Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.
Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.
Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?
BACA SEGERA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali bertemu
Dara dan si kembar masih menunggu dokter selesai memeriksa kondisi Alice. Ketiganya terlihat khawatir, apalagi si kembar yang sejak tadi menangis sembari memeluk satu sama lain. Jelas saja mereka ketakutan, sebab hanya Alice lah yang mereka punya.
"Janan nangis lagi." Ujar Alexa sembari mengusap air mata Eliza.
"Kau juga janan nangis cumiati hiks ...," ujar Eliza dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
"Kita lagi belcedih, jangan kau pancing emociku Lijaa hiks ...,"
Dara yang tadinya larut dalan kesedihan, tiba-tiba dirinya merasa ingin tertawa. Bisa-bisanya di saat sedang sedih seperti ini kedua bocah itu justru malah berbuat hal yang menurutnya lucu. Ingin tertawa, tetapi dirinya sedang sedih atas apa yang menimpa Alice.
Cklek!
Dara langsung beranjak dari duduknya saat melihat dokter keluar dari ruang UGD. Bergegas, Dara menanyakan tentang kondisi Alice. Si kembar pun turut mendekati dokter tersebut. "Bagaimana keadaan kakak saya dok?" Tanya Dara.
"Untungnya, tidak terjadi pendarahan di dalam perut pasien. Luka lecet di tangan dan kakinya juga sudah kami obati. Tapi, Pasien harus di rawat inap untuk memastikan kondisi ke depannya. Setelah pasien di nyatakan pulih, kami baru akan mengizinkannya pulang." Terang dokter itu.
Dara terdiam, dia ragu jika Alice mau di rawat. Apalagi, perawatan di rumah sakit pastinya akan mahal. Dia saja diam-diam memakai kartu hitam Alice. Jika wanita itu bangun, dia pasti akan memarahinya.
"Dok, kalau pulang aja ... apa gak boleh?" Tanya Dara dengan ragu.
"Tunggu sampai infusan habis yah, jika setelah habis dan kondisinya kami cek tak ada yang perlu di khawatirkan dan tidak ada keluhan dari pasien. Maka, pasien akan di perkenankan untuk pulang." Terang dokter itu.
Dara mengg4ruk pipinya yang tak gatal, dia bingung mencari alasan yang harus dia berikan lagi pada dokter itu. Tatapan dokter itu pun mengarah pada dua anak kembar yang sedang menatapnya. "Apa mereka anak pasien?" Tanya dokter itu.
"Iya dok." Jawab Dara sembari memegang bahu kedua bocah menggemaskan itu.
"Mohon maaf Nona, tapi rumah sakit kami tidak di perkenankan kan anak kecil untuk menetap di rumah sakit. Jadi, kami minta agar kedua anak ini segera kembali pulang." Titah dokter itu yang mana membuat Dara bertambah bingung di buatnya.
"Oo gitu, baik dok." Dara pasrah, dia menuruti peraturan rumah sakit.
"Pasien akan kami pindahkan ke ruang rawatnya," Terang sang dokter dan berlalu pergi.
Dara menatap kedua bocah kembar itu dengan tatapan sendu. Dia harus membawa anak kembar itu pulang sesuai peraturan yang rumah sakit tetapkan. Dara pun berjongkok di hadapan keduanya dan memegang pundak mereka.
"Alexa, Eliza, kita pulang yah. Nanti, kalau mommy udah sembuh baru kita jemput. Soalnya disini gak boleh ada anak kecil. Jadi, kita pulang yah." Bujuk Dara.
"Kita gak bisa nunggu disini? Kita nda nakal kok, iya kan Lija?" Bujuk Alexa dan meminta dukungan kembarannya.
"Iya, kita nda nakal. Nda nanis juga, kita mau cama mommy dicini." Sahut Eliza.
Dara menghela nafas pelan, dia meraih pipi kedua bocah itu dan mengelusnya dengan lembut. Dara mengerti perasaan mereka berdua, jelas saja keduanya tak ingin berpisah dari sang mommy. Namun, peraturan tetaplah peraturan. Dari pada dirinya terkena masalah di rumah sakit.
"Kalau kalian tetap disini, mommy akan semakin lama pulangnya. Nurut yah, kita pulang. Besok kita lihat perkembangannya, kalau mommy sudah sehat kakak akan bawa mommy pulang. Bagaimana? Untuk sementara, kalian tinggal sama nenek dulu yah." Bujuk Dara.
