Niat ingin mencari ibunya yang sudah pergi meninggalkannya sejak kecil, justru membuat Yona harus terjebak ke dalam kehidupan seorang mafia yang sangat misterius. Yang akhirnya membuat keduanya jatuh cinta. Namun hubungan mereka penuh liku dan berpengaruh besar pada proses pencarian ibu Yona.
Akankah cinta mereka berdua tetap bertahan setelah ibu Yona ditemukan? Atau harus berakhir demi Yona bisa berkumpul lagi dengan Sang Ibu?
Simak terus kelanjutan kisahnya.. jangan lupa follow akun ig author @dee_k9191
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Penyesalan
“Terima kasih banyak, Kak. Aku akan membicarakan keberangkatanku ke sana dengan ayah. Bulan depan aku sudah selesai wisuda,” ucap Yona dengan raut wajah yang sangat bahagia.
“Tapi, apa akan mudah nanti untuk kita berdua bertemu dan pergi mencari pria itu? aku khawatir,-“
“Jangan berpikir yang macam-macam dulu! kamu harus optimis!” sahut Finn saat melihat keraguan di wajah Yona.
Yona pun mengangguk samar. Benar yang dikatakan Finn. Lebih baik ia tidak memikirkan yang macam-macam dulu.
Cukup lema mereka berdua berada di café. Yona sangat menikmati pemandangan di café itu, juga ketenangan yang ia dapatkan. Finn membiarkan Yona menikmati pemandangan alam di sekitar café. Sementara dirinya sedang berbalas pesan dengan anak buahnya tentang pekerjaan.
Tiba-tiba saja ponsel Finn berdering. Ada panggilan dari nomor tak dikenal. Setelah itu ia abaikan. Namun nomor itu melakukan panggilan lagi. Finn sangat malas jika harus mendengarkan suara amukan kakeknya, atau orang suruhan kakeknya.
“Kenapa tidak diangkat, Kak?” tanya Yona yang rupanya sedikit terganggu dengan deringan ponsel Finn.
“Tidak penting,” jawab Finn singkat. Kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku, dan ikut berdiri di samping Yona.
Ponsel Finn berdering lagi. Finn semakin terganggu. Ia mengambil ponselnya, hendak menon-aktifkannya, namun dicegah oleh Yona.
“Kalau tidak penting, tidak mungkin orang itu berulang kali menghubungi Kak Finn. Angkat saja, Kak!” ucap Yona.
Finn mengesah pelan, kemudian menerima panggilan itu. ia berbicara tepat di samping Yona. Yona yang sebenarnya tidak ingin menguping pembicaraan Finn dengan orang itu, tapi cukup jelas di indra pendengarannya.
“Ajak kekasihmu pulang, Finn! Uhuk uhuk…” terdengar suara orang tua bicara. Kemudian disusul suara batuk.
Finn memutar matanya jengah. Sangat malas dan muak dengan obrolan laki-laki bau tanah itu. hanya saja tadi Yona memaksa untuk menerima panggilan itu. jadi terpaksa meladeninya.
“Apa hanya itu yang kakek bicarakan? Aku sangat sibuk,” sahut Finn menahan kesal.
“Aku ingin bertemu dengan kamu, Finn. Ada hal penting yang ingin kakek bicarakan,”
“Tidak ada bagiku. Karena kakek selalu memaksaku untuk pulang. aku akan pulang saat pemakam,-hmmmp”
Yona langsung membekap mulut Finn yang hendak bicara tidak pantas. Matanya membulat melihat Yona yang seolah dengan memarahinya.
Finn mengangguk memberi kode, setelah itu Yona melepas bekapan tangannya. kembali terdengar suara batuk-batuk kakek Lionel.
“Aku tunggu kepulanganmu, Finn!” ujar kakek tua itu dengan suara lemah. Kemudian panggilan berakhir.
Finn tampak diam memandangi ponselnya. Biasanya ia yang lebih dulu memutus sambungan teleponnya, namun kali ini si kakek yang lebih dulu mengakhiri panggilannya.
“Kak Finn sebaiknya pulang. bagaimana pun juga kakek sudah seperti orang tua Kakak,” ucap Yona mencoba menasehati Finn.
