NovelToon NovelToon
Love Story At School

Love Story At School

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Ketos / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Nyatanya, cinta sepihak itu sangat menyakitkan. Namun, Melody malah menyukainya.

Cinta juga bisa membuat seseorang menjadi bodoh, sama seperti Venda, dia sudah cukup sering disakiti oleh kekasihnya, namun ia tetap memilih bertahan.

"Cewek gak tau diri kayak lo buat apa dipertahanin?"

Pertahankan apa yang harus dipertahankan, lepas apa yang harus dilepaskan. Jangan menyakiti diri sendiri.

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

"Pagi, Kak!"

Melody tiba-tiba menghadang jalan Gian dan teman-temannya, senyum lima jari menghiasi wajah cantiknya pagi ini.

"Pagi," sahut mereka. Padahal Melody hanya menyapa Gian, tapi tak apa lah.

Melody tersenyum, dia mengulurkan kotak bekal ke arah Gian. "Jangan lupa dimakan!"

Gian ikut tersenyum, dia pun tanpa ragu menerima kotak bekal tersebut. "Makasih, Melody."

"Sama-sama!" balas Melody. "Oh iya! Hari ini aku masak telur mata sapi sama nasi goreng aja, soalnya aku kesiangan heheheh..."

"Iya, nggak apa-apa. Pasti gue makan kok," kata Gian.

"Telur?" Suara seorang gadis membuat mereka menoleh. Nada dengan wajah lugunya menghampiri mereka.

"Telur apa?" tanya Nada lagi.

"Telur ayam," jawab Melody sedikit bingung. Dia tidak mengenal gadis yang berdiri di samping Galen itu.

"Loh, bukannya kamu alergi telur ayam ya?" Kini pandangan Nada beralih pada Gian yang termenung.

Ni anak kapan pindahnya?! Batin Galen. Dia menatap was-was Nada. Tentu Galen tau siapa Nada. Tapi dia tidak tau kenapa Nada tiba-tiba pindah sekolah, bahkan dia baru mengetahui hal itu sekarang.

"Alergi?" Melody terdiam. Dia menatap Gian yang juga menatapnya.

Jadi, Kak Gian alergi telur ayam? Batinnya. Sialnya lagi, dia sering membuatkan Gian makanan yang terbuat dari telur ayam.

"Iya. Kamu gak tau?" tanya Nada.

Melody menelan ludahnya susah payah. Dia menatap kotak bekal miliknya yang masih Gian pegang.

"Gue baru tau...," jawabnya.

Galen, Ranjaya dan Sebasta hanya diam menyimak percakapan mereka.

Nada tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, sekarang udah tau kan?"

Dia beralih menatap Gian lalu menyerahkan kotak bekal miliknya pada Gian.

"Aku bikin ini buat kamu," ucapnya. "Ambil, Gian," lanjut Nada saat Gian hanya diam.

"Thanks."

Nada tersenyum saat melihat Gian menerima bekal buatannya. Lalu dia menyerahkan tote bag pada Galen.

"Apa nih?" tanya Galen.

"Aku juga bikin buat kalian bertiga. Nggak beda kok, sama-sama terbuat dari telur lauknya," kata Nada.

"Kata lo Kak Gian alergi telur," serobot Melody .

Nada tersenyum tipis. "Bekal punya Gian telur bebek, Melody. Kalau bekal punya mereka telur ayam."

Lagi-lagi Melody terdiam. Dia bingung dan terkejut sekaligus.

"Gue bisa makan telur ayam. Udah gak alergi lagi," ucap Gian yang akhirnya membuka suara. Tentu saja itu bohong.

"Oh ya? Aku dengar, beberapa hari lalu kamu sakit gara-gara alergi kamu kambuh. Tapi kamu maksain diri buat masuk sekolah." Nada mengerjapkan matanya.

Mendengar ucapan Nada, tanpa menunggu lama, Melody langsung merebut kotak bekalnya yang masih dipegang Gian. Gerakan yang tiba-tiba itu tak terbaca oleh siapapun, Gian sampai terkejut.

