Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 24
"Siapa yang nikah?" Sagara memungut ponsel yang terjatuh tersebut, ikut melihat apa yang ada di layar. Anye menekan caption selengkapnya, sehingga sw tersebut tidak berganti ke selanjutnya. Di bawah ucapan selamat yang disematkan Raisa, masih ada lagi doa panjang di bawahnya, namun Anye sudah tak kuasa untuk membaca.
Sagara hendak mengembalikan ponsel tersebut pada Anye, namun ekspresi wajah wanita itu membuat dia khawatir. "Nye, ada apa?"
Anye hanya terdiam dengan tatapan kosong.
"Nye, are you ok?"
Bukan jawaban yang didapat, melainkan kedua mata Anye yang mulai meneteskan air mata.
Sagara menarik lengan Anye, meletakkan begitu saja keranjang berisi berbagai macam oleh-oleh ke atas lantai lalu keluar. Dibawanya Anye masuk ke dalam mobil milik salah satu staf kantor di Surabaya yang dia pinjam.
"Kamu baik-baik saja?" Sagara menggenggam kedua tangan Anye, merasakan tangan itu begitu dingin, membuat dia semakin khawatir.
Tangis Anye pecah, menarik tangan dari genggaman Sagara lalu menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
Sagara mulai menerka-nerka, apa yang membuat Anye tiba-tiba seperti ini. Beberapa saat yang lalu, semua masih baik-baik saja. Mungkinlah jika gara-gara foto status wa tadi. Tapi, foto siapa tadi? mungkinkah..... "Suamimu menikah lagi?"
Tangis yang makin sesenggukan, serta bungkamnya Anye, membuat Sagara bisa menarik kesimpulan sendiri. "Bangsatt!" umpatnya sambil memukul kemudi. Nafasnya terlihat memburu. Kalau memang sudah tidak menginginkan Anye, harusnya pria itu dengan gentleman melepaskan, bukan menduakan seperti ini. "Laki-laki seperti itu tidak pantas kamu tangisi." Telapak tangannya mengepal kuat, hatinya ikut sakit mendengar tangis pilu seorang Anyelir.
Sagara melajukan mobilnya, mencari tempat yang lebih nyaman untuk Anye, sayangnya ini Surabaya, dia tak tahu tempat yang bagus dan cocok untuk menenangkan diri. Alhasil dia hanya muter-muter saja.
"Aku mau kembali ke hotel," ucap Anye pelan.
"Kamu yakin?"
Anye mengangguk pelan.
Mobil melaju ke arah hotel, namun saat tiba disana, Sagara malah tidak tenang, karena dia tidak bisa ada di sebelah Anye.
"Aku masuk ya." Sagara ingin mendampingi Anye disaat seperti ini, namun gelengan kepala yang dia dapatkan.
"Aku ingin sendiri, Ga."
"Tapi, Nye," Sagara takut Anye kenapa-napa.
"I'm ok."
"Enggak, kamu gak baik-baik aja. Please, izinin aku masuk."
Anye kembali menggeleng. "Aku ingin sendiri Ga." Ia masuk, lalu menutup pintu. Masih di balik pintu, tubuhnya ambruk ke lantai, tangisnya kembali pecah. Ia meremat dada yang terasa sesak dan nyeri.
Aku bersumpah, tidak akan poligami. Sampai kapan pun, hanya kamu istriku
Janji Robby kembali terngiang di telinga Anye. Kenapa secepat ini suaminya itu mengingkari. Dia memang ingin bercerai, tapi cerai secara baik-baik, bukan ditikam dari belakang seperti ini. Jika memang alasannya keturunan, kenapa tak menceraikanya dulu baru menikah lagi, kenapa harus seperti ini?
"Kenapa harus seperti ini, Mas? Kenapa tak akhiri dulu secara baik-baik, kenapa harus dengan sebuah pengkhianatan, seperti ini," gumamnya di sela-sela isakan. Rasanya benar-benar sakit saat orang yang kita cintai, berkhianat.
