NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!
Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.
Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.
Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.
Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menagih janji
"Ah, lelah sekali rasanya" Elena mendorong kopernya dengan asal ketika dirinya sudah tiba di kamar Adrian.
Perjalanan yang memakan waktu tiga jam di pesawat membuatnya cukup lelah apalagi sejak pagi tadi dia belum istirahat sama sekali.
Tenggorokan Elena yang kering sudah mendambakan setitik air yang bisa membasahinya. Elena berbalik untuk mengambil segelas air dingin yang terlihat sangat menyegarkan dalam bayangannya.
Cklek..
Cklek..
Elena melotot menatap pria yang sejak tadi berada di belakangnya. Dia bahkan sampai lupa jika pemilik kamar itu juga masuk ke dalam sana bersama dengannya.
"A-apa yang kau lakukan Adrian?? Aku ingin keluar, kenapa kau malah menguncinya??"
Adrian tersenyum sinis melihat Elena yang marah karena ulahnya itu. Adrian sudah tidak peduli dengan Elena yang berlagak melupakan janjinya.
Pria tampan itu menyeringai tajam ke arah Elena. Melemparkan jas yang membalut tubuh atletisnya ke sembarang arah. Menyisakan kemeja slimfit yang begitu menonjolkan otot lengan dadadanya itu.
"Jangan pura-pura lupa Elena. Aku menagih janjimu" Adrian semakin mendekat ke arah Elena. Sementara yang di lakukan Elena adalah sebaliknya. Dia berjalan mundur dengan pelan karena gugup melihat tatapan Adrian kepadanya.
"Janji apa maksud mu??"
"Apa perlu aku ingatkan??" Adrian semakin menggila, ia melepas satu per satu kancing kemejanya di hadapan Elena.
Elena menelan ludahnya dengan kasar. Kini otaknya menangkap apa maksud Adrian meski sedikit terlambat menyadarinya. Di saat itu juga, Elena menghentikan langkahnya membiarkan Adrian mendekat ke arahnya.
"Masih belum mengerti juga??"
"Tentu aku mengerti Adrian" Elena secepat kilat merubah raut wajahnya menjadi setenang mungkin.
"Tapi aku belum mandi sejak tadi, kau tas sendiri kan, kalau kita di kejar waktu untuk kembali ke sini??" Ucap Elena sambil menunjukkan senyum manisnya.
GREPP...
Adrian sudah menarik pinggang Elena hingga menempel sempurna kepadanya.
"Tidak masalah, kau tetap wangi walau belum mandi seharian" Jarak yang di sisakan Adrian berguru dekat sampai hembusan nafasnya menerpa wajah Elena.
"Kau yakin ingin melakukannya sekarang??" Elena berharap Adrian mau memberinya waktu untuk sekedar membasuh tubuhnya dengan air. Elena tal percaya diri melayani Adrian dengan badannya yang terasa lengket seperti saat ini.
"Tentu saja. Jangan harap aku melepaskan mu saat ini El" Adrian sudah mulai menyembunyikan wajah ya di bahu Elena. Menghirup kulit Elena dalam-dalam.
"Puaskan aku sayang" Bisik Adrian.
"Dengan senang hati, sayang" Balas Elena yang membuat bibir kecil dan berisi itu langsung di sambar oleh Adrian.
Adrian mengangkat pinggang Elena hingga wanita itu melingkarkan kakinya ke pinggang Adrian seperti koala tanpa melepaskan tautan bibir mereka.
Brukk...
Adrian menjatuhkan dirinya ke atas ranjang bersama dengan Elena di bawahnya. Mengungkung wanita itu dengan kedua otot lengannya yang sangat di sukai Elena.
Adrian tak bisa menahan gejolaknya saat ini. Dia terus memainkan bibir Elena dengan gemas. L*dahnya dengan lihai membelit milik Elena di dalam sana.
Tak puas hanya dengan itu, Adrian mulai menjelajah turun ke leher Elena. Leher putih itu menjadi saksi keganasan Adrian dengan beberapa jejak yang di tinggalkan Adrian di sana.
"Emhhh...." Suara leguhan Elena yang tertahan itu seakan sebuah sorakan semangat untuk Adrian. Dia semakin terbakar mendengar suara seksi itu keluar dari bibir Elena.
Mereka berdua benar-benar terlibat pergulatan panas meski badan mereka terlalu lelah akibat perjalanan jauh.