“Iya aku akan pulang. tapi entah kapan,” jawab Finn enteng. Setelah itu Finn duduk kembali meminum minumannya.
Finn dan Yona baru pulang sore harinya. Di jalan sempat hujan deras. Membuat Finn tidak bisa melajukan mobilnya dengan cepat. Sesampainya di rumah Yona, ternyata Jarvis sudah pulang dari kantor. tadi Finn hanya mengantar sampai depan, karena pria itu juga terburu-buru.
Yona masuk ke dalam rumah. Jarvis yang masih mengenakan kemeja tampak duduk di sofa ruang tengah. Tatapan pria itu sangat tajam pada putrinya.
“Ayah sudah pulang?” tanya Yona basa-basi. Mendadak nyalinya ciut melihat tatapan sang ayah.
“Duduk!” ujar Jarvis mengabaikan pertanyaan Yona.
Yona pun menurut. Ia menundukkan kepalanya karena melihat aura kemarahan dari ayahnya yang jarang atau hampir tidak pernah ia lihat sebelumnya.
“Ayah tidak melarang kamu berteman dengan siapapun. Karena kamu sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan buruk. Ayah hanya mengingatkan, jangan pernah menyesal saat memilih teman. Yang kelihatannya baik, belum tentu baik sepenuhnya. Begitu juga sebaliknya,” ujar Jarvis.
Yona semakin menundukkan kepalanya. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh ayahnya. Siapa lagi kalau bukan Finn. Yona tidak berani menyela ucapan ayahnya. Meskipun selama ia kenal dan berteman dengan Finn, pria itu sangat baik dan selalu melindunginya. Namun Yona tidak ingin memberitahu mengenai hal itu pada ayahnya.
“Sejak awal bertemu, Ayah tidak setuju kamu berteman dengan dia. Ayah harap kamu memikirkan apa yang Ayah katakan baru saja. sebelum nanti kamu sangat menyesal, Yona. Cukup Ayah saja yang pernah merasakan penyesalan yang amat sangat menyakitkan,” lanjut Jarvis.
Yona memberanikan diri menatap wajah ayahnya. Ia tidak mengerti makna kalimat terakhir yang keluar dari mulut ayahnya. Namun Yona seakan bisa merasakan kesedihan dan penyesalan yang selama ini ayahnya simpan. Tapi tentang apa? apa tentang ibunya?
Setelah mengatakan itu, Jarvis beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan Yona yang masih diam di ruang tengah.
Jarvis masuk ke dalam kamarnya. Pria itu membuka beberapa kancing kemejanya, lalu menggulung lengan bajunya sampai lengan. Tangannya terulur membuka lemari, yang di dalamnya ada laci kecil yang terkunci. Di dalamnya ada sebuah foto seorang wanita cantik dengan wajah mirip sekali dengan Yona.
“Kamulah penyesalan terbesar dalam hidupku, Danita. Cukup aku saja yang merasakan penyesalan itu. menyesal karena pernah mencintaimu. Aku tidak ingin Yona merasakan hal yang sama seperti ayahnya,” ucap Jarvis sambil memandangi foto mantan istrinya.
Cinta bertepuk sebelah tangan itu ternyata sangat menyakitkan. Masih jelas dalam ingatan Jarvis kala ia menjalani hidup rumah tangga ibu Yona. Wanita yang berparas cantik dan lemah lembut itu ternyata tidak pernah mencintainya. Meskipun dari pernikahan mereka bisa melahirkan Yona, nyatanya Danita tidak bisa membuka hatinya untuk Jarvis. Hingga suatu ketika, Danita mengatakan dengan jujur kalau wanita itu mencintai pria lain. Sungguh dunia Jarvis saat itu benar-benar hancur. Dengan terpaksa ia melepas Danita. Dengan satu syarat, yaitu Yona akan tinggal bersamanya. Dan Danita akhirnya lebih memilih kekasihnya.
“Hanya kamu dunia ayah, Yona. Jangan sampai kamu merasakan sakit seperti yang Ayah rasakan,” gumam Jarvis sambil menahan sesak di dadanya. Terlebih lelaki yang dekat dengan Yona sepertinya bukan lelaki baik-baik. entahlah, mungkin itu hanya perasaan Jarvis saja.
.
.
.
*Happy Reading!!
next kak💪 semangat