Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tiga dua.
Hari berikutnya ...
Garren dan Septy sedang berada didalam kamar di mansion keluarga Zachariah. Tadi sepulang kerja mereka mampir kemari.
Dan Lita meminta mereka untuk menginap. Karena mereka sudah lama tidak menginap di mansion.
Padahal baru seminggu yang lalu mereka menginap, namun bagi Lita terasa lama. Dan Lita tidak sempat berkunjung, karena sibuk.
Lita diam-diam berbincang dengan sang mommy tentang resepsi pernikahan Garren dan Septy.
Mendengar pesta pernikahan, Diva langsung menyetujuinya. Dan sepakat mengurusnya secara diam-diam.
Septy yang baru selesai mandi pun mengajak suaminya untuk sholat. Karena Septy sudah sembuh total dari lukanya.
"Sebentar ya sayang, aku wudhu dulu," ucap Garren. Septy mengangguk dan duduk di sajadah sambil menunggu suaminya.
Setelah beberapa saat, Garren pun sudah siap. Garren baru tahu jika istrinya sudah sembuh.
Karena di hari-hari sebelumnya, Septy tidak mengajaknya sholat bersama. Baru kali ini Septy mengajak lagi.
Setelah selesai sholat, keduanya keluar dari kamar untuk makan malam. Lita tersenyum melihat anak dan menantunya bergandengan tangan.
"Sini sayang, kita makan dulu." Lita melambaikan tangannya ke Septy agar duduk disampingnya.
"Septy dekat aku saja, Ma," cegah Garren.
"Sudahlah sayang, biarkan saja mereka." Carel menimpali.
"Sayang, apa sudah ada isinya?" tanya Marissa.
"Oma, gak mungkin lah secepat itu," jawab Garren.
Kemudian mereka melayani suaminya masing-masing. Dan tidak ada lagi percakapan diantara mereka hingga selesai makan barulah mereka kembali berbicara.
"Dari tadi aku tidak melihat kak Gavesha?" tanya Septy.
"Mungkin dia ada urusan, dia itu tidak tentu pulangnya, kadang awal kadang lambat. Bahkan hingga jam 10 malam baru pulang pas kalau sibuk," jawab Lita.
Septy pun manggut-manggut mendengar penjelasan dari mertuanya. Ya Gavesha jika sudah bekerja kadang lupa waktu. Tapi untuk yang lima waktu, ia selalu menyempatkan nya.
Saat mereka sedang ngobrol di ruang tamu, terdengar salam dari luar pintu. Merekapun menjawab serentak salam tersebut.
"Baru pulang?" tanya Lita.
"Iya Ma, banyak kerjaan hari ini," jawab Gavesha.
"Eh Septy, nginap disini ya? Kebetulan sudah lama tidak menginap." Gavesha.
"Iya kak, tadi sepulang dari perusahaan langsung kemari."
"Nah gitu dong, jangan selalu nempel pada kulkas."
Septy tersenyum kemudian menoleh ke suaminya. Kakak nya saja bilang kulkas, apalagi orang lain?
"Tapi sepertinya kulkasnya rusak deh, tidak lagi dingin." Lita menimpali.
Garren yang dibicarakan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya diam saja, kemudian ia mengajak Septy untuk beristirahat di kamar.
"Istirahatlah Nak, mungkin suamimu lagi kebelet," goda Lita.
Septy tersipu, meskipun ia polos, tapi ia mengerti kata kiasan dari mertuanya itu. Septy dengan sopannya pamit kepada mereka.
"Alhamdulillah mereka sudah akur ya, Ma," kata Gavesha.
"Kamu kapan sayang?" tanya Marissa.
"Belum ada yang melamar, Oma. Pengennya tidak usah pacaran, jika sudah merasa cocok langsung nikah saja. Dan yang penting tidak ingin dijodoh-jodohkan."
Lita hanya tersenyum mendengar jawaban putrinya. Karena sudah tidak sabar ingin memiliki menantu plus cucu, Lita sampai memaksa putranya menikah.
Tapi untuk putrinya, Lita tidak ingin menjodohkan nya dengan siapapun. Lita takut orang yang dijodohkan nanti tidak baik.
Namun Septy. Lita yakin putranya tidak akan memperlakukan istrinya tidak baik. Itulah mengapa Lita sedikit memaksa untuk menikahkan putranya dengan Septy.
