Ninja'S Storm

Ninja'S Storm

Prolog

Suara gemericik air berpadu dengan hentakan kaki kuda. Di bawah langit yang kelabu, rombongan kereta pembawa harta kerajaan melaju perlahan. Kusir memegang tali kendali erat, hati-hati menarik kuda-kuda melewati jalan yang dipenuhi akar pohon besar. Di atas kereta, dua sosok transparan berjubah hitam duduk waspada. Tatapan mereka tajam, menyapu setiap sudut jalan, mencari tanda-tanda bahaya, sekecil apa pun. Tangan mereka terus berada di gagang pedang, siap menebas ancaman tanpa peringatan.

Dikatakan bahwa hewan memiliki indera keenam, kemampuan alami yang melebihi manusia. Tak peduli sehebat apa pun ninja, mereka tak dapat menandingi naluri tajam hewan, terutama kuda-kuda tua yang menarik kereta ini. Pengalaman bertahun-tahun membuat makhluk ini lebih peka terhadap bahaya yang tak kasatmata.

Tiba-tiba, dua kuda di depan berhenti, melenguh keras, dan menghentak-hentakkan kaki. Si kusir menarik tali kendali, mencoba mengendalikan mereka, namun usahanya sia-sia. “Ada yang tidak beres,” gumamnya. Salah satu ninja segera melompat turun dari kereta, mendekati kuda-kuda yang semakin gelisah.

"Mungkin mereka lapar?" Ninja itu bertanya sambil mengelus leher salah satu kuda.

Si kusir menggeleng cepat. "Tidak mungkin. Mereka sudah diberi makan sebelum berangkat."

Ninja itu mengernyit, pandangannya menelisik. Tangannya kini menyentuh janggut tebal kuda, mencoba menenangkan hewan yang meronta. Ia kemudian mengangguk kecil, seolah menemukan jawabannya.

"Aku tahu masalahnya. Mereka sedang birahi."

Si kusir tertegun, matanya melebar. Bahkan rekannya yang masih berjaga di atas kereta pun menoleh dengan ekspresi tak percaya.

"Mana mungkin! Semua kuda di sini jantan," sergah si kusir dengan nada tidak yakin.

Namun, ninja wanita itu tidak terpengaruh. Ia melangkah lebih dekat, memeriksa kuda dengan saksama. "Sebagai pengurus kuda, harusnya kau tahu tanda-tanda ini." Ia menunjuk bagian bawah tubuh kuda dengan tenang.

Si kusir terdiam, bingung dan malu. "Bagaimana bisa..." gumamnya. Namun, sebelum ia selesai berbicara, angin dingin berembus dari arah hutan. Suara gemerisik pelan terdengar, nyaris tertelan oleh gemericik air sungai.

Ninja wanita itu mendongak, wajahnya berubah serius. "Bukan itu penyebabnya," ucapnya pelan. Ia meraih gagang pedang dengan cepat. "Ada sesuatu—atau seseorang—yang membuat kuda-kuda ini bertingkah aneh."

Melihat dahan berguncang, si ninja wanita melompat cepat. Dalam sekejap, ia menghantam udara dengan pedangnya, langsung mengarah pada sosok berjubah abu-abu yang melayang di antara dahan. Tebasannya tajam, tepat, dan mematikan.

TRANG! Pedang si ninja menyentuh leher keras makhluk itu—dilapisi besi atau mungkin benar-benar terbuat darinya.

Beberapa saat sebelumnya, di puncak Pohon Neraka, sebuah pohon raksasa yang menjulang hingga menembus awan, terjadi ledakan hebat yang mengguncang bumi hingga ke akar-akarnya. Dari celah gelap yang menganga, sesosok Demon King muncul, seolah dilahirkan langsung oleh pohon tersebut.

“GROOOOAAARRR!” Suara raungannya membelah udara, menggetarkan langit dan tanah. Mulutnya menganga seperti ular piton raksasa, dipenuhi taring melengkung yang tajam. Makhluk ini tidak berpikir, hanya bergerak mengikuti insting. Ketika salah satu kakinya menginjak batang pohon, guncangan yang melanda segera berhenti, terserap ke dalam tubuh raksasanya. Matanya bersinar terang, seperti bintang jatuh di malam gelap.

Dari celah yang terbuka semakin lebar, arwah pendosa mulai bermunculan. Ratusan, ribuan, hingga tampaknya tak terhitung jumlahnya. Mereka melesat ke langit, seperti badai gelap yang menyelimuti matahari. Burung-burung yang ketakutan terbang ke arah timur, meninggalkan langit barat dalam kegelapan pekat. Fenomena ini terlihat bahkan dari Pegunungan Silver Storm, membuat para ahli astronomi terguncang oleh pemandangan tak wajar ini.

Namun, ancaman terbesar datang tanpa suara. Tanpa disadari ninja wanita, bayangan mengambang mendekat dari belakang dengan kecepatan yang mustahil, "Ninja! Awas di belakangmu!" teriak kusir, suaranya menggema di tengah keheningan yang mencekam.

