"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas dendam part 2
Doni memukuli Ridho lagi hingga pemuda itu terjatuh ke lantai.
"Hentikan jangan sakiti dia," teriak Rahma lagi yang disertai tangisannya.
Ridho terbujur di lantai dengan tubuh habis akibat pukulan Doni.
"Hahaha. Ternyata hanya segitu kemampuan lo. Sekarang lo tau kan rasanya dipukuli tanpa ampun. Laki-laki nggak berperasaan seperti lo harus mati sekarang ini juga," seru Doni. Ada jiwa dendam yang sangat besar pada dirinya.
"Gue nggak apa-apa lo bunuh sekarang. Tapi tolong lepasin gadis itu," sahut Ridho yang terkapar lemah di lantai.
"Hahaha gue akan lepaskan gadis itu. Setelah lo mati, gue janji itu." Doni menendang keras Ridho yang terkapar di lantai.
"Tolong hentikan. Tolong jangan sakiti dia lagi," Rahma berteriak dengan isakan tangisnya.
Namun Doni sama sekali tidak menghiraukan gadis yang sedang menangis itu. Ia masih saja dikuasai oleh dendam terhadap pemuda itu. Pemuda yang telah membunuh sepupunya sekaligus anak geng motornya. Pemuda yang menghabisi sepupunya tanpa belas kasihan sedikit pun. Pemuda yang sombong dan berkuasa di jalanan.
Kini pemuda itu sudah tidak berdaya lagi. Tubuhnya berkali-kali ditendang oleh Doni.
"Hahaha. Bagas dendam lo hampir terbalaskan sekarang. Lihat Bagas lihat laki-laki ini, dia sudah tak berdaya sekarang. Sebentar lagi dia akan mati," teriak Doni yang diselingi tawanya.
Flashback on
Dua tahun yang lalu
Malam itu jam sebelas malam terlihat Bagas mengendarai motor balapnya memecah kesunyian malam. Ia baru saja pulang dari rumah sakit.
Hari ini ia kelihatan sangat lelah, karna sudah 2 hari menemani Doni di rumah sakit. Malam ini ia digantikan oleh mamanya untuk menjaga Doni.
Dua hari yang lalu Doni mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya dan sampai saat ini ia masih dirawat. Kedua orang tuanya meninggal di tempat saat kecelakaan tragis itu. Saat ini Doni belum sadarkan diri, ia masih terbaring di rumah sakit dengan mata terpejam.
Di perjalanan pulang secara kebetulan Bagas melewati anak-anak geng Rasta di persimpangan jalan.
"Eh itu bukannya si Bagas anak geng Ranjes ya," seru Dino saat melihat Bagas lewat.
"Iya itu si Bagas. Besar juga nyalinya lewatin kita begitu aja," timpal Fiko.
"Kita ikutin yuk. Lumayan mangsa baru," ajak Tito yang sudah bersiap menghidupkan mesin motornya.
Ridho dan Indra hanya diam, mereka memperhatikan Bagas dari kejauhan.
Dino dan Fiko sudah menghidupkan motornya. Meraka sudah bersiap untuk mengikuti Bagas. Tito sudah melajukan motor balapnya disusul oleh Dino dan Fiko.
"Ikutin mereka yuk. Ngapain kita berdua di sini," ajak Indra yang hendak menghidupkan motor balapnya juga.
Sebenarnya Ridho lagi malas cari keributan, hari ini moodnya sedang tidak baik. Tadi siang ia baru saja bertengkar dengan papanya.
Tapi karna Indra mengajaknya jadi ia hanya bisa ikut saja. Dan menyusul teman-temannya yang sudah jauh di depan.
"Berhenti lo," seru Tito menghadang motor Bagas bersama dengan Dino dan Fiko.
"Mau apa kalian?" Bagas sudah menghentikan motornya dan menatap tajam ke arah mereka bertiga.
"Turun lo," seru Tito lagi pada Bagas.
Bagas turun dari motornya, ia sudah paham akan permintaan anak-anak geng Rasta itu. Ia sudah memasang ancang-ancang bersiap untuk melawan mereka bertiga.
Satu lawan tiga tentu saja Bagas kalah melawan tiga orang itu. Bertubi-tubi pukulan tinju mengenai perut Bagas. Dari kanan, kiri, dan depan tubuh Bagas habis kena pukulan. Dengan waktu singkat Bagas tumbang ke aspal jalanan.
Indra dan Ridho pun baru saja sampai di tempat itu. Mereka melihat Bagas sudah terkapar di sana.