Karena Septy gadis baik-baik, meskipun kehidupan Septy kurang baik. Dan Lita yakin dengan penilaian Carlos terhadap seseorang.
Sementara didalam kamar, Garren dan Septy sedang berbaring diatas tempat tidur. Garren memeluk Septy dari belakang.
"Mas, aku sudah siap," ucap Septy tiba-tiba.
Ia tahu jika suaminya sudah lama menahan diri. Namun sayangnya Septy tidak bisa melayaninya.
Garren yang mendengar hal itu langsung bangkit, ia tidak percaya jika Septy akan berkata seperti itu.
"Kamu yakin sayang?" tanya Garren memastikan. Septy mengangguk perlahan sebagai jawaban.
"Tapi sholat dulu ya Mas, semoga anak kita nanti dikaruniai akhlak yang baik."
Garren pun mengangguk. Kemudian mereka sholat sunnah. Baru setelah itu mereka akan melakukan ritual malam pertama yang sempat tertunda beberapa waktu lalu.
Septy pasrah saat Garren membuka pakaiannya. Garren dengan lembut mencium setiap inci tubuh Septy.
Septy yang baru pertama merasakan debaran jantungnya berdegup lebih cepat. "Perlahan ya Mas," pinta Septy.
Garren hanya mengangguk sebagai jawaban. Garren kemudian melancarkan aksinya dan memperlakukan Septy dengan lembut.
"Apa Mas sudah pernah ...?"
"Ini adalah yang pertama untukku," jawab Garren memotong pertanyaan Septy. Septy kembali terdiam.
Setelah lebih 30 menit, Garren pun menyudahinya. Dan kemudian berbaring disamping Septy.
Nafas keduanya tidak teratur alias ngos-ngosan seperti orang yang habis lari maraton.
"Terima kasih sayang," ucap Garren, kemudian mengecup kening Septy dengan lembut. Lalu berpindah ke bibirnya.
"Ini memang kewajiban ku Mas," ujar Septy.
Garren mengangkat tubuh Septy dan membawanya ke kamar mandi. Mereka akan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tidur.
"Aku bisa sendiri, Mas," ucap Septy saat Garren hendak membersihkan areanya.
Garren tersenyum lembut. "Biar aku saja," ujarnya.
Septy menggeleng cepat, ia malu meskipun mereka sudah melakukannya. Akhirnya Garren pun tidak memaksa dan segera mandi.
"Nanti boleh lagi ya?" bisik Garren. Septy hanya terdiam dan mengangguk.
Setelah selesai mandi, merekapun hanya menggunakan bathrobe dan langsung berbaring setelah Septy mengeringkan rambutnya.
"Tidurlah, nanti aku bangunin dengan caraku sendiri," bisik Garren. Septy pun memejamkan matanya perlahan.
Pagi menjelang, tubuh Septy terasa pegal-pegal dibagian tertentu. Entah berapa kali Garren mengulang kejadian semalam.
Hingga hari ini mereka tidak masuk ke perusahaan. Garren mengirimkan pesan singkat kepada Tomi, jika dia dan Septy tidak masuk.
Tomi sebagai asisten hanya mengiyakan saja. Jika menentang maka bonus akan hilang. Siapa yang rugi?
Hingga jam 8 pagi, Septy dan Garren belum ada tanda-tanda keluar kamar. Hingga Lita meminta pelayan untuk mengantar sarapan ke kamar putranya.
"Tidak perlu Ma," ucap Garren yang ternyata sudah keluar. Namun Lita tidak melihat Septy bersamanya.
"Septy kurang enak badan, aku akan membuatkan minuman untuknya. Dan sekalian sarapannya," ucap Garren seolah mengerti tatapan sang mama.
"Baiklah, mama mau ke mansion Oma mu, kami semua akan kesana," kata Lita.
Garren mengangguk saja. Ia tidak tahu jika mamanya akan membuat kejutan untuk mereka. Dengan menyiapkan pesta pernikahan mereka.
Lita, Carel, Marissa dan Vasco pun berangkat dengan dua mobil. Garren tidak peduli, ia berpikir mungkin orang tuanya hanya ingin berkunjung.
"Eh, tapi ini bukan hari libur," gumam Garren. Kemudian ia menggeleng cepat.
Garren kembali ke kamarnya dan mendapati Septy baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya.
Entah sudah berapa kali Septy keramas karena ulah Garren. Tadi sebelum sholat subuh pun Septy keramas.
berjuta indah ny.. 😀😀😀