NovelToon NovelToon
Ninja'S Storm

Ninja'S Storm

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:187
Nilai: 5
Nama Author: After Future

Pohon Neraka Dunia terbelah, membebaskan miliaran jiwa pendosa ke dunia para ninja. Sementara itu di gunung yang berada di bawah kekuasaan Klan Naga Badai, tetua Klan Naga Badai memilih prajurit muda untuk mewarisi gulungan Dewa Badai dan Dewa Bayangan.

Inilah kisah Ren yang memulai perjalanan panjangnya menguasai peninggalan-peninggalan Dewa kuno serta pertempuran tanpa akhir melawan jiwa-jiwa yang terbebas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon After Future, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20: Basement Yang Berbahaya

Ren percaya diri. Sangatlah percaya diri. Bukan hanya karena dia adalah seorang penyintas dari dunia lain, tetapi juga karena dia memiliki bakat yang luar biasa, jauh melampaui ninja lainnya.

Sejak kecil, Ren sudah menunjukkan tanda-tanda kejeniusannya. Tidak seperti anak-anak lain yang masih bergulat dengan teknik dasar, dia mampu menyerap ilmu dengan cepat, seakan-akan dirinya sudah pernah mengalami semua itu sebelumnya. Pada usia 12 tahun, dia sudah menguasai tiga elemen dasar—sebuah pencapaian yang hampir mustahil bagi ninja biasa. Akademi ninja tempatnya belajar segera mengenalinya sebagai anak ajaib. Murid-murid lain mengaguminya, guru-gurunya menganggapnya sebagai kebanggaan, dan namanya terus bergema di setiap sudut akademi.

Namun, di balik semua sorotan itu, Ren tahu bahwa kebanggaan yang berlebihan adalah racun. Dia tidak ingin terlena oleh pujian, tapi sulit untuk menutup telinga saat semua orang membicarakannya dengan penuh hormat. Bagaimana tidak? Normalnya, seorang ninja hanya bisa mengendalikan dua elemen yang merupakan bakat bawaan mereka. Tapi Ren? Dia membangkitkan core elemen ketiga, sesuatu yang bahkan para petinggi akademi pun anggap sebagai mitos.

Hari-hari di akademi adalah hari-hari penuh kejayaan. Dia sering berandai-andai, bagaimana jika hidupnya terus seperti ini? Bagaimana jika dia tidak perlu menghadapi kenyataan pahit yang menantinya di luar tembok akademi? Namun roda kehidupan selalu berputar.

Dan perputaran itu terlalu cepat untuknya.

"Sayang sekali roda kehidupan berputar dengan sangat cepat," gumamnya, menatap reruntuhan yang dulunya adalah tempatnya berlatih dan belajar. "Tidak ada lagi kehidupan sekolah yang tenang. Aku yakin sebentar lagi perang besar akan pecah, antara klan-klan ninja melawan pasukan iblis dan roh pendosa."

Ren mengepalkan tangan. Dia tidak bisa membiarkan dirinya larut dalam kenangan. Perang akan datang, dan dia harus siap menghadapinya. Ada satu hal yang masih harus dia lakukan sebelum segalanya benar-benar hancur.

"Sebelum itu terjadi, aku harus cepat-cepat menguasai gulungan rahasia klan Naga Badai yang menjadi takdirku!"

Ren mempercepat langkahnya, menuju rumah ketua klan yang kini hanya tersisa puing-puing. Dulu, tempat itu adalah simbol kebanggaan, pusat kekuatan dan kebijaksanaan klannya. Sekarang, hanya ada kehancuran.

Dori dan temannya sudah pergi. Ke mana mereka pergi, Ren tidak tahu dan tidak peduli. Satu-satunya yang ada dalam pikirannya saat ini adalah menemukan gulungan itu.

"Yukio, Zenin, dan Sora sudah aman. Tidak ada lagi nyawa yang perlu kukhawatirkan," gumamnya sembari menarik napas lega.

Dia mulai memperlambat langkahnya. Tubuhnya lelah. Sejak kemarin dia terus berlari, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tanpa istirahat yang cukup. Tetapi ini bukan saatnya untuk mengeluh.

Begitu dia sampai di bekas ruang perpustakaan milik ketua klan, pemandangan yang menyambutnya membuat dadanya terasa sesak. Tempat itu sudah hancur total. Rak-rak kayu yang dulu penuh dengan gulungan ilmu sekarang terbalik dan terbakar, hanya menyisakan serpihan abu yang beterbangan di udara. Tidak ada satu pun gulungan tersisa di sana.

Ren mengepalkan tangan. "Apa aku sudah keduluan? Atau ketua klan sendiri yang mengangkutnya?"

Hatinya mulai tidak tenang. Dia tidak bisa pulang dengan tangan kosong. Jika gulungan itu jatuh ke tangan musuh, maka kekuatan besar yang tersegel di dalamnya akan menjadi ancaman bagi seluruh klan ninja.

Saat itulah dia melihatnya.

Pintu menuju basement terbuka lebar.

Dada Ren berdegup kencang. Ketua klan pernah berkata bahwa basement adalah tempat di mana harta-harta terbaik disimpan. Jika ada satu tempat di mana gulungan rahasia klan Naga Badai masih bisa ditemukan, maka itu pasti di sana.

