Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 09
Gilang meletakkan jaketnya di rak berbentuk tiang dengan 3 cantolan seperti pohon yang berada di sudut kamarnya. Badanya terasa lengket dan di pergelangan tangan kirinya kini terasa nyeri. Dilihatnya, dan benar juga, kini terlihat agak membiru. Gilang masuk ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dengan sabun dan mencuci muka dengan facial foam. Kesegaran air yang membasahi tubuhnya mampu menghilangkan rasa letih seharian ini.
Tak berapa lama ia keluar dengan hanya memakai handuk dan rambut yang masih basah. Dadanya yang bidang sangat lah indah bila di lihat oleh kaum hawa. Gilang Surya Arga. Anak seorang pengusaha yang sukses di dunia bisnis. Ia merupkan anak tunggal dan calon pewaris dari keluarga Surya Permana Wijaya. Sebenarnya berat baginya harus menanggung beban sebagai keturunan grup Wijaya. Karena mau tak mau ia harus meneruskan usaha papanya dan sudah 5 tahun ia berada di luar negri untuk menyelsaikan kuliahnya. Kini saatnya ia pulang dan mau tak mau harus terjun ke dunia bisnis seperti papanya.
Gilang membawa secangkir kopi dan duduk di balkon sambil menatap langit dengan jutaan bintang seperti di taburkan untuk menghiasi langit yang gelap. Beruntung hari ini cerah. Angin bertiup spoi namun tidak membawa rasa dingin di tubuh Gilang. Lagi asik asiknya menatap bintang di langit, tiba tiba bayangan Rere lewat begitu saja dalam benaknya. Ia tersenyum sendiri sambil geleng geleng kepala.
"Kenapa juga kamu lewat di benaku Re...." gumamnya dan heran dengan dirinya sendiri.
Tuuuuuuttttt ttuuuuuuttttt
Handphone Gilang berdering. Ia segera bangkit walaupun sebenarnya agak malas beranjak dari duduknya. Lalu mengambil ponselnya yang ia taruh di atas meja, karena sedang ia cas. Gilang mengerutkan keningnya. Nama yang muncul membuatnya enggan untuk menjawabnya.
"Vero, ngapain dia masih mengusiku..." ucap Gilang lalu memblokir nomer mantanya yang bernama Vero itu. Mantan yang mengkhianatinya. Berselingkuh dengan teman kuliahnya yang berasal dari London. Kalau di ingat sakit juga. Masih terasa sampai sekarang. Lalu kembali ke balkon, kali ini tidak melanjutkan duduk santainya, hanya mengambil kopinya yang hanya tinggal separo, untuk segera ia habiskan. Karena nyeri pergelangan tanganya, ia berinisiatif menggosokan gel anti nyeri. Kemudian rebahan sambil memainkan ponselnya yang telah ia cabut dari kabel casnya.
Di rumah Ata, sedang terjadi perbincangan yang serius antara dia, mama papanya dan kakak laki lakinya.
"Ata, besok hari minggu, kita mau kedatangan tamu, mama harap kamu dan juga kamu Albert, jangan kemana mana, oke...?" pinta mama Ata yang seorang wanita karir itu.
"Memangnya ada acara apa ma, kok sampai aku sama kakak harus di rumah.? Kan tamunya papa sama mama, kenapa Ata sama kak Albert nemuin tamunya juga....?" tanya Ata ingin tau. Mama Ata memandang ke arah papanya Ata yang dari tadi mendengarkan istrinya bicara sama anak ke duanya itu. Sedangkan Albert kakak Ata, tak jauh beda dengan papanya, pendiam. Ia sedang mengutak atik ponselnya sambil mendengarkan ortunya berbicara dengan Ata.
"Tamunya sih istimewa Ta, soalnya temen masa kecil papa dulu, rencananya mau berkunjung ke rumah kita sekalian silaturahmi, karena sudah 10 tahun nggak ketemu. Nah kebetulan kemaren pas papa nganterin mama kamu gathering, tak sengaja ketemu, lalu kami ngobrol dan jadilah besok minggu temen papa ke rumah kita..." jawab papanya Ata dengan jelas.
"Tapi nggak ada maksut maksut tertentu kan pah...?" imbuh Ata.
"Maksud tertentu gimana..?" sahut mamanya Ata.
