Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lolos dari Penjaga Dimensi
Raka dan Aluna bergerak perlahan di sepanjang lorong-lorong markas Penjaga Keseimbangan Dimensi, berusaha menghindari penjaga yang berpatroli. Setelah berhasil meloloskan diri dari perpustakaan rahasia, mereka tahu bahwa waktu mereka terbatas. Informasi yang mereka dapatkan tentang Kunci Dimensi sudah cukup untuk membuat mereka semakin yakin bahwa alat ini jauh lebih penting dan berbahaya daripada yang mereka duga.
"Alat ini... benar-benar kuat," kata Raka dengan suara pelan, masih terkejut dengan apa yang mereka temukan. "Dan aku? Aku dipilih? Kenapa aku, sih? Aku cuma penjual keliling yang nggak tahu apa-apa soal dimensi atau alat ajaib."
Aluna tersenyum tipis sambil terus memantau sekeliling mereka. "Terkadang takdir memilih orang yang paling tidak terduga. Mungkin karena kau punya sesuatu yang bahkan kau sendiri belum menyadarinya, Raka."
Raka menatap Aluna dengan alis terangkat. "Sesuatu? Kalau yang kau maksud keberuntungan, mungkin itu benar. Tapi selain itu, aku nggak tahu apa-apa."
Aluna terkekeh kecil. "Keberuntungan bisa jadi kekuatan juga, kau tahu."
Mereka tiba di salah satu sudut lorong yang sepi, dan Aluna berhenti sejenak, mencoba memikirkan langkah selanjutnya. "Kita perlu keluar dari markas ini secepat mungkin. Penjaga pasti akan menyadari ada yang salah di perpustakaan, dan kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama."
Raka mengangguk, meski jelas-jelas dia masih cemas. "Tapi bagaimana caranya kita keluar dari sini? Mereka pasti menjaga pintu keluar dengan ketat."
Aluna terdiam sejenak, berpikir keras. "Mungkin kita bisa menggunakan Kunci Dimensi untuk melarikan diri. Tapi kita harus sangat hati-hati. Kalau alat itu tidak dikendalikan dengan benar, kita bisa terlempar ke dimensi lain yang lebih berbahaya."
Raka memandang alat itu dengan cemas. "Aku bahkan nggak tahu cara mengendalikannya... Setiap kali aku mencoba, kita selalu terjebak di tempat yang salah. Tapi... ya, kurasa ini satu-satunya pilihan kita."
Sebelum mereka bisa melanjutkan diskusi, suara langkah kaki terdengar di kejauhan. Penjaga sedang berpatroli di dekat mereka, dan tidak ada tempat yang cukup aman untuk bersembunyi.
"Raka, kita harus cepat!" bisik Aluna dengan nada mendesak. "Gunakan alat itu!"
Raka, yang masih agak panik, meraih alat dimensi di pinggangnya. Tangannya gemetar saat dia mencoba mengingat tombol mana yang biasanya ditekan. Dia menatap Aluna sebentar. "Oke... semoga ini berhasil."
Dengan satu tarikan napas, Raka menekan salah satu tombol pada alat tersebut. Seketika, cahaya terang muncul, dan ruang di sekitar mereka mulai bergetar. Namun, tepat saat mereka hendak tersedot ke dalam portal dimensi, dua penjaga muncul di ujung lorong.
"Mereka di sini!" teriak salah satu penjaga, sambil mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Raka dan Aluna.
Aluna, dengan refleks cepat, mengangkat tangannya dan menciptakan perisai magis untuk menahan serangan sihir penjaga. Cahaya biru perisai itu bersinar terang, melindungi mereka dari ledakan energi yang diarahkan oleh para penjaga. Namun, kekuatan perisai itu tidak akan bertahan lama.
"Raka, cepat!" teriak Aluna, matanya menatap Raka dengan penuh harap.
Raka mengerahkan segala keberaniannya, menekan tombol lagi. Portal mulai terbuka lebih besar, menarik mereka berdua ke dalam pusaran energi. Dalam sekejap, mereka tersedot masuk, meninggalkan para penjaga yang hanya bisa tertegun melihat mereka menghilang.
---
Ketika mereka muncul kembali, Raka dan Aluna mendapati diri mereka berada di tengah hutan yang lebat. Pohon-pohon besar dengan daun-daun yang mengeluarkan cahaya kehijauan menjulang di sekeliling mereka, dan suara burung-burung aneh terdengar di kejauhan. Suasana terasa mistis, dan udara di sekitar mereka sedikit lembab dengan aroma tumbuhan yang tidak dikenal.