"M-maaf, Kak. Harusnya aku tanya-tanya Kak Gian dulu. Lain kali aku gak masak telur ayam lagi," kata Melody. Dia memaksakan senyumnya.

"Mel—"

"Kalau gitu aku ke kelas dulu ya, udah mau bel." Melody memotong ucapan Gian. Bahkan dia menghindar saat Gian hendak memegang tangannya. Gadis itu langsung berlari pergi dari sana.

Galen, Ranjaya dan Sebasta hanya diam saling menatap. Mereka bingung berada di situasi seperti sekarang.

Gian menghela nafas kasar, dia menatap wajah Nada yang lugu.

"Kenapa, Gian? Aku salah?" tanyanya.

"Pake nanya lagi," gumam Galen, untungnya hanya dia yang bisa mendengar.

"Lo gak perlu ngomong begitu di depan Melody," kata Gian.

"Loh kenapa? Itu biar dia tau kalau kamu alergi telur ayam, kalau dia gak tau, bisa jadi besok-besok masak telur ayam lagi. Kan kamu bisa sakit," balas Nada. Tentu saja dia tidak terima disalahkan oleh Gian, padahal tujuannya baik memberi tahu pada Melody.

"Jaga batasan lo, Nada," tekan Gian. Tatapan matanya terlihat datar dan terkesan tajam, membuat Nada terdiam.

Gian pun segera pergi dari sana, mengejar Melody lebih tepatnya. Dia harus meluruskan, sebelum Melody berfikir yang aneh-aneh.

Padahal aku cuma gak mau kamu sakit gara-gara telur ayam, Gian. Batin Nada.

****

"Apa nih?" Putra menatap kotak bekal yang ada di atas mejanya, lalu dia menatap Melody.

"Buat lo. Gak ada racunnya kok. Masakan gue mirip masakan koki di restoran bintang 5," ucap Melody.

"Kesambet apa lo?" Cowok itu terkekeh melihat wajah bad mood Melody. "Ditolak ayang beb, ya?"

"Berisik!" gertak Melody. Dia pun segera menuju mejanya.

Gian menatap kotak bekal yang sudah dibuka oleh Putra dari jarak tak jauh dari pintu kelas Melody.

Dia menghela nafas berat. Bekal itu harusnya menjadi miliknya, bukan milik Putra. Merasa usahanya mengejar Melody sudah sia-sia, Gian pun segera pergi dari sana.

****

Jam pulang sekolah sudah tiba, Melody pun sudah dalam perjalanan pulang, namun, sayangnya dia kena sial siang ini.

Gadis itu menendang-nendang ban motornya yang bocor. Wajahnya sudah mode senggol bacok sekarang. Dia menghela nafas kasar, matanya menatap sekelilingnya yang lumayan sepi. Ini bukanlah posisi yang menguntungkan baginya. Jarak rumahnya masih lumayan jauh, tapi alat transportasinya malah terkendala.

"Bengkelnya di mana sih?!" Ia berkacak pinggang, matanya menyipit untuk mencari bengkel yang masih bisa digapai.

"Hai, cantik."

Melody sudah hafal dengan suara tersebut. Itu sebabnya dia acuh, dan lebih memilih memainkan ponsel, meminta papanya untuk menjemput.

"Kenapa ban nya? Bocor?"

Terdengar suara helm yang dilepas.

Raden turun dari motornya dan membungkuk untuk melihat ban motor Melody.

"Mau gue antar pulang aja? Nanti motor lo biar temen gue yang antar ke bengkel," tawar Raden. Nadanya terdengar ramah di telinga Melody.

"Gak perlu. Aku udah minta jemput papa," jawab Melody. Dia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku almamater yang dia pakai.

"Ya udah gue temenin nunggu," kata Raden pula.

"Gak usah. Aku berani. Kamu pulang aja," kata Melody.

"Yakin berani?" Raden melirik ke sebuah pos yang terdapat beberapa orang.

