NovelToon NovelToon
I'M Sorry, I Love You

I'M Sorry, I Love You

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Teen School/College / Masalah Pertumbuhan / Romansa / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mae_jer

Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius

Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.

Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.

Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

"Jawab aku." tekan Ginran. Sorot matanya tajam dan menuntut.

Kaiya tahu bahwa suatu hari nanti ia akan berhadapan dengan situasi yang tidak ia inginkan ini. Bertemu kembali dengan orang-orang di masa lalunya sungguh membuatnya merasa tersiksa. Karena ... Karena ...

"Malam itu ..."

Ginran kembali bicara. Sungguh ia benci mengingat kejadian di malam waktu sekolah mengadakan camping dulu. Namun ia ingin mendengar jawaban dari mulut gadis itu sendiri. Wanita yang sebenarnya masih ia cintai.

Ginran sangat benci mengungkit masalah itu lagi, tapi ia sungguh ingin tahu.

"Di tenda kau dan sih brengsek itu, kalian ... kalian melakukannya?" dalam hati Ginran sangat mengharapkan jawaban tidak yang keluar dari mulut Kaiya. Tapi kalau pun benar ... Setidaknya Kaiya harus memohon ampun padanya, karena dengan begitu ia bisa memaafkan dan mereka bisa memulai lagi dari awal, karena ia amat mencintai gadis ini.

Kaiya mencoba menundukkan kepala tapi tangan kekar Ginran terangkat dengan cepat menyentuh dagunya, memaksanya untuk menatap pria itu.

"Tatap aku, kalian melakukannya?" tekan Ginran lagi. Kaiya terpaksa menatap pria itu dengan berani agar jawabannya nanti dapat di percaya.

"Mm." jawabnya enteng. Tak butuh lama bagi dirinya buat menjawab.

Seketika itulah pertahanan Ginran mendadak runtuh. Ia memejamkan matanya dan berusaha mengatur nafas. Tidak mungkin, tidak mungkin ini terjadi. Kaiya dan pria itu... ia menatap Kaiya lekat-lekat. Gadis polos yang mati-matian ia jaga dulu, gadis itu ...

Ginran menggertakan gigi. Rahangnya mengeras, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Suasana hatinya jauh berubah dan aura gelap dalam dirinya keluar. Hatinya serasa di tusuk-tusuk ribuan jarum. Ia meninju tembok berkali-kali sampai buku-buku tangannya berdarah, melampiaskan kemarahan dan rasa frustasinya yang amat besar.

Kaiya yang masih berada dalam kungkungannya mencoba menghentikan tapi tangannya langsung di hempas kasar oleh Ginran hingga dirinya tersungkur ke lantai.

Kaiya menahan diri untuk tidak menangis. Ia melihat jelas ekspresi terluka Ginran saat menatap lelaki itu.

"Kenapa kau menghilang waktu itu? tanpa penjelasan." tanya Ginran lagi. Sorot matanya dingin.

Kaiya menyembunyikan tangannya yang mulai gemetar saat mendengar pertanyaan Ginran. Ia paling benci pertanyaan tentang masa lalu. Namun disisi lain, ia tidak bisa menyalahkan pria itu. Ginran tidak bersalah. Ia tidak tahu apa-apa.

Kaiya meremas bajunya kuat-kuat, mencoba menenangkan diri dan berusaha supaya terlihat biasa saja di depan lelaki itu.

"Aku hanya ingin cari suasana baru." jawabnya enteng.

Ginran terdiam sebentar, lalu tertawa keras sesudahnya. Cari suasana baru? Huh!

Tawa keras Ginran terdengar menyeramkan, membuat Kaiya tertegun menatapnya. Sungguh, ia sudah tidak melihat Ginran yang dulu yang selalu tersenyum, menggodanya dan bersikap lembut padanya.

Pandangannya berpindah ke depan pintu ruangan itu dan mendapati dua sosok lainnya yang ia kenal sudah berdiri di ambang pintu itu. Entah sejak kapan mereka berdiri di sana.

Jiro ... Naomi ...

Lirih Kaiya dalam hati. Mereka berjalan masuk dengan langkah pelan. Kaiya masih setia di lantai tanpa ada niat berdiri. Ia sengaja menundukkan wajahnya karena tak mampu menatap mereka.

"Jadi selama ini kamu anggap persahabatan kita nggak ada artinya?"

Jiro mengangkat suara menatapnya. Ia dan Naomi ikut mendengar jawaban Kaiya tadi ketika Ginran bertanya. Terus terang mereka terluka.

Ginran yang sudah tidak tahan lagi mengusap wajahnya kasar lalu memilih keluar. Ia tidak mau melihat gadis itu sekarang. Ia pikir Kaiya akan meminta maaf dan memohon ampun padanya, tapi kenyataannya tidak.

Naomi dan Jiro tidak menahannya. Mereka tahu Ginran butuh waktu menenangkan diri. Di antara mereka semua pria itulah yang paling terluka. Waktu tiga tahun yang ia habiskan menunggu dan mencari gadis itu rasanya seperti terbuang percuma. Tak ada hasil yang pria itu inginkan. Yang ada hanyalah, mereka melihat Kaiya yang berubah drastis dari Kaiya yang dulu.

Jiro kembali menatap ke bawah pada Kaiya yang terus menunduk. Jelas saja mereka tidak tahu kalau Kaiya sebenarnya sedang berusaha keras menahan tangis.

"Lo berubah." gumam Jiro pelan. Wajahnya terlihat sangat kecewa.

