus kekecewaannya rapat rapat.
Ratih mengangguk,
Pamungkas hanya bisa menghela nafas panjang agar dadanya tidak terlalu sesak.
" Baiklah.. jadi maumu kita menghapus semua yang sudah terjadi?" tanya Pamungkas pelan.
" Itu yang terbaik om.." suara Ratih bergetar.
" Kau tidak akan terluka jika aku menikahi perempuan lain kan?"
Ratih menggeleng pelan,
" dan om jangan mengangguku, dengan siapapun aku berhubungan nanti.."
Pamungkas membeku,
sungguh,
ia tak ingin seperti ini,
sia sia saja rasanya..
sampai kapanpun tak akan bisa.
Balas budi yang membuatnya tak bisa bersikap kurang ajar pada keluarganya sendiri.
" Jangan menangis.." ujar Pamungkas menghapus air mata Ratih, lalu di peluknya perempuan itu.
" jika itu maumu aku akan menurutinya.." ucap Pamungkas lirih lalu mencium kening Ratih.
Bukan semakin tenang, Ratih semakin terisak.
Hendra yang sedari tadi berdiri di muka pintu kamar Pamungkas memegangi dahinya dengan tangan kanan.
Pemuda itu ikut frustasi sejak tau om dan adiknya itu menjalin sesuatu hubungan yang tidak wajar.
Ingin marah rasanya, bisa bisanya mereka..
seperti tidak ada orang lain saja di luar sana, pikir Hendra.
Sudah banyak hal yang Hendra tangkap,
saat omnya itu keluar dari kamar adiknya, dan sekarang malah adiknya yang dengan santainya masuk ke kamar omnya.
Bahkan beberapa jam yang lalu Hendra melihat dengan mata kepalanya sendiri ada bekas lipstik yang belepotan di bibir omnya.
Itu tidak mungkin lipstik perempuan lainkan?, dan sekarang mereka berdua sudah lama berada dalam satu kamar, apa yang mereka lakukan, bisa bisanya mereka berdua berbuat hal semacam ini dirumah?!.
Dada Hendra bergemuruh, ia sudah tidak tahan lagi dengan apa yang terjadi, di ketuk pintu kamar omnya itu.
" Tok!tok!tok!tok!!" ketukan yang kasar.
tak lama kemudian pintu kamar itu terbuka, sosok Pamungkas yang sudah menggunakan kaos itu keluar dari kamar.
" Ada apa Hen?" tanya Pamungkas tenang.
" Suruh Ratih keluar om," Hendra berbicara setenang mungkin karena takut membangunkan kedua orang tuanya.
" Kami bisa menjelaskan semua," kata Pamungkas, namun Hendra sudah tidak mau mendengarkan apapun, baginya apa yang ia temukan sudah cukup jelas.
" Keluar Rat?!" panggil Hendra.
Pamungkas menoleh ke belakang, dan memberi tanda pada Ratih untuk keluar,
" keluarlah Rat.. tidak apa apa.." suara Pamungkas kalem.
Dengan langkah takut Ratih berjalan keluar, perempuan itu tertunduk dalam, tak sedikitpun berani menatap Hendra.
setelah Ratih sampai di hadapan Hendra, tanpa aba aba Hendra langsung menampar adiknya itu,
" Plakkk!!" tamparan yang cukup keras.
Pamungkas yang tidak pernah menyangka Hendra akan menampar adiknya dengan sigap berdiri di hadapan Ratih dan memeluknya.
" Hendra!" Sentak Pamungkas keras, suaranya menggema.
" Ini bukan salah Ratih, tapi salahku, jika kau ingin marah, maka marahlah padaku?!,
teganya kau memukul adikmu?!" imbuh Pamungkas, ia kecewa pada sikap Hendra yang asal menampar adiknya itu.
" Onok opo iki?! bengi bengi rame!! ( ada apa ini?! malam malam rame!!)" terdengar suara Adi dari lantai bawah, ia terlihat membenarkan kacamata sembari melihat ke atas.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