Tanpa ragu, dia melangkah maju. Namun, tepat saat kakinya hanya berjarak satu meter dari jalan masuk, sesuatu melesat cepat dari kegelapan.

Swish!

Sebuah panah beracun menancap tepat di hadapannya.

Ren segera mundur, reflek tubuhnya yang terlatih menyelamatkannya dari kemungkinan terburuk. Dia menajamkan pandangannya ke arah kegelapan.

"Siapa di sana?" tanyanya, bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

Tidak ada jawaban. Hanya keheningan.

Namun Ren tahu, dia tidak sendirian di sini. Ada seseorang—atau sesuatu—yang sedang mengawasinya dari dalam kegelapan basement.

Ren segera mundur, jantungnya berdegup kencang. Panah beracun itu hampir mengenai wajahnya. Jika saja dia melangkah sedikit lebih cepat, mungkin racunnya sudah mengalir dalam tubuhnya sekarang. Dia menatap panah yang menancap di lantai kayu yang mulai lapuk, racun berwarna ungu gelap masih menetes dari ujungnya.

Dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Lalu, saat matanya kembali menyusuri ruangan, dia melihat sesuatu yang membuatnya mengerutkan kening.

Di sekitar kakinya, ada benang tipis hampir tak terlihat yang membentang di udara. Itu pasti yang dia sentuh tadi. Seketika, kesadaran menghantamnya—ini bukan panah acak yang ditembakkan oleh seseorang, melainkan jebakan yang sudah dipasang sebelumnya.

Ren berjongkok, mengamati lebih dekat. Benang-benang ini sangat halus, hampir tidak terlihat di bawah cahaya redup yang menyusup dari celah-celah dinding yang hancur. Jebakan ini pasti sudah ada sejak lama, mungkin dipasang oleh ketua klan sendiri untuk melindungi sesuatu yang sangat berharga.

“Sepertinya aku telah menyalakan sesuatu yang tidak seharusnya…” gumam Ren, merasakan ketegangan di udara.

Dia segera mengingat kembali semua pelatihannya. Sebagai ninja, dia sudah mempelajari berbagai jenis jebakan, dan ada satu teknik sederhana yang bisa digunakan untuk melihat perangkap seperti ini dengan jelas.

Ren merogoh kantong kecil di ikat pinggangnya, mengambil segenggam pasir halus yang selalu ia bawa untuk situasi darurat. Dia berdiri dengan hati-hati, lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dengan gerakan cepat, dia melemparkan pasir itu ke udara.

Saat pasir melayang turun, sesuatu yang mencengangkan terjadi.

Benang-benang yang sebelumnya tak kasat mata tiba-tiba tampak jelas. Puluhan, bahkan ratusan kawat halus bersilangan di seluruh ruangan, menciptakan jaringan jebakan yang begitu rumit. Beberapa dari benang itu tampak terhubung dengan mekanisme panah seperti yang hampir mengenainya tadi, sementara yang lain tersambung dengan apa yang tampak seperti bola berduri yang tergantung di langit-langit.

Ren menelan ludah. “Kalau aku asal maju, bisa-bisa aku berakhir seperti boneka latihan yang hancur berantakan…”

Dia tidak bisa maju begitu saja. Jika ada satu hal yang dia pelajari dalam bertahan hidup, itu adalah bahwa kesabaran lebih baik daripada terburu-buru dalam situasi seperti ini.

Dia memperhatikan dengan saksama pola benang itu. Dari cara pasir jatuh dan menempel di beberapa titik, dia bisa memperkirakan mana saja jebakan yang paling berbahaya. Setelah beberapa detik berpikir, sebuah ide terlintas dalam benaknya.

Kalau dia mencoba menghindari benang-benang itu satu per satu, butuh waktu yang lama dan risiko tersentuh tetap ada. Jadi, kenapa tidak menyalakan semua jebakan sekaligus agar tidak perlu khawatir lagi?

Senyum tipis muncul di wajah Ren. “Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat.”

Dia merogoh kantong pasirnya lagi, kali ini mengambil lebih banyak. Dengan satu lemparan besar, dia menaburkan pasir ke seluruh ruangan. Saat butiran halus itu menyentuh udara, benang-benang itu mulai bergetar.

Klak! Klak! Klak!

Suara mekanisme perangkap mulai aktif. Panah-panah tersembunyi mencuat dari dinding, melesat ke segala arah, mengenai satu sama lain hingga saling membatalkan efeknya. Lonceng kecil berbunyi dari sudut ruangan, memicu bola-bola berduri yang langsung jatuh menghantam lantai dengan suara dentuman keras. Beberapa jebakan pegas yang tersembunyi di bawah lantai meledak begitu saja, membuat papan kayu terangkat dan berantakan.

Ren tetap di tempatnya, berdiri diam sambil menyaksikan kekacauan yang diciptakannya.

Begitu semua suara berhenti dan debu mulai mereda, Ren tersenyum puas. Seluruh jebakan di ruangan ini telah habis digunakan.

Ia melangkah maju dengan percaya diri, tak perlu lagi khawatir ada panah lain yang akan melesat ke arahnya.

"Sekarang," katanya pelan, "waktunya mencari gulungan itu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!