Di jantung kota Yogyakarta, yang dikenal dengan seni dan budayanya yang kaya, tinggal seorang wanita muda bernama Amara. Dia adalah guru seni di sebuah sekolah menengah, dan setiap harinya, Amara mengabdikan dirinya untuk menginspirasi siswa-siswanya melalui lukisan dan karya seni lainnya. Meski memiliki karir yang memuaskan, hati Amara justru terjebak dalam dilema yang rumit: dia dicintai oleh dua pria yang sangat berbeda.
Rian, sahabat masa kecil Amara, adalah sosok yang selalu ada untuknya. Dia adalah pemuda yang sederhana, tetapi penuh perhatian. Dengan gitar di tangannya, Rian sering menghabiskan malam di kafe-kafe kecil, memainkan lagu-lagu yang menggetarkan hati. Amara tahu bahwa Rian mencintainya tanpa syarat, dan kehadirannya memberikan rasa nyaman yang sulit dia temukan di tempat lain.
Di sisi lain, Darren adalah seorang seniman baru yang pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dengan tatapan yang tajam dan senyuman yang memikat, Darren membawa semangat baru dalam hidup Amara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 _ Awal Baru Yang Menjanjikan
Amara terbangun di pagi yang cerah, sinar matahari menyusup masuk ke dalam kamarnya, seolah mengingatkannya bahwa hari baru telah tiba. Meski rasa berat di hati masih ada, dia bertekad untuk menjalani keputusan yang sudah diambilnya. Menghadapi hari ini dengan penuh harapan adalah satu-satunya cara untuk melangkah maju.
Pagi ini, Amara sudah berjanji untuk bertemu dengan Rian. Dia bisa merasakan semangat dan ketegangan bersamaan. Memilih Rian berarti ada tanggung jawab baru yang harus dia hadapi. “Gue harus jujur sama Rian tentang semua ini,” pikirnya.
Sesampainya di taman, Amara melihat Rian sudah duduk di bangku favorit mereka. Dia tampak lebih ceria dari biasanya. “Mara! Lo datang juga,” sapa Rian sambil melambaikan tangan.
“Gue berusaha untuk datang tepat waktu,” jawab Amara, berusaha tersenyum meskipun hati ini masih berdebar-debar.
“Gue ada sesuatu yang mau dibicarakan. Tapi sebelum itu, lo mau cerita dulu?” tanya Rian dengan nada ingin tahu.
Amara mengambil napas dalam-dalam. “Rian, kemarin gue ketemu Darren. Dan setelah banyak berpikir, gue tahu siapa yang ingin gue pilih.”
Rian tampak menunggu dengan sabar. “Jadi, apa keputusan lo?”
“Gue milih lo,” kata Amara, jujur dan tulus. “Gue tahu ini mungkin terdengar klise, tapi perasaan ini nggak bisa gue pungkiri. Lo bikin gue merasa aman dan bahagia.”
Wajah Rian langsung bersinar. “Mara, itu benar-benar berita bagus! Gue juga merasa hal yang sama.”
Senyum Amara mengembang, meskipun dia juga merasakan sedikit rasa bersalah karena keputusan itu. “Tapi, gue mau lo tahu bahwa ini bukan keputusan yang mudah. Gue menghargai semua yang udah Darren lakukan untuk gue.”
“Lo nggak perlu merasa bersalah. Ini adalah hidup lo, dan lo berhak untuk bahagia dengan pilihan yang lo ambil,” jawab Rian penuh pengertian.
Amara merasa lega, seolah beban di pundaknya menghilang. Dia merasa lebih yakin akan pilihan yang diambil. Rian bukan hanya teman, tetapi juga sosok yang selalu mendukungnya. “Jadi, kita mau mulai dari mana?” tanya Amara dengan semangat baru.
“Gue tahu tempat yang asyik buat kita berdua. Bagaimana kalau kita ke pantai besok? Kita bisa menikmati sunset bareng,” usul Rian.
“Pantai? Asik! Gue udah lama nggak ke pantai!” balas Amara penuh semangat.
Mereka berbincang lebih lama, saling berbagi impian dan harapan. Setiap kata yang terucap membuat Amara merasa lebih terhubung dengan Rian. Dia tahu, inilah awal baru yang menjanjikan.
---
Keesokan harinya, Amara bangun lebih pagi dari biasanya. Dia sudah tidak sabar untuk pergi ke pantai bersama Rian. Dengan semangat, dia memilih pakaian yang paling nyaman dan menyiapkan bekal untuk dibawa.
Sesampainya di pantai, angin berhembus lembut, membawa aroma laut yang segar. Rian sudah menunggu dengan senyum ceria. “Lo datang lebih cepat dari yang gue harapkan!”
Amara tersenyum lebar. “Gue udah bilang, kan? Nggak sabar buat ke sini.”
Mereka berjalan di sepanjang pantai, menikmati suasana dan membicarakan banyak hal. Rian menggenggam tangan Amara, membuatnya merasa nyaman. “Kita bisa jadi lebih dari sekadar teman, kan, Mara?” tanya Rian dengan tatapan serius.
Amara menatap Rian, merasakan getaran di hatinya. “Iya, Rian. Kita bisa jadi lebih dari itu. Tapi, kita juga harus berkomitmen untuk saling mendukung.”
