Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Drrtt
Drrtt
Drrtt
Aven menggeliatkan badannya yang terasa kram akibat tidur sembarangan semalam.
Dia melihat ke arah Zara yang masih terlelap setelah semalaman gadis itu terus saja mengigau. Aven menyentuh kening Zara dan dia menghela napasnya lega.
Gadis itu sudah tidak demam lagi.
"Halo."
"Nak, kamu semalaman kemana? Kamu tidak pulang?" suara sang mama membuat Aven benar-benar membuka matanya.
"Aku ada di apartemen ma," jawab Aven sambil duduk di ranjang yang sama dengan Zara.
Ya, semalam mereka memang tidur seranjang tetapi tidak melakukan apapun. Hanya saja Aven ketiduran setelah semalaman menjaga Zara yang sedang demam tinggi.
"Kenapa kamu nggak pulang? Ada pekerjaan penting sampai harus menginap di apartemen kamu?" tanya sang mama yang mulai ingin tahu alasan putranya sampai tidak pulang semalaman.
"Zara sakit ma, dia demam."
"Apa??!!?" teriakan mama Alin sampai-sampai Aven menjauhkan handphone dari telinganya.
"Kenceng banget ma kalau teriak," ucap Aven karena saking terkejutnya akan ulah sang mama.
"Maaf nak, mama terkejut. Kok bisa? Kapan dia sakit? Terus bagaimana kondisi dia sekarang?" tanya mama Alin yang tampak mencemaskan kondisi gadis yang dia gadang-gadang sebagai calon menantunya itu.
"Dia sudah tidak demam lagi sekarang. Nanti kalau mama tidak repot datanglah ke apartemenku. Biar Zara ada temannya," ucap Aven.
"Pasti, mama akan datang. Mama akan bawakan masakan dari rumah. Tunggu mama datang ya nak."
Tut
Tut
Tut
Cepet banget ditutupnya, batin Aven. Dia menoleh sekilas ke arah Zara yang masih terlelap. Dia menyentuh kening Zara yang tidak lagi panas seperti semalam. Tampak bulir-bulir keringat di dahinya.
"Semalaman bikin khawatir saja," ucap Aven tersenyum sambil menyibak anak rambut yang jatuh di dahi Zara.
Tok
Tok
Tok
Aven menoleh ke arah pintu kamarnya. Pasti itu adalah asistennya, Dion.
"Masuk," ucap Aven yang masih malas beranjak dari tempat tidurnya.
Ceklek!
Asisten Dion datang dengan pakaian rapi.
"Selamat pagi mas Aven. Bagaimana keadaan mbak Zara?" tanya Dion.
"Sudah membaik. Kamu nggak usah masak apapun karena mama sebentar lagi akan ke sini. Untuk hari ini sementara kamu handle urusan perusahaan. Kalau ada yang urgent segera hubungi aku," perintah Aven.
"Baik, saya akan berangkat ke kantor setelah ini mas. Apakah ada yang harus saya persiapkan?" tanya asisten Dion kembali.
"Tidak, kamu boleh pergi ke kantor," ucap Aven singkat.
"Baik, mas kalau begitu saya permisi," ucap Dion kemudian dia pamit undur diri dari apartemen sang atasan.
Hanya meninggalkan Aven dan Zara yang masih tertidur dengan nyenyaknya.
"Dasar putri tidur," ucap Aven sambil tersenyum mengusap pipi chubby Zara kemudian meninggalkan gadis itu sendirian di ranjang.
Aven sudah gerah ingin segera mandi.
......................
"Kalau memang sakit kenapa tidak dibawa ke rumah saja. Ini malah dibawa ke apartemennya. Maunya itu duda gimana sih? Malah bawa anak gadis orang ke apartemen," gerutu Alin yang bergegas menuju ke apartemen sang putra.
Bukan karena apa tetapi dia tidak ingin sampai ada cerita miring tentang Zara. Dia justru menyalahkan Aven yang malah membawa Zara yang sedang sakit ke apartemennya. Kenapa tidak ke rumah utama saja. Kan ada dia yang bisa menjaga Zara. Ini malah duda dan perawan dalam satu tempat berduaan. Astaga....
Ceklek.
Karena sudah mengetahui password masuk ke apartemen sang putra. Maka Alin pun seketika masuk ke dalam.
"Bi, taruh semua makanannya di meja ya. Aku akan melihat mereka dulu," ucap Alin menuju ke lantai dua, dimana kamar Aven berada.
"Aaaaaaaarrrrkkkkhhh!!!"
Mendengar suara teriakan kencang dari kamar Aven seketika membuat langkah mama Alin terhenti di tangga.
"Astaghfirullah, ada apa itu? Kok seperti suara teriakan Zara? Zara? Zara!" Mama Alin pun segera mempercepat langkahnya menuju ke kamar sang putra.
Apa yang terjadi? Kenapa alin berteriak?
Ceklek.
"Zara apa yang terja.... astaghfirullah! Aven!"
❤️❤️❤️
TBC