Si ninja, yang masih berada di udara, merasakan bahaya bahkan sebelum kata-kata selesai diucapkan. Dalam satu gerakan gesit, dia memutar tubuhnya, menghindari serangan makhluk itu dengan kelincahan luar biasa dan disaat yang sama melancarkan serangan tidak terelakkan bagi kedua makhluk yang mengepung, "Tebasan Puting Beliung!" Serangannya sukses memotong kedua leher makhluk itu sekaligus. Berkat itu, si ninja wanita terhindar dari maut.

Rekannya pun bergegas mencuri kesempatan dengan menangkap tubuh ninja wanita yang terjatuh. Dan tanpa disadari oleh si ninja wanita, rekan prianya menikmati momen 5 detik itu, "Terima kasih," kata si ninja wanita dengan polos, sementara rekan prianya tersenyum lebar.

Para ninja merasakan bulu kuduk mereka berdiri ketika melihat kepala yang sudah copot mengeluarkan seutas tali merah yang menghubungkan mereka ke tubuhnya yang terkapar. Lalu sepersekian detik kemudian, kepala itu sudah kembali ke posisinya semula dan kedua makhluk itu bangkit kembali. Namun para ninja dan rombongan pembawa harta kerajaan juga sudah melarikan diri.

Kusir memecut tali dengan kekuatan penuh agar kuda-kudanya berlari sekuat tenaga pula, "Aku tidak berharap akan bertemu hantu di perjalanan ini. Apa yang harus aku lakukan jika kedua ninja itu tidak bisa diandalkan?" batinnya. Tidak berselang lama, kedua arwah pendosa tadi berhasil menyusul iring-iringan pembawa harta kerajaan. Para penyamun yang disewa untuk menjaga harta itu pun keluar dari kereta kuda hanya untuk melihat kedua sosok tadi berubah menjadi sangat mengerikan.

"Lebih cepat lagi kusir! Makhluk itu semakin dekat! Mereka mirip sekali dengan lukisan roh-roh pendosa yang ada di literatur akademi ninja!!" teriak ninja wanita.

"Hyaah! Hyaah! Hyahh!"

GEDUBRAK!!!!

Kereta terjatuh ke dalam lubang sedalam 20 meter. Kecelakaan itu menewaskan kusir kereta paling depan. Ketika diperiksa, ternyata tanah yang sebelumnya dilewati rombongan kereta telah longsor hingga membentuk kawah raksasa.

Jalan buntu. Bertarung atau mati. Para ninja dan penjaga harta kerajaan dihadapkan pada dua pilihan, berjuang atau mati. Di situasi yang kritis sekaligus membingungkan itu, si ninja menepuk bahu ninja wanita, "Kau siap? Kita akan membawa kereta menuruni tebing ini, itulah rencananya," katanya menerangkan rencananya.

"Tidak," sahut si ninja wanita spontan, "Kita akan melawan makhluk-makhluk itu, aku tahu cara mengalahkan mereka," si ninja wanita mengeluarkan sebuah belati khusus berwarna hijau zamrud. "Ini adalah—"

Belum sempat ninja wanita mengatakan fungsi belati itu, kereta kuda yang dia naiki telah menuruni tebing yang curam. "Pegangan, tuan dan nona ninja!" kata si kusir yang nekat melajukan keretanya sebab harta yang paling berharga ada di kereta yang dikendarainya.

Moncong kereta kuda membentur tanah dengan keras. Kedua ninja bertahan di atas kereta, mereka menyaksikan si kusir meninggal dalam keadaan terjepit di kudanya yang sudah mati.

"Masa bodoh, akan kurobek gulungannya!" Si ninja merobek gulungan yang menembakkan bola api ke langit. Dari balik kegelapan, sosok itu muncul. Seorang ninja berpakaian serba merah, dengan masker berlapis baja yang membingkai matanya yang menyala bak bara api. Rambutnya yang panjang dan merah darah berkibar di bawah cahaya bulan, menambah aura mengintimidasi. Dalam sekejap, dia mendarat di depan mereka dengan gerakan mulus seperti kucing pemburu. Angin yang ditimbulkan dari pendaratannya menggoyangkan dedaunan di sekitar.

Beriringan dengan kemunculannya, dua makhluk abu-abu berkuku tajam menyeruak dari kegelapan. Nafas mereka berbau busuk seperti daging membusuk, matanya yang menyala-nyala mengunci pada ketiga ninja itu.

"Kalian meminta bantuan di saat yang tepat," ujar ninja merah itu, "Tampaknya kalian menghadapi lawan yang tidak biasa, Kai, Yukio."

Yukio menarik napas lega melihat punggung ninja merah yang lebar, sementara Kai menggerutu, "Kau terlambat, bodoh. Seharusnya kau datang dua detik setelah suar ditembakkan! Gara-gara kau, kusir ini jadi tidak terselamatkan!"

Yukio langsung melotot tajam ke arah Kai. "Diam kau, Kai! Orang yang hanya menonton saat temannya bertarung tