Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perawatan dan Keputusan Para Tetua
Setelah perdebatan panjang di antara para tetua, Zhang Wei dibawa ke sebuah ruangan kecil yang tampak sederhana namun hangat. Dinding kayu dengan ukiran khas elf memancarkan kesan alami yang menenangkan. Sebuah tempat tidur kayu berlapis bulu halus ditempatkan di tengah ruangan, dan aroma herbal lembut tercium dari sudut ruangan, memberikan suasana damai yang membuat rasa cemas Zhang Wei sedikit mereda.
Dia duduk di tepi tempat tidur, memandangi pedangnya yang rusak. Perasaan sedih kembali menyelimuti hatinya saat mengingat Lian Xuhuan. "Apakah aku benar-benar sendirian sekarang?" gumamnya pelan.
Sebelum ia larut dalam pikiran yang suram, pintu kamar itu terbuka perlahan. Seorang elf perempuan masuk, membawa semangkuk air hangat dan kain bersih. Wajahnya cantik dengan mata biru jernih, rambut peraknya terurai panjang hingga pinggang, dan langkahnya anggun seperti tarian di atas salju.
"Kau sudah bangun," katanya dengan suara lembut. "Aku datang untuk merawatmu."
Zhang Wei menatapnya dengan curiga pada awalnya, tapi sikapnya yang ramah membuatnya sedikit rileks. "Siapa kau?" tanyanya singkat.
Elf itu duduk di kursi dekat tempat tidur dan mulai mencelupkan kain ke air hangat sebelum menjawab. "Namaku Liora. Aku kakak dari Rania, gadis kecil yang kau selamatkan dari serigala salju. Aku berterima kasih atas tindakanmu. Jika bukan karena kau, mungkin dia tidak akan selamat."
Zhang Wei mengerutkan kening. "Kau kakaknya? Lalu kenapa dia berada di luar sendirian?"
Liora menghela napas panjang, mengusap kain lembut itu ke tangan Zhang Wei yang lecet. "Dia sering diam-diam keluar tanpa sepengetahuan kami. Ayah kami sudah berkali-kali melarangnya, tapi dia tetap saja keras kepala. Aku... aku minta maaf atas apa yang ayahku lakukan padamu. Panah itu seharusnya tidak diluncurkan, apalagi pada seseorang yang telah menyelamatkan adikku."
Zhang Wei terdiam, merasa sedikit tersentuh oleh ketulusan Liora. Meski rasa sakit di punggungnya masih terasa, dia memilih untuk mengangguk. "Aku mengerti. Kau tidak perlu merasa bersalah. Aku hanya berada di tempat yang salah pada waktu yang salah."
Liora tersenyum kecil, lalu berkata dengan nada lebih serius, "Kau pasti bingung bagaimana kau bisa sampai di sini. Aku pikir kau perlu tahu bahwa tempat ini adalah wilayah timur Benua Utara."
Mata Zhang Wei melebar mendengar kata-kata itu. "Benua Utara?" ulangnya, suaranya terdengar penuh keterkejutan. "Bagaimana mungkin aku bisa terlempar sejauh itu?"
Liora mengangguk, memahami keterkejutannya. "Ya. Wilayah kami berada di sisi timur Benua Utara, tempat yang selalu berselimut salju. Jika kau berasal dari tempat lain, mungkin perjalananmu melibatkan kekuatan yang sangat besar."
Zhang Wei terdiam, mencoba mencerna informasi itu. Benua Utara adalah salah satu wilayah yang paling misterius di dunia ini, dikenal karena iklimnya yang ekstrem dan keberadaan ras-ras kuno seperti elf. Bagaimana dia bisa sampai sejauh ini adalah sebuah misteri yang belum bisa ia pecahkan.
Hari itu, Zhang Wei menghabiskan waktunya untuk memulihkan diri di kamar yang disediakan oleh para elf. Liora sesekali datang untuk mengganti perban dan memastikan lukanya sembuh dengan baik. Dia juga memberikan sup hangat yang rasanya jauh lebih baik daripada yang diharapkan Zhang Wei.
Selama istirahatnya, Zhang Wei memikirkan banyak hal. Keterlemparannya ke Benua Utara, kehilangan kontak dengan Lian Xuhuan, dan pedangnya yang hampir hancur menjadi beban pikiran yang terus mengganggunya.
Di sisi lain, dia merasa berutang budi pada para elf yang merawatnya, meskipun sebelumnya mereka sempat memperlakukannya dengan keras. Khususnya kepada Liora, yang menunjukkan perhatian yang tulus.
Namun, ada sesuatu yang terus mengganjal di pikirannya: ramalan kuno yang disebutkan oleh para tetua. Dia tidak percaya pada takdir atau ramalan, tetapi situasi yang dia alami saat ini membuatnya merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
Keesokan harinya, setelah melewati malam yang cukup tenang, pintu kamar Zhang Wei diketuk. Liora masuk dengan wajah serius.
"Zhang Wei, para tetua telah membuat keputusan. Mereka ingin kau hadir di hadapan mereka."
Zhang Wei mengangguk pelan, meskipun tubuhnya masih terasa lemah. Dia mengikuti Liora keluar dari kamar, berjalan melalui lorong-lorong kayu yang dipenuhi ukiran indah. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi dia tetap melangkah dengan tenang.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di ruang pertemuan besar yang dipenuhi oleh para tetua elf. Semua mata tertuju padanya ketika dia masuk. Tetua Lirien duduk di kursi tengah, memandang Zhang Wei dengan mata penuh kewaspadaan namun juga rasa hormat.
"Manusia muda," suara Lirien memecah keheningan. "Setelah berdiskusi panjang, kami telah memutuskan untuk tidak memperlakukanmu sebagai ancaman. Kami akan mengizinkanmu tinggal di wilayah kami untuk sementara waktu hingga kau pulih sepenuhnya."
Zhang Wei merasa lega mendengar keputusan itu, tetapi dia tetap waspada. Dia mengangguk dengan sopan. "Terima kasih atas kemurahan hati kalian."
Tetua lain dengan rambut hijau panjang berbicara dengan nada lebih tegas. "Namun, kau harus mengerti bahwa kami akan tetap mengawasi setiap gerakanmu. Jika kau mencoba sesuatu yang mencurigakan, kami tidak akan ragu untuk bertindak."
"Aku mengerti," jawab Zhang Wei singkat.
Tetua Lirien melanjutkan, "Ada satu hal lagi yang perlu kau tahu. Ramalan yang kami sebutkan sebelumnya bukan hanya tentang kedatanganmu, tetapi juga tentang ancaman besar yang akan datang. Kami berharap, jika kau memang pemegang takdir itu, kau akan membantu kami menghadapi apa pun yang terjadi."
Zhang Wei tidak menjawab langsung. Dia hanya menatap mereka dengan mata penuh tekad, meskipun hatinya dipenuhi keraguan. Apakah benar ini semua adalah bagian dari takdirnya?
Tetua Lirien mengakhiri pertemuan dengan kata-kata penutup. "Untuk saat ini, pulihkan dirimu dan temukan jawaban atas pertanyaanmu. Dunia ini memiliki banyak rahasia, dan mungkin, kau adalah salah satu kuncinya."