Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7.Di usir
Amira hendak memarahi Senja karena membuat Mama Ratih menangis, namun Amira harus meredamkan kemarahannya karena Mama Ratih sudah menyahut.
"Duit Mama di kamar hilang satu juta, apa di antara kalian ada yang mengambil?" tanya Mama Ratih pada kedua Putrinya masih dengan air mata yang membasahi pipinya.
Mama Ratih menatap kedua Putrinya satu persatu dengan selidik. Mama Ratih memang tidak curiga pada kedua Anaknya itu, karena selama ini kedua Putrinya itu tidak pernah mencuri.
"Memangnya Mama taruh di mana itu duit?" tanya Senja karena dia benar-benar tidak tau soal uang Mamanya.
"Mama simpan di dalam dompet, dan Mama taruh di dalam lemari, tapi tadi saat Mama mau ambil, duitnya sudah tidak ada." Jelas Mama Ratih pada Senja.
Amira yang berambisi agar Senja di usir dia langsung memanasi Mama Ratih agar Mamanya itu marah pada Senja.
"Alah, kamu tidak usah bersandiwara, sebaiknya kamu ngaku aja, kamu 'kan yang mengambil uang Mama, kamu pasti di suruh oleh suami kamu 'kan?" Amira sengaja menekan Senja agar Mamanya marah pada adiknya itu.
Senja yang mendapat tuduhan seperti itu melongo tidak percaya dengan tuduhan Mbaknya ini.
"Apa maksud Mbak, apa Mbak menuduh aku yang mengambil uang Mama?" Senja tidak habis pikir kok bisa-bisanya Mbaknya itu menuduh dirinya.
"Lebih baik kamu ngaku aja, dan cepat kamu kembalikan uang Mama sebelum aku kasih tau Kak Arsen. Ancam Mira meraih ponselnya dan ingin menelpon Arsen.
Senja tentu saja tidak mau mengakui, karena dia benar-benar tidak mengambil uang Mamanya.
"Tapi aku beneran tidak mengambilnya, jangankan mengambil, malah kalau aku gajian selalu aku kasih untuk Mama sedikit, Mama percayakan sama aku, aku benar-benar tidak mengambil uang Mama." Senja tidak akan pernah mau mengakui apa yang tidak dia lakukan.
Mama Ratih tidak menjawab, dia hanya diam, sebenarnya dia tidak mau membuat kedua Putrinya saling menuduh, namun uang itu sangat penting baginya, apa lagi hanya itu uang yang dia miliki sekarang.
Amira langsung menekan nomor Arsen, dia ingin memberitahu Arsen biar Senja di adili karena dia punya bukti kalau Senja yang masuk ke kamar Mamanya tadi.
"Ada apa Mira?" tanya Arsen setelah telpon tersambung.
"Kak, mending Kakak ke rumah , Mama menangis dan berteriak-teriak tidak tau kenapa," ujar Amir dengan nada di buat khawatir.
Arsen yang mendengar Amira seperti sangat khawatir, dia langsung mematikan sambungan telponnya tanpa berkata apa- apa lagi. Arsen yang mengira terjadi sesuatu pada Mamanya dia langsung melajukan mobil ke rumah Mamanya. kebetulan saat Amira menelpon dirinya, Arsen sudah berada di dalam mobil hendak pulang menjemput Desi istrinya.
"Nanti kamu tidak bisa mengelak lagi, aku punya buktinya, tapi kita tunggu Kak Arsen datang dulu." Amira akan menunjukkan rekaman itu saat Arsen sudah ada di rumah ini.
Tidak butuh waktu lama, Arsen sudah sampai di rumah, Arsen turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri Papanya yang juga baru pulang dari sekolah tempat dia mengajar.
"Pa." Sapa Arsen, dia langsung menyalami Papanya. Kemudian berjalan berdampingan hingga tiba di depan pintu. Pak Handoko terperanjat kaget karena mendengar suara seperti orang yang lagi berantem di dalam rumah.