Raka mengedipkan matanya beberapa kali, memastikan bahwa mereka benar-benar selamat. "Kita... berhasil? Kita nggak di tempat yang salah lagi, kan?"
Aluna memandang sekeliling dengan hati-hati, matanya penuh kewaspadaan. "Aku tidak tahu di mana kita sekarang, tapi setidaknya kita sudah jauh dari markas Penjaga Dimensi. Tempat ini... terasa asing, tapi tidak terlalu berbahaya."
Raka menghela napas lega, lalu tertawa kecil. "Aku nggak percaya kita berhasil keluar. Mungkin aku mulai tahu cara kerja alat ini."
Aluna tersenyum samar, meski masih ada kekhawatiran di wajahnya. "Kau beruntung. Tapi kita tidak bisa bergantung pada keberuntungan selamanya. Kita harus segera mencari tahu lebih lanjut tentang cara mengendalikan alat ini dengan benar."
Raka mengangguk setuju, meskipun dia masih merasa bangga bahwa mereka berhasil kabur. "Baiklah, tapi untuk sekarang... bolehkah kita istirahat sebentar? Jujur saja, aku merasa seperti baru saja melewati badai."
Aluna tertawa kecil. "Baiklah, kita bisa istirahat sebentar. Tapi jangan terlalu lama. Kita tidak tahu apa yang bisa kita temui di dimensi ini."
Mereka berdua duduk di bawah pohon besar yang bercahaya, menikmati sejenak kedamaian setelah ketegangan yang baru saja mereka lewati. Fluffernox, yang masih setia mengikuti mereka, melompat-lompat di sekitar mereka, tampak gembira meski situasinya tidak seharusnya menyenangkan.
"Apa kau pernah berpikir," kata Raka tiba-tiba, "bahwa semua ini—melintasi dimensi, alat ajaib, monster raksasa—semuanya mungkin hanya mimpi buruk yang aneh?"
Aluna tersenyum, menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang berwarna-warni. "Kadang-kadang aku berharap begitu. Tapi ini nyata, Raka. Dan kita harus menghadapi kenyataan ini."
Raka mengangguk pelan, lalu bersandar di pohon sambil memandangi Fluffernox yang terus bermain. "Aku senang kita punya Fluffy. Meskipun dia nggak banyak membantu, dia selalu ada untuk membuat segalanya lebih ringan."
Aluna tertawa kecil lagi. "Ya, Fluffernox memang makhluk yang unik. Entah bagaimana, dia selalu membawa sedikit kebahagiaan, bahkan di saat-saat sulit seperti ini."
Mereka berdua terdiam, menikmati ketenangan hutan magis itu. Meskipun mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, untuk sesaat, Raka dan Aluna merasakan sedikit kelegaan di tengah kekacauan yang mereka hadapi.
---
Sementara itu, di Kerajaan Eldar, Pangeran Radit dan Rudolf telah tiba di salah satu desa terdekat, berharap menemukan petunjuk tentang keberadaan Aluna. Mereka bergerak dengan hati-hati, menyamar sebagai pedagang keliling. Radit, yang biasanya ceroboh dan kekanak-kanakan, kali ini tampak lebih fokus. Dia tahu betapa pentingnya menemukan Aluna, tidak hanya untuk menyelamatkan perjodohan mereka, tetapi juga untuk membuktikan dirinya kepada ayahnya.
Di pasar desa, mereka mulai bertanya-tanya kepada penduduk setempat, berpura-pura mencari seseorang yang cocok dengan deskripsi Aluna tanpa menimbulkan kecurigaan. Namun, hasilnya sejauh ini tidak terlalu menggembirakan.
"Yang Mulia," kata Rudolf, setelah mereka bertanya kepada beberapa pedagang, "sepertinya tidak ada yang tahu ke mana Aluna pergi. Jejaknya menghilang."
Radit mengerutkan kening, merasa frustrasi. "Dia tidak mungkin menghilang begitu saja. Pasti ada seseorang yang tahu sesuatu."
Rudolf menatap tuannya dengan tatapan serius. "Mungkin kita perlu menggunakan pendekatan yang berbeda. Saya bisa menggunakan sihir untuk melacak jejak magisnya, jika Aluna meninggalkan sedikit saja energi sihir di sepanjang perjalanannya."
Radit mengangguk dengan semangat baru. "Kalau begitu lakukan, Rudolf. Kita harus menemukannya."
Rudolf mulai merapalkan mantra pelacak, energi sihir mulai mengalir dari tangannya dan berputar di sekitar mereka. Matanya menutup, dan seketika dia bisa merasakan jejak samar energi magis yang ditinggalkan Aluna di udara.