"Aaaakkkhh Iaaannn akuuhh sampaaiii" Elena menjambak rambut Adrian dengan kedua tangannya. Badannya yang bergetar hebat menjadi pertanda jika Elena telah mencapai puncaknya hanya dengan permainan Adrian di bagian atasnya saja.
Adrian tersenyum puas melihat Elena yang kini terlihat lemas dengan nafasnya yang tak beraturan. Menurutnya, Elena semakin cantik di saat wajahnya memerah seperti itu.
Kini Adrian menjauhkan dirinya dari Elena. Dia berdiri sambil menatap Elena yang terbaring kelelahan. Adrian telah berhasil membuat Elena tam berdaya.
Pria jangkung itu melepaskan celana bahan yang masih menempel sempurna di kaki panjangnya. Memperlihatkan benda pusaka miliknya yang masih tegak berdiri saat ini.
Adrian menarik tangan Elena dengan lembut, membantunya duduk dari pembaringannya.
"Puaskan aku sayang" Pinta Adrian dengan suara paraunya.
Tangan Elena di tuntun untuk menyentuh milik Adrian yang memiliki ukuran berbeda dari milik pria-pria dalam di video yang perah Elena tonton. Elena sempat terkejut saat pertama kali melihatnya, pasalnya milik Adrian lebih panjang dan besar. Elena sampai tak percaya jika benda itu bisa masuk begitu saja ke dalam miliknya.
Berkat video yang pernah Elena tonton untuk belajar memuaskan Adrian. Elena benar-benar mempraktekannya kali ini. Dengan nalurinya sendiri, dia mendekatkan wajahnya kepada adik kecil Adrian itu.
"Aakkhhh!!!!" Suara Adrian ketika l*dah Elena pertama kali menyentuh bagian ujung pusakanya.
Elena yang tak mahir melakukan hal seperti itu, bahkan ini untuk pertama kalinya, membuatnya mual dan serasa ingin mengeluarkan isi perutnya. Namun sebisa mungkin ia menahannya. Ia tidak mau menghancurkan g*irah Adrian yang telah berada di puncaknya.
Elena mulai berani memasukkan separuh dari b*tang Adrian ke dalam mulutnya.
"Ahh sa yang, ini nik mat sekaliii" Adrian terus meracau merasakan permainan Elena.
"Kamu pintar sekali saayyanggg"
Elena semakin semangat mendengar Adrian terus saja memanggilnya seperti itu. Dia benar- benar mengikuti nalurinya untuk membuat Adrian puas.
Setelah bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit, Elena merasakan milik Adrian mulai mengeras di tangannya. Elena tak tau apa yang terjadi tapi Adrian buru-buru menjauhkannya dari bibir Elena.
"Kita ke intinya sayang, aku sudah tidak tahan"
Adrian kembali mengungkung Elena di bawahnya. Menatap mata bulat dan jernih milik Elena dengan begitu dalam.
Cup...
Adrian mengecup kening Elena dengan singkat sebelum memandangi setiap inci wajah Elena yang penuh keringat.
"Kamu cantik sekali El" Adrian mengatakannya dengan segenap kejujuran dalam hatinya. Namun Elena tak tau, apa maksud dari pujian Adrian untuk dirinya itu.
"Apa dia suka melihatku tak berdaya di bawahnya seperti ini??" Batin Elena menebak-nebak.
Meski tatapan mata Adrian tak lepas dari wajah cantik Elena. Tapi Elena merasakan bagian intinya di terobos oleh beda timbul yang mengeras.
"Akhhh..." D*sah keduanya saat mereka benar-benar menyatu.
Adrian membiarkan adiknya bersemayam beberapa detik di dalam lubang ke***matan itu sebelum mulai menggerakkan tubuhnya.
"Sa yang, kenapa kamu bisa senik matttt iniihhhh" Lagi-lagi Adrian meracau. Dia belum pernah merasakan sensasi yang begitu luar biasa seperti sekarang ini. Sudah berapa wanita saja yang Adrian tiduri, namun rasanya tak senik*at Elena.
"Emmhhhh" Leguh Elena.
"Kita sama-sama sayang, aku hampir samm, aakkhhhh" Adrian tak mampu lagi melanjutkan ucapannya karena laharnya yang panas telah membasahi dinding r*him Elena.