Dengan tangan gemetar, Anye membuka tas, mengambil ponsel lalu menghubungi Robby. Hatinya makin sakit saat mendapati ponsel suaminya itu tidak aktif.
"Anyelir, maukah kamu menikah denganku? Aku berjanji akan membahagiakanmu di seluruh sisa hidupku. Hanya kamulah, satu-satunya wanita yang akan mengisi hatiku."
Dia masih bisa ingat momen romantis saat Robby melamarnya. Semua terasa begitu indah kala itu, sampai dirinya merasa sebagai wanita paling beruntung di dunia. Namun belum genap 4 tahun, rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta itu, harus kandas.
Anye menatap cincin yang melingkar di jari manisnya, cincin nikah yang dulu disematkan Robby. Dulu, harapannya begitu tinggi pada rumah tangganya dan Robby.
Sagara gelisah di kamarnya, takut terjadi sesuatu dengan Anye. Malam nanti, dia ada janji temu dengan teman lama yang baru pulang dari luar negeri, teman kuliah S2 nya dulu. Mau dibatalkan, rencana itu sudah disusun lama, dan sulit bagi mereka untuk bertemu karena memang Farel menetap di luar negeri, namun mau meninggalkan Anye yang dalam kondisi tidak baik-baik saja seperti itu, dia sangat khawatir.
Sagara menekan bel kamar Anye beberapa kali, tak segera dibuka, membuat makin cemas. Kalau beberapa saat lagi belum dibuka, dia akan minta tolong petugas hotel untuk membuka, sungguh, dia khawatir dengan kondisi Anye, takut wanita itu mengambil jalan pintas. Baru saja kakinya hendak melangkah pergi untuk meminta bantuan pegawai, pintu kamar Anye terbuka.
Antara bersyukur dan iba, itu yang dirasakan Sagara saat ini. Bersyukur karena Anye baik-baik saja, dan iba melihat kondisinya. Anye yang biasanya cantik, terlihat sedikit amburadul, tapi tetap cantik di matanya. Mata bengkaknya tak bisa bohong, wanita itu pasti tak berhenti menangis sejak tadi.
"Ikut aku," ujar Sagara.
"Kita udah gak ada jadwal lagi kan?"
"Bertemu dengan temanku."
"Pergi saja, aku mau istirahat." Anye hendak menutup pintu, namun Sagara berhasil menahannya.
"Ikut!" paksa Sagara. "Aku gak bisa tenang kalau tidak melihat kamu baik-baik saja disisiku."
"Aku baik-baik saja, Ga."
"Ikut!" Sagara sedikit membentak.
Anye menyerah, dia akhirnya mengangguk. "Aku cuci muka dulu."
"Aku tunggu di dalam." Sagara langsung masuk tanpa dipersilakan. Duduk di sofa, menunggu Anye bersiap-siap.
Tak butuh waktu lama, setelah cuci muka, Anye hanya memakai make up pokok seperti bedak dan lipstik. Sedikit membenahi alis, lalu berangkat bersama Sagara.
Mobil yang dikendarai Sagara berhenti di depan sebuah bar terkenal di kota Surabaya. Sebelum turun, dia mengecek ponsel, dan ternyata Farel sudah menunggu di dalam. Kenapa milih ketemu di bar, karena tempat itu nyaman, tidak berisik, dan bisa minum juga.
karena perlakuan keluargamu.
ternyata si Robby yg mandul
pantesan kekeuh nggak mau cerai..
ia masih bersama Robby..
apa udah cerai ya???
kalo masih bersama Robby....
maukah Robby terima annak itu..
akakah perstlingkuham itu dimaafkan Robby?
❤❤❤❤❤
sdh hsl di manipulasi
saudqra sm ibu nyakiti anye g dibela
kamu yg tdk sempurna.