Tentu Melody tau siapa orang-orang itu. Dia sempat melihatnya tadi. Mereka adalah preman yang suka memalak orang-orang. Kalau tidak dikasih uang, maka nyawa mereka akan dalam bahaya. Dan sialnya uang Melody sudah habis. Pikiran negatif sudah menghantui benaknya.

"Dari dulu lo selalu keras kepala ya," ucap Raden. Dia melirik Melody yang lebih pendek darinya, lalu mendengus menyadari betapa mungilnya mantannya ini.

"Gue emang berani, Raden."

Mendengar ucapan Melody, Raden memasang wajah tak suka.

"Berani banget lo pake bahasa kayak gitu sama gue! Ganti!" katanya tak terima.

"Kenapa? Lo aja bebas mau gimana. Lagian kita udah gak ada hubungan," sinis Melody.

"Ganti, Mel!"

"Gak!"

"Lo nantangin gue, hm?" Raden berdiri di depan Melody.

"Biarin. Lo jahat sama gue," balas Melody. Dia memasukkan kedua tangannya ke saku almamater. Ia sama sekali tidak berniat menatap Raden.

"Gede juga nyali lo." Raden berdecih. "Oke. Kalau itu mau lo, gue pergi dari sini."

"Ya udah sana pergi!"

"Gue gak mau putar balik kalau mereka gangguin lo. Asal lo tau, mereka udah liatin lo dari tadi," kata cowok itu. Setelah berkata demikian, Raden naik ke atas motornya dan siap untuk tancap gas.

Di waktu bersamaan, para preman yang dari tadi terus memantau Melody langsung berdiri, dan Melody menyadari hal itu.

"Raden...," rengeknya. Dia bahkan berani memegang lengan Raden dengan erat, matanya menatap mata Raden dengan tatapan memelas.

"Lepas. Kita udah gak ada hubungan apa-apa," ujar Raden mengikuti ucapan Melody.

"Iya-iya aku gak gitu lagi!" Cengkraman nya pada lengan Raden semakin kuat kala dia menyadari para preman itu mulai melangkah mendekati mereka.

"Naik," titah Raden.

"H-hah?"

"Buruan naik kalau lo masih mau hidup!" Raden menatap tajam Melody yang masih plonga-plongo.

Cowok itu berdecak kesal, dia turun dari motornya dan mengangkat tubuh Melody ke atas motornya, lalu dia naik dan segera menyalakan mesin motor.

"Raden, motor aku—"

"Gampang." Raden langsung tancap gas menjauh dari sana saat melihat preman-preman menghampiri mereka.

Melody menoleh kebelakang menatap panik ke arah para preman yang berusaha mengejar mereka.

"Mereka ngejar!"

"Mereka lari, kita naik motor. Lo mikir aja, mana bisa mereka ngejar kita?" sinis Raden. Dia menarik tangan Melody agar memeluk pinggangnya dengan erat, setelah itu dia menambah laju motornya hingga membuat Melody terkejut dan langsung memejamkan matanya ketakutan.

"RADEN! PELAN-PELAN!"

bersambung...

1
shabiraalea
lanjut kak 👍🏻👍🏻👍🏻
vj'z tri
lanjut Thor lagi seru ini 🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
sialan nya dah lama Mel😤😤😤
vj'z tri
bagussss Mel kesempatan dalam traktiran ,🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
laanjuttttt
vj'z tri
ehm ehm 🤭🤭🤭🤭 please jangan bikin melody berharap lebih tentukan pilihan mu saat ini 🥹🥹💃💃💃💃
vj'z tri
😭😭😭😭😭 keren lanjut 🥳🥳🥳
vj'z tri
langsung kalem ada pawang nya 🤣🤣
vj'z tri
udah sih tempatkan sampah pada tempat nya nda 😁😁
vj'z tri
w juga penasaran lanjutan nya 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Raden 😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
gemesssss aku loh sama ketos dan melody 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Pepet terus ketos jangan kasih kendor 🤣🤣🤣🤣🤣💃💃💃💃
vj'z tri
aduhhh seneng nya ...nyengir 7 hari 7 malam ini ....terus gak bakal di cuci seragam nya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!