Rian mengangguk. “Setuju. Cinta itu bukan hanya soal perasaan, tetapi juga tentang usaha dan saling pengertian.”
Mereka terus berjalan, saling berbagi cerita tentang impian dan cita-cita. Dalam setiap detik yang berlalu, Amara merasakan kedekatan yang semakin dalam. Dia tahu, Rian adalah sosok yang tepat untuk menemaninya dalam menjalani hidup.
Saat matahari mulai terbenam, mereka duduk di pasir, menatap indahnya langit yang berwarna oranye keemasan. “Mara, terima kasih sudah memilih gue,” kata Rian pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara ombak.
“Gue juga terima kasih, Rian. Lo bikin hidup gue lebih berarti,” balas Amara, merasakan kehangatan dalam hatinya.
Tiba-tiba, Rian memegang tangan Amara lebih erat. “Lo tahu, gue udah lama menunggu momen ini. Dan gue janji akan selalu ada buat lo.”
Mendengar itu, Amara merasa hatinya bergetar. Dia tahu, ini adalah perasaan yang tulus. Dia ingin menciptakan kenangan indah bersama Rian. “Gue juga janji akan selalu ada untuk lo, Rian.”
---
Di sekolah, hubungan Amara dan Rian mulai menjadi sorotan. Teman-teman sekelas mulai memperhatikan perubahan di antara mereka. Tania dan Sari tampak sangat senang mendengar kabar tersebut. “Akhirnya, kalian berdua jadian! Gue udah tahu dari awal kalau kalian cocok,” kata Tania dengan mata berbinar.
“Gue harap ini bisa jadi hubungan yang awet,” tambah Sari sambil menggoda Amara.
Amara hanya tersenyum malu. “Gue harap begitu juga, tapi kita masih harus saling belajar.”
Di sisi lain, Darren masih tampak berusaha menerima keputusan Amara. Dia jarang terlihat di sekolah dan lebih memilih untuk menyendiri. Amara merasa berat melihat Darren yang kehilangan semangat. “Gue harap dia baik-baik saja,” pikir Amara sambil mengamati Darren dari jauh.
Suatu hari, saat Amara sedang duduk di kantin, dia melihat Darren duduk sendirian di sudut. Hatinya terasa teriris. Dia ingin mendekati dan berbicara, tetapi rasa takut menyelimuti. Apakah dia siap untuk menghadapi situasi itu?
Rian yang melihat Amara gelisah, bertanya, “Lo mau ke sana?”
“Gue… mungkin harus bicara sama dia,” jawab Amara dengan ragu.
“Kalau lo merasa itu yang terbaik, gue akan menemani,” tawar Rian dengan lembut.
Dengan keberanian, Amara berdiri dan berjalan menuju Darren. “Darren,” sapanya, mencoba untuk bersikap tenang.
Darren menoleh, wajahnya terlihat agak terkejut. “Oh, hai, Mara. Ada yang mau lo bicarakan?”
“Gue cuma ingin tahu kabar lo. Lo baik-baik saja?”
Darren mengangguk, meskipun senyumnya terlihat dipaksakan. “Gue baik. Cuma butuh waktu buat sendiri, gitu.”
“Gue paham. Gue minta maaf kalau keputusan ini bikin lo sakit hati. Tapi… lo adalah teman yang berarti buat gue,” ujar Amara, berharap Darren bisa mengerti.
Darren terdiam sejenak. “Gue cuma butuh waktu buat menerima ini. Tapi gue harap lo bahagia dengan Rian.”
Amara merasakan simpati di hati. “Gue juga berharap lo bisa menemukan kebahagiaan, Darren.”
Setelah beberapa saat, mereka saling bertukar senyum meskipun rasa sakit masih ada. Amara merasa lega bisa berbicara dengan Darren, meskipun tidak ada solusi instan.
---
Di rumah, Amara merenung tentang hari yang telah berlalu. Dia tahu bahwa cinta dan persahabatan bisa saling terkait, dan kadang, pilihan sulit harus diambil untuk mencapai kebahagiaan. Melihat wajah Rian di benaknya, dia merasa optimis bahwa hubungan ini bisa membawa mereka ke tempat yang lebih baik.
Hari-hari berikutnya diisi dengan kebersamaan dengan Rian. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, saling memahami dan menguatkan satu sama lain. Amara merasakan betapa berartinya memiliki seseorang yang benar-benar peduli.
Di tengah semua kebahagiaan itu, dia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama. Setiap momen adalah pelajaran, dan setiap pilihan memiliki dampak. Dalam hatinya, Amara bertekad untuk terus menjalani hidup dengan sepenuh hati, menghadapi semua tantangan dengan keberanian dan cinta yang tulus.
...----------------...
Nah jadi Bersama Rian, Amara merasakan sebuah harapan baru. Dia siap untuk menghadapi apapun yang akan datang, tidak peduli seberapa sulitnya. Yang terpenting, dia tahu bahwa cinta sejati itu ada, dan dia berhak untuk dicintai oleh dua hati, tanpa harus kehilangan salah satunya. Dengan semangat baru, Amara menatap masa depan yang cerah dan penuh kemungkinan.😃😃😃😁
#Jangan Ya dek ya
Next Part.......
semangat berkarya../Determined//Determined//Determined/