Alexa dan Eliza menurunkan bahunya lemas, keduanya saling pandang dengan tatapan sendu. Dara tahu keduanya sedih, tapi dirinya tidak bisa berbuat apapun. Akhirnya, si kembar pun mau di ajak untuk pulang. "Becok mommy cudah bica pulang kan kakak?" Tanya Alexa sembari menggandeng tangan Dara. Ketiganya kini berjalan keluar rumah sakit dengan raut wajah yang terlihat sedih.
Tanpa mereka sadari, ketiganya berpapasan dengan Dario, Asisten Ravi dan juga beberapa bodyguard nya. Si kembar pun tak melihat kehadiran Dario, begitu pun sebaliknya. Terlihat, Dario berjalan cepat menuju resepsionis. Pria itu yak peduli pandangan orang-orang padanya yang terkesan terburu-buru.
"Ada yang bisa kami bantu tuan?" Tanya resepsionis itu ketika melihat kedatangan Dario.
"Sus, apa disini ada pasien yang di rawat atas nama Alice?" Tanya Dario dengan tatapan serius.
"Alice? Sebentar tuan, kami akan mengeceknya." Ujar sister itu dan langsung mengecek data pasien.
Dario mengalihkan pandangannya, dia menatap satu persatu orang yang berlalu lalang. Bisa saja dia menemukan keberadaan istrinya di antara orang tersebut. Dario yakin, jika Alice berada di rumah sakit ini. Setelah Asisten Ravi memberitahukan padanya tentang keberadaan Alice, Dario langsung berangkat menuju tempat dimana terakhir kali kartunya di gunakan.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Dario.
"Maaf tuan, disini ada lima pasien atas nama Alice. Alice yang anda maksud yang mana yah?" Tanya suster itu.
"Alice Claretta." Terang Dario.
Suster itu kembali mencarinya, Dario menunggu dengan teg4ng. Jantungnya berdegup kencang, dia tak sabar ingin bertemu dengan Alice. Perasaannya was-was, dia takut akan kembali gagal dalam menemukan istrinya itu. Alice benar-benar bersembunyi dengan baik, bahkan Dario sampai kesulitan dalam menemukan istrinya itu.
"Ada tuan, nyonya Alice Claretta. Beliau adalah korban tabrak lari dan saat ini berada di ruang rawat mawar lantai tiga belas." Terang suster itu yang mana membuat senyum Dario terbit.
"Terima kasih." Seru Dario dan bergegas menaiki lift menuju lantai tiga belas.
Sesampainya di lantai tiga belas, Dario langsung mencari ruangan mawar yang di maksud. Tak lama, pria itu menemukannya. Langkahnya terhenti di depan ruangan bertuliskan mawar. Sejenak, Dario mengatur perasaannya yang terasa campur aduk. Jantungnya semakin berdebar tak karuan.
"Ravi, kamu tidak salah dalam melacaknya kan?" Tanya Dario.
"Tentu saja tidak tuan, saya sudah bekerja lama dengan anda. Pencarian saya tidak mungkin meleset. Kartu anda di gunakan terakhir kalinya di rumah sakit ini." Terang Ravi.
Sejenak, Dario memejamkan matanya. Dia mencoba mengatur nafasnya dan menguatkan dirinya. Lalu, matanya kembali terbuka. Tangannya terangkat dan menekan handle pintu dengan gerakan pelan. Saat pintu terbuka, tatapan Dario langsung mengarah pada sosok wanita cantik yang tertidur dengan damainya di atas brankar. Berikut, dengan selang infus yang tertancap di tangannya.
"Masuklah Tuan, saya dan para bodyguard akan berjaga di depan." Pinta Asisten Ravi sambil tersenyum.
Dario memantapkan hatinya, dia mulai maju melangkah memasuki ruangan itu. Asisten Ravi menutup kembali pintu itu dan meminta para bodyguard itu berjaga di sekitar. Di dalam, Dario telah berdiri di sisi brankar. Matanya menatap lurus ke arah wanita yang sudah dia cari selama lima tahun terakhir ini. Wanita yang telah meninggalkannya tanpa pesan sedikitpun. Kini, mereka justru kembali bertemu dalam situasi yang seperti ini.
"Lima tahun sudah aku mencarimu, akhirnya aku menemukan keberadaanmu. Alice ... kamu harus menjelaskan padaku tentang alasan kepergianmu selama lima tahun ini." Lirih Dario dengan tatapan dingin ke arah Alice yang masih belum sadarkan diri.
___
Jangan lupa dukungannya🥰🥰
Terima kasih atas dukungan kalian🤗🤗