Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Langit Valyria mulai berubah warna saat kelompok kecil yang dipimpin oleh Ares dan Liora bergerak ke arah utara, meninggalkan istana kekaisaran di belakang mereka. Matahari yang mulai tenggelam melemparkan bayang-bayang panjang di tanah, menciptakan suasana yang mencekam. Hutan lebat yang mereka masuki tampak seperti dinding hijau yang menutup dunia luar, mengasingkan mereka dari apa yang disebut sebagai "peradaban".
Ares mengencangkan cengkeramannya pada kendali kudanya. Perjalanan menuju Kuil Bayangan dipenuhi dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu pasti apa yang menunggu mereka di sana, tetapi jika kata-kata Gaius benar, maka mereka akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih buruk daripada apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.
"Kau pernah mendengar tentang Kuil Bayangan sebelumnya?" tanya Liora, yang menunggangi kudanya di samping Ares.
Ares mengangguk perlahan, matanya tetap waspada pada jalan di depan. "Hanya dari cerita-cerita lama. Dulu, para prajurit elit seperti aku diajarkan bahwa kuil itu adalah tempat terlarang, sumber kekuatan yang tak boleh disentuh oleh siapa pun. Tapi tak banyak yang benar-benar tahu apa yang ada di dalamnya."
Liora menatap Ares dengan cermat. "Kau percaya bahwa kekuatan yang tersembunyi di kuil itu benar-benar bisa menghancurkan Valyria?"
Ares terdiam sejenak sebelum menjawab. "Ragnar sudah membuktikan bahwa sihir gelap itu nyata. Jika kuil itu adalah sumber kekuatannya, maka kita harus menghancurkannya sebelum kekuatan itu menemukan jalan untuk bangkit lagi."
Liora mengangguk setuju. "Maka kita tidak punya pilihan lain."
Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan. Di sekitar mereka, suara hutan yang biasanya dipenuhi kicauan burung dan gemerisik dedaunan kini terasa begitu sunyi. Udara dingin mulai merayap, dan kelompok kecil itu mulai merasakan bahwa mereka tidak sendirian.
---
Beberapa jam kemudian, saat matahari telah benar-benar tenggelam di balik cakrawala, mereka berhenti di tepi sungai untuk beristirahat. Malam itu begitu sunyi hingga bahkan gemericik air sungai terdengar menakutkan.
"Sesuatu tidak beres," bisik salah satu pemberontak sambil menatap ke sekeliling. "Tempat ini terasa… mati."
Ares mengerti perasaan itu. Sejak mereka meninggalkan Valyria, ada sesuatu yang aneh di udara. Suara angin yang berhembus melalui pepohonan terdengar seperti bisikan, dan bayang-bayang panjang dari ranting-ranting yang bergoyang seolah mengikuti setiap langkah mereka.
"Jaga kewaspadaanmu," perintah Ares. "Jangan biarkan dirimu terjebak oleh rasa takut."
Tapi tak lama setelah mereka duduk di sekitar api unggun, sesuatu terjadi. Suara gemerisik datang dari balik pepohonan di sisi lain sungai. Semua mata tertuju ke arah suara itu, dan tangan-tangan segera meraih gagang pedang.
"Liora, ada yang datang," bisik Ares, matanya menatap tajam ke arah hutan.
Dari balik bayang-bayang, muncul sesosok makhluk yang bergerak dengan anggun namun menyeramkan. Sosok itu lebih tinggi dari manusia biasa, dan kulitnya hitam legam seperti bayangan malam. Matanya bersinar merah, memancarkan aura kegelapan yang membuat bulu kuduk Ares berdiri.
Makhluk bayangan.
"Mereka menemui kita bahkan sebelum kita mencapai kuil," gumam Ares. "Bersiaplah!"
