"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Catty n Sean
"Kenapa? Mau aku suapi?" tanya Catty dengan kesal. Ia berbasa-basi pada Sean karena pria itu terus menatapnya dengan terang-terangan. Dia sedang makan tau!
"Boleh, suapi aku."
Catty dan orang-orang di dalam ruangan menghentikan kegiatan mereka ketika mendengar ucapan pria itu. Kim dan Joe saling melirik dan mengangguk dalam diam. Keduanya mengangkat piring makan mereka, ingin meninggalkan ruangan dengan tenang.
"Eh, mau kemana?" tanya Catty.
"Kami sudah selesai, Nona," ujar Kim dengan senyuman di bibirnya, lalu berlalu dari hadapan kedua tuan dan nonanya itu. Raut wajahnya menginstruksi para pelayan lain untuk mengikutinya keluar ruangan. Manusia di ruangan terbirit-birit mengikuti jejak Kim meninggalkan pasangan suami istri ini.
Catty memiringkan kepalanya melihat semua orang keluar dari sini tanpa alasan yang ia mengerti. Ah, sudahlah. Biarkan saja.
"Astaga!"
Sejak kapan wajah pria ini menjadi sedekat ini?
"Apa yang sedang kau lihat?" Catty menyentuh dahi Sean dengan telunjuknya, mendorong pria itu sedikit menjauh darinya.
Sean tak menjawab apapun. Hanya mengedikkan dagunya pada hidangan di depan gadis itu dan membuka mulutnya.
"Makan sendiri, kau bukan bocah lagi!" Manja sekali, menggelikan!
"Oh?" Sean memiringkan kepalanya. "Kalau begitu, siapa bocah yang aku suapi saat di rumah sakit beberapa hari yang lalu?"
Catty mendengus kecil dengan raut wajah jelek. "Aku terluka saat itu! Tanganku sedang di perban!"
Melihat pria itu yang hanya mengangguk-angguk dengan wajah yang mengejek membuat Catty kesal sendiri. Sial! Ia seperti memiliki hutang Budi pada pria itu!
Dengan ogah-ogahan gadis itu menyendok makanannya dan menyuapi pria menyebalkan di sisinya. Rasanya Catty ingin membawa suapan ini ke hidung Sean saja saat melihat bibir pria itu menyeringai padanya.
...'*'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'*'...
Sean keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terasa sangat segar dan ringan setelah seharian sangat sibuk. Ia berjalan menuju kasur dan memakai celana yang sudah disiapkan oleh istrinya. Entah sejak kapan mereka melakukan hal ini, karena sepertinya ia juga mulai terbiasa dengan perlakuan gadis itu.
Ia bersandar pada headboard bed kasurnya, meraih iPad yang ada di atas nakas.
"Apa ada berita terbaru di organisasi?"
Sean melirik pada gadis yang tengah sibuk mengoleskan entah apa itu di wajahnya sampai berlapis-lapis. Ia sudah selesai mandi, namun, istrinya masih sibuk di depan cermin.
"Tidak ada," jawabnya singkat.
Catty mengerutkan dahi, tak puas dengan jawaban yang di berikan.
"Masa? Aku tidak tau organisasi bisa setenang itu? Tidak ada kegiatan apapun?"
Sean mendengus mendengar pertanyaannya. Gadis itu pasti ingin tau tentang kasus-kasus baru. "Bukankah kau hanya bertanya berita? Ya, jawabannya tidak ada."
Catty memukul meja rias nya dengan kesal. Apa ia semudah itu terekspos? "Baiklah, apa tidak ada misi atau tugas yang datang?"
Pria itu hanya menarik sudut bibirnya. "Kenapa? Kau mulai bosan kuliah?"
Sean melihat gadis itu merengut dan mengangguk. Kasihan sekali. Catty naik ke kasur empuk dan berbaring di sebelahnya setelah menyelesaikan ritualnya.
"Memang ada kasus baru, tapi masih belum tau apakah kepolisian akan mengajak kita atau tidak kali ini."
"Ah, benarkah?" tanya Catty bersemangat pada pria yang sedang fokus dengan tablet di tangannya.
"Katakan padaku, kasus apa itu?" tanya Catty lagi.
Namun, semangatnya hancur lebur saat melihat pria itu hanya mengangkat bahunya acuh. Ia memukul lengan atas pria itu dengan keras. "Apa kau tidak mencari tau?!"