"Tito hentikan," teriak Ridho saat melihat Tito hendak menendang Bagas.
Tito menghentikan aksinya, ia menghampiri Ridho diikuti Dino dan Fiko.
Namun Bagas yang tadinya terkapar perlahan mencoba untuk berdiri.
Ia mencoba untuk mendekati anak-anak geng Rasta itu.
"Kenapa kalian malah berhenti. Ayo lawan lagi gue. Gue akan habisin kalian semua. Termasuk lo ketua geng Rasta brengsek," tantang Bagas pada semua anak geng Rasta.
Ridho yang tampak emosi langsung memukul Bagas habis-habisan hingga Bagas tersungkur.
"Bro udah. Biarin aja nanti dia bisa mati," seru Indra yang melihat Ridho tak henti-hentinya memukuli Bagas.
Ridho menghentikan pukulan dan hendak beranjak dari sana.
"Kenapa lo berhenti. Ayo lawan gue lagi," ucap Bagas yang sudah berdiri lagi.
Ridho tidak menghiraukan ucapan Bagas. Ia berjalan menjauh dari pemuda itu.
"Ridho brengsek. Orang tua lo pasti sama brengseknya kayak lo. Kalian semua brengsek," teriak Bagas.
Ridho menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Apa lo bilang hah." Ridho tampak emosi. Pemuda itu mengepal tangannya sendiri.
Satu tinju melayang di mulut Bagas dan diiringi tinju bertubi-tubi di seluruh tubuh bagas. Dalam hitungan detik Bagas ambruk dan tak sadarkan diri.
Indra langsung menghampiri Ridho dan menyeretnya menjauh dari sana.
"Gila lo Bro. Anak orang bisa mati akibat lo. Ayo sekarang kita pulang." Indra menyeret Ridho menjauh dari Bagas yang sudah pingsan.
Sedangkan Tito, Dino dan Fiko hanya mematung menyaksikannya. Mereka juga tak menyangka akan begini akhirnya.
"Gimana ini To. Kalo Bagas mati gimana?" Dino tampak membeku di tempatnya, raut wajahnya tampak cemas.
"Mudah-mudahan aja tuh anak masih hidup," sahut Tito yang tampak ngeri saat Ridho mengamuk.
"Aamiin." Fiko hanya bisa berkata satu kata karna, tak bisa berucap apa-apa. Ia tampak syok atas kejadian naas itu.
"Ayo kita antar Ridho pulang," ajak Indra yang sudah berada di dekat mereka bertiga. Mereka mengangguk serentak.
Ridho masih tampak emosi, terlihat sekali wajahnya masih marah. Pemuda ini memang sangat sensitif dengan omongan orang.
"Ayo Bro. Naik ke motor lo cepetan. Sebelum ada orang lewat," ucap Indra yang terlihat panik.
Ridho naik ke atas motornya dan melajukan motor itu.
Temannya juga menyusul di belakang, mengantarkan Ridho sampai ke rumah nya.
Pagi harinya Bagas sudah berada di rumah sakit. Pemuda itu ditemukan warga subuh tadi dan langsung dibawa ke rumah sakit tempat Doni di rawat.
Beberapa jam kemudian Bagas kehilangannya nyawanya. Ia tidak mampu lagi bertahan, karna terlambat dibawa ke rumah sakit.
Seminggu setelah kepergian Bagas, akhirnya Doni sadarkan diri. Dan betapa terkejutnya ia saat tau Bagas sepupunya telah meninggal. Mamanya Bagas juga tidak tau pasti penyebab kematian Bagas. Yang jelas tubuh Bagas habis babak belur seperti dipukuli.
Dan sebulan setelah itu Doni pun tau apa penyebab yang sebenarnya. Kebetulan saat itu ia mendengar anak geng Ranjes membicarakan Ridho memukuli Bagas habis-habisan sampai tak sadarkan diri. Dan semenjak saat itu Doni menyimpan dendam terhadap Ridho. Serta menjadi musuh dari gengnya.
Berbagai cara telah ia lakukan untuk mencelakakan Ridho, namun tak kunjung berhasil. Semuanya gagal, tapi tetap saja Doni tak mau menyerah akan hal itu. Ia terus mencari cara untuk membalaskan dendamnya. Bahkan di hatinya terus berkata nyawa akan dibalas dengan nyawa.
* * *
Jangan lupa like, komen, vote and rate ya guys ...
Terimakasih telah membaca😇