"Lo sama aja dengan wanita lain yang egois dan murahan." tambahnya sengaja melukai gadis itu.

Kaiya menggigit bibirnya. Ia memang pantas mendapat makian itu. Ia sendirikan yang membuat mereka memandangnya begitu.

Jiro masih ingin menambahkan namun Naomi menahannya. Mereka semua sudah dewasa. Naomi ingin mereka tidak saling melukai seperti ini. Tidak mau mereka saling menyakiti. Apalagi Kaiya pernah menjadi seseorang yang amat penting dalam hidup mereka. Dulu, mereka semua sangat menyayanginya. Bagi mereka, Kaiya adalah gadis yang sangat menarik dengan segala kepolosan dan kekurangannya. Naomi menatap Kaiya yang terus menunduk.

"Kamu baik-baik saja kan beberapa tahun ini?" tanyanya lembut.

Tak ada jawaban. Kaiya tak bersuara sedikitpun, hanya menunduk dengan wajah ditutupi rambut. Emosi Jiro bangkit begitu melihat sikap cuek gadis itu dan langsung menendang meja saking kesalnya. Kaiya sampai-sampai tersentak kaget.

Braaakkkk!!!

"Cepet ngomong brengsek, memangnya Lo nggak punya mulut, huh?!" teriak lelaki itu marah.

"Jiro stop!" sergah Naomi memberi peringatan. Jiro mendengus keras.

"Kita pergi saja dari sini." kata Naomi lagi. Matanya melirik Kaiya sebentar,

"Kamu cepat balik ke lapangan." katanya lalu berbalik keluar dengan menarik lengan Jiro yang masih enggan pergi dari situ.

Setelah kepergian mereka, air mata Kaiya langsung menetes dari pipinya. Rasa bersalah, sedih dan tidak berdaya bercampur dalam pikirannya. Ia menangis dalam diam sambil memeluk lututnya.

Kaiya juga sangat merindukan mereka. Sayangnya semuanya sudah berubah. Ia ingin menjelaskan yang sebenarnya tapi bibirnya kelu. Ia hanya bisa terdiam didepan mereka. Ia terlalu takut untuk memberi penjelasan dan menceritakan yang sebenarnya.

Sekarang ini ia harus menanggung semua kesalahan yang sudah ia lakukan. Seseorang sepertinya tidak pantas mendapatkan teman sebaik mereka, seperti yang kakaknya bilang, ia tidak berhak bahagia. Tidak berhak menerima kasih sayang orang lain, itu hukumannya.

                                  ***

Jam menunjukkan sudah pukul tujuh malam, kegiatan orientasi telah berakhir, semuanya sudah boleh pulang. Meski begitu, banyak yang masih betah berlama-lama dikampus besar itu hanya karena ingin berfoto-foto ria dengan senior-senior yang mereka sukai, termasuk Lory dan Kaiya.

Sebenarnya Kaiya tidak mau berfoto-foto. Ia ingin pulang saja, apalagi gadis itu sudah tidak mood semenjak pertemuannya dengan para teman lamanya tadi.

Namun Lory terlalu aktif menariknya sana-sini sampai-sampai dirinya harus ikut-ikutan berfoto dengan senior atau siapapun itu yang tidak dia kenal. Kaiya ingin cepat pulang sekarang, bukan memasang topeng bahagia di depan orang-orang ini

"Kak Jiro!"

Jiro dan Naomi sama-sama menoleh ke arah panggilan itu, di sebelah mereka berdiri Ginran yang tampak berpikir dengan kedua tangannya terlipat di dada. Ekspresinya tentu saja dingin seperti biasa.

Jiro mengangkat wajah menatap lurus ke orang yang memanggilnya. Keningnya berkerut.

Ia melihat ada Kaiya di sana, di sebelah gadis yang memanggilnya.

Kaiya merutuk dalam hati, kenapa Lory malah memanggil Jiro sih? Dia jadi merasa serba salah sekarang dan canggung tentunya.

Kaiya menggaruk tengkuknya salah tingkah, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Lory sudah buru-buru menarik tangannya.

1
Hurul Fatmi
Luar biasa
anisa f
nah yg namanya teman itu kek gini
Nurfath Handaya
ceritanya seru banget
anisa f
namanya teman, harusnya semua kyk darrel
kl kyk ginran naomi apalagi jiro, mereka kyk bukan teman, tp org lain yg hanya melihat "luar"nya saja
anisa f
1. saksi
2. teman d LN
Adila Ahmad
bgus
SmaiLlingMiQ
Luar biasa
Fajar Fitri
minta laki² seperti ginran ..pengen 😭😂
Tiffany_Afnan
tolong.. kalian menodai otakku ! pikiranku jadi awut²an
Tiffany_Afnan
yaa Allah Tuhan... Manusia Jahhatt !! 😞😞
Tiffany_Afnan
iih iya iihh.. aq aja yg cm baca juga malu bgt 🤭🤭 pdhl gk kenal kan.. pencemaran otak emang 🤣🤣🤣
Tiffany_Afnan
nyangkil? kesandung kah..
Tiffany_Afnan
darel paling gacor kek nya.. good.. bukan yg sumbu pendek.
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y kk
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y
Lilianti Mokodongan
penasaran dengan masalah yaya
Lilianti Mokodongan
ginran akan tahu semuanya PD akhirnya
Nur baeti
Luar biasa
Lilianti Mokodongan
hmhm ada yg cemburu niii
Lilianti Mokodongan
Ingat kakaknya yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!