"Awh. Bukan hal yang penting. Jika ini memang penting, sudah pasti akan diadakan rapat untuk mengantisipasi," jawab Sean sambil mengelus kulit yang terasa pedih akibat tamparan gadis itu.
Sean hanya bisa melihat gadis itu yang menendang selimut dengan kesal dan berbaring memunggunginya.
Cih, bukankah ia benar? Jika memang kasus penting, Tuan William yang terhormat pasti sudah menghubunginya lebih dulu. Dasar wanita aneh, marah tanpa alasan.
Sean bangkit menuju meja kerja disudut ruangan. Ia menyelesaikan pekerjaannya dan baru selesai larut malam ketika jam mulai menunjukkan pukul dua dini hari.
Ia kembali berbaring di kasurnya, menatap wajah tanpa riasan yang tengah terlelap di depannya. Sebenarnya, Catty sangat cantik. Meski masih kalah dengan kecantikan Felice, tetap saja Catty tergolong cantik. Sebenarnya, bukan juga kalah. Hanya saja, Felice memiliki kecantikan seorang wanita dewasa yang mempesona dan memikat. Sedangkan, gadis di depannya, sangat polos. Ada saat-saat dimana Felice tidak terlihat secantik yang orang-orang katakan, tapi Catty memiliki kecantikan yang mutlak.
Matanya memindai fitur-fitur wajah Catty yang sempurna. Saat ini, wajah gadis itu begitu merona. Sangat berbeda dengan saat ia terluka beberapa hari yang lalu, pucat dan rapuh.
Sean mengerutkan dahinya saat memikirkan sesuatu. Ia selalu merasa ia pernah melihat Catty, tapi entah dimana dan kapan. Ketika memikirkan kembali raut wajah pucat gadis itu, Sean merasa wajahnya sangat akrab. Apa ia pernah bertemu Catty sebelumnya? Tapi, rasanya tidak mungkin. Meski begitu, raut wajah pucat Catty selalu membayangi benaknya tanpa ia ketahui alasannya.
Ia menghela nafas dan berbaring menghadap langit-langit kamarnya. Pikirannya beralih memutar kembali percakapan antara ia dan kakeknya, Steve Rolland.
"Kapan kau akan berhenti dari pekerjaan itu?" tanya Steve ketika hanya ada ia dan cucunya di ruang kerja pribadi milik pria itu.
Sean hanya diam tanpa jawaban membuat pria tua itu menarik nafas dan menghembuskannya dalam-dalam.
"Apa kau tau posisimu di keluarga?"
"Pewaris dan penerus," jawab Sean dengan lirih.
"Pekerjaanmu itu sangat riskan. Kau berjanji padaku akan berhenti lima tahun yang lalu, dan dua tahun yang lalu. Namun, sampai saat ini, kau masih belum berhenti dari sana."
"Kakek, pekerjaan ini berguna. Setidaknya, aku memiliki kebebasan untuk mencari tau tentang pebisnis lainnya sebelum melakukan hal besar," ujar cucunya membela diri.
"Berguna? Tanyakan pada hatimu, apa itu benar-benar berguna? Jika memang seperti apa yang kau katakan, kejadian lima tahun yang lalu tak akan terjadi!"
Sean berjengit dan segera menunduk mendengar ucapan dingin sang kakek. Perkataan kakeknya tak bisa dibantah. Kakek benar, kejadian lima tahun yang lalu juga merupakan kelalaiannya. Ia tak bisa mengabaikan poin ini.
Steve mengurut pelipisnya saat melihat cucunya terdiam dan menunduk dalam. "Selesaikan sendiri urusanmu. Cucuku sudah pasti dewasa dan bertanggung jawab. Aku bisa membantumu untuk hal lainnya, kecuali yang satu ini."
Meski dengan suara yang lemah, Sean tetap mengangguk dan menjawab. Bulu matanya merunduk, Ia menggigit pipi bagian dalamnya dengan keras ketika memorinya memutar kembali kejadian saat itu.
...'*'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'*'...
Anw, sayang-sayangku ....
Aku lagi kurang sehat. Maaf, karena aku ga up beberapa hari ini. Ini aku sempetin up tp ga sempet revisi. Jadi, kl nemu typo, just tag me there yaa...
Dukung author dengan Vote+Komen karya ini guyss...
Jaga kesehatan yaa, love u All<3
Sera.
penataan bahasanya loh keren