"Tar dulu, temenya papa punya anak cowok apa cewek...?" tanya Ata. Hal itu membuat mama sama papanya mengerutkan dahi karena heran. Memang anak keduanya itu agak beda. Selain jenius, kadang kadang pemikirannya itu jauh di atas nalar. Dan banyak benernya. Albert saja sampai berhenti mengetik cat dan lebih memperhatikan adik satu satunya itu.
"Punya anak cewek, dua lagi..." jawab pak Hendra papanya Ata.
"Nah.!!! Benerkan dugaan Ata, hem..." jawab Ata dengan sombongnya.
"Pelan pelang napa, kenceng banget ngomongnya, pe kaget gua..." protes Albert yang memang kaget pas Ata bilang nah tadi. Lebih kaya nge bentak.
"Sorry men, spontan..." jawab Ata selengekan.
"Men, men, kakak, kak Albert..." protes Albert yang gak mau di panggil men, ia lebih suka di panggil kakak oleh adiknya itu, kesanya lebih ke saling sayang menyayangi gitu.
"Iya iya, kakak Albert...." sahut Ata dengan bibir maju ke depan membentuk kerucut.
"Ya sudah, intinya, minggu harus ada di rumah, ikut nemuin tamu papa, oke? Ayo pah kita tidur, lelah mama..." ucap tante Sonya, mamanya Ata yang tegas dan disiplin. Om Hendra mengiyakan ajakan istrinya, karena ia sendiri juga merasakan capek, seharian di kantor bekerja. Keduanya meninggalkan Ata dan juga Albert yang masih stand by di tempat nyaman masing masing. Iseng iseng Ata menggeser tempat duduknya agak dekat dengan Albert.
"Kak..." panggil Ata.
"Hem...." jawab Albert masih fokus ke ponselnya.
"Mau nanya kak..." lanjut Ata.
"Apa...?" lagi lagi singkat jawabnya.
"Kak, kakak punya pacar....?" tanya Ata serius. Pertanyaan Ata kali ini mampu membuat perhatian Albert beralih kepadanya.
"Apa kamu bilang? Pacar...?" jawab Albert agak heran. Tumben tumbenan adiknya bertanya seperti itu. Biasanya ia nggak peduli. Ya sebatas ngobrol biasa, nggak pernah bahas soal cewek. Albert mulai curiga dan beringsut dari duduknya. Bermaksut mengubah posisi berhadapan dengan adiknya.
"Kakak mulai curiga, hayo ngaku..." desak Albert.
"iya, seperti dugaan kak Albert. Ata saat ini sedang menyukai temen kantor Ata, tapi sayang dia suka sama orang lain..." jelas Ata yang kini dengan nada lesu.
"Cantik nggak...?" tanya Albert sambil menyenggol bahu adiknya dengan lenganya.
"Lebih ke manis, dan dia 3 tahun di atas Ata..." lanjutan penjelasan Ata.
"Busyet!!!! Berani sekali adik abang ini. Suka sama cewek yang umurnya sepantaran dengan kakanya, ckckck!!! Tapi kakak kagum sama kamu, ternyata kamu gentle juga..." jawab Albert menahan tawa.
"Jangan ketawa!! Mau ngerasain bogem adikmu ini kak..?" ucap Ata mendelik ke arah Albert.
"Hahahaha...." tawa Albert tak tertahankan lagi. Tapi segera ia menutup mulutnya agar mama papanya nggak kebangun.
"Ups, sorry sorry, terus terus, gimana lanjutannya....?" tanya Albert penasaran. Kedua kakak beradik itu sudah seperti teman. Terkadang juga ada ribut ribut kecilnya juga. Kaya anak kemarin sore yang berebut mainan. Yang sering jail sih Ata. Tapi itulah yang kadang membuat Albert kangen sama adiknya jika ia ada kerjaan di luar kota. Di usianya yang terbilang masih muda, Albert sudah mempunyai usaha sendiri, yang awalnya karena ke isengan, eh tak taunya sekarang malah memiliki perusahaan sendiri, walaupun belum begitu besar. Dari ke isengan membuat parfum, dan ternyata banyak peminatnya, Albert berusaha mengembangkan bakatnya. Dan beruntung sekali, ia sudah mempunyai perusahaan sendiri. Albert maupun Ata, sama sama punya pendirian. Hidup mandiri.
Bersambung