Pak Handoko menoleh pada Arsen seperti melempar pertanyaan. Arsen yang paham tatapan Papanya, dia mengangkat bahunya tidak tau.
Kemudian kedua lelaki beda usia itu buru-buru masuk kedalam rumah. Tiba di dalam Keduanya melihat Mama Ratih sedang menangis, sedangkan Amira sedang mengintrogasi Senja.
"Ma, apa yang terjadi, kenapa Mama menangis?" tanya Arsen pada Mamanya sembari menatap Amira dan Senja secara bergantian. Mama Ratih hendak menjawab, namun Amira lebih cepat buka suara.
"Mama menangis karena kehilangan uang, dan aku yakin Senja lah yang mengambilnya." Adu Amira pada Arsen.
Arsen menatap Senja dengan tajam, wajah Arsen memerah, dia sepertinya sangat marah pada Senja.
Senja segera menggeleng kepala, seakan memberitahu kalau itu semua tidak benar.
"Itu tidak benar, aku tidak mengambil uang Mama, walaupun aku tidak ada uang, aku tidak akan mungkin mengambil uang Mama." Senja tetap membela dirinya. Senja tidak terima kalau dia di tuduh mencuri uang Mamanya sendiri.
"Sudah-sudah, tidak usah di perdebatkan lagi," cegah Pak Handoko, dia tidak mau Anak-anak nya bertengkar dan saling menyalahkan. Jujur Pak Handoko sendiri tidak yakin kalau Senja mengambil uang Mamanya.
"Tidak bisa Pa. Ini tidak bisa di biarkan. Yang salah tetap lah salah." Sanggah Arsen tidak mau nanti salah satu adiknya mengambil milik orang lain.
"Kamu Mira, dari mana kamu tau kalau Senja yang mengambil uang Mama, kamu jangan asal menuduh kalau tidak ada buktinya." Arsen ingin tau kenapa Amira menuduh Senja.
Amira langsung menyodorkan ponselnya kepada Arsen dan memperlihatkan video Senja yang memasuki kamar Mamanya.
Melihat video itu, Sekarang Arsen jadi yakin kalau Senja lah yang mengambil uang Mamanya, rekaman video itu sudah sangat jelas kalau Senja yang mengambil uang Mamanya.
"Kenapa kamu tega mengambil uang Mama, Kakak tidak percaya kamu tega melakukan itu." Arsen sangat kecewa dan marah pada adik bungsunya itu.
Senja menghela nafas, jujur dia juga sangat kecewa dan sedih, dia tidak percaya kalau Kakak nya itu percaya pada video itu.
"Sekarang kamu masih tidak mau mengaku juga, Apa video itu tidak cukup untuk membuktikannya?" tanya Amira yang sudah mulai senang karena Arsen percaya padanya.
"Tapi Kak," Senja tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi karena Amira sudah menyahut.
"Usir aja Kak, aku malu punya adik seorang pencuri, bagai mana kalau tetangga tau, uang Mama saja dia curi apa lagi uang orang lain, aku juga tidak mau nanti kehilangan uang seperti Mama. Uang ku banyak, itu hasil kerja mas Firman, kami simpan untuk membeli mobil. Jadi aku tidak mau itu sampai terjadi.kalau dia masih tinggal di rumah ini." Amira betul-betul ingin Senja di usir.
Senja yang sudah tak tahan lagi dengan tuduhan dan hinaan akhirnya air matanya luruh juga, dia menangis, sedih tentu saja dia rasakan saat ini.
Sedangkan Arsen berfikir sesaat, dia membenarkan apa yang Amira katakan.
"Benar kata Amira lebih baik kamu dan suami mu pergi dari sini. Aku tidak mau menanggung malu nanti karena ulah mu." walau sebenarnya Arsen tidak tega mengusir adiknya, tapi dia juga tidak mau nanti malu sama tetangga.
Amira menyunggingkan senyum kemenangan, hatinya sangat senang dan bahagia, seperti baru saja memenangkan lotre, Amira sudah tidak sabar menunggu suaminya untuk mengatakan kalau Senja di usir.
Bersambung.