Sebelum mereka bisa bereaksi lebih jauh, makhluk itu menyerang dengan kecepatan luar biasa. Bayangan-bayangan di sekitar makhluk itu tampak hidup, bergerak seperti rantai hitam yang mencoba menjebak mereka. Pedang pertama dari seorang pemberontak ditebaskan, namun bayangan itu hanya menembus tubuh makhluk itu seolah-olah tak ada apa-apa.
"Mereka tidak bisa dilawan dengan cara biasa!" teriak Ares. "Cari cara untuk menghancurkan bayangan mereka!"
Liora berjuang di sampingnya, menggunakan kemampuan dan kecerdasannya untuk mencari celah. "Mereka terhubung dengan sesuatu. Entah bagaimana, mereka tidak sepenuhnya ada di dunia ini."
Ares menghindari serangan cepat dari makhluk itu dan kemudian menyerang dengan kekuatan penuh. Namun, seperti yang dia duga, serangannya tidak memberikan dampak yang berarti. Makhluk itu tersenyum dengan kejam, matanya menyala lebih terang.
"Tidak mungkin kita bertarung dengan mereka tanpa sihir," geram salah satu pemberontak. "Kita akan habis kalau begini!"
Ares tahu mereka harus menemukan solusi dengan cepat, tetapi apa? Jika makhluk-makhluk ini terhubung dengan Kuil Bayangan, maka mereka mungkin hanya bisa dihancurkan di sumber kekuatan mereka.
"Lari!" perintah Ares. "Kita tidak bisa bertarung di sini. Terus bergerak ke arah kuil, kita harus menghancurkan sumber kekuatan mereka!"
Mereka berbalik dan mulai berlari melalui hutan, meninggalkan makhluk bayangan di belakang. Namun, makhluk-makhluk itu terus memburu mereka, seolah-olah bisa bergerak melalui kegelapan sendiri. Setiap kali Ares menoleh, dia bisa melihat bayangan itu semakin mendekat, dengan senyuman keji yang mengerikan di wajahnya.
Hutan yang lebat dan jalur yang sulit dilalui hanya membuat pelarian semakin berbahaya. Tetapi mereka tidak punya pilihan lain selain terus maju, berharap bahwa mereka akan sampai ke Kuil Bayangan sebelum makhluk-makhluk ini mengejar mereka sepenuhnya.
---
Menjelang fajar, setelah berlari sepanjang malam, Ares dan kelompoknya tiba di kaki gunung tempat Kuil Bayangan berada. Gunung itu menjulang di hadapan mereka, puncaknya tertutup kabut yang pekat. Di celah-celah di antara batuan gunung, Ares bisa melihat jalan setapak yang mengarah ke atas—menuju kuil yang sudah lama terlupakan.
"Kita harus segera masuk," kata Ares, terengah-engah. "Ini satu-satunya cara kita bisa mengakhiri ini."
Liora, yang berdiri di sampingnya, memandang ke puncak gunung dengan waspada. "Jika apa yang Gaius katakan benar, maka di sana kita akan menemukan sumber kekuatan gelap ini. Tapi kita harus bersiap menghadapi apapun yang menunggu kita di dalam."
Ares mengangguk, meskipun hatinya dipenuhi dengan keraguan. Kuil itu menyimpan rahasia yang mungkin lebih besar dari yang mereka bayangkan. Dan jika mereka tidak bisa menghancurkan sumber kekuatan gelap ini, maka Valyria benar-benar akan jatuh.
"Sekarang atau tidak sama sekali," gumam Ares saat dia mulai memimpin kelompoknya naik menuju kuil.
Dengan setiap langkah yang mereka ambil menuju Kuil Bayangan, Ares merasa bahwa mereka semakin dekat dengan kebenaran yang mengerikan—kebenaran tentang kekuatan yang telah lama tersembunyi di bawah kekaisaran ini. Dan jika mereka gagal menghancurkannya, Valyria akan tenggelam dalam kegelapan selamanya.
---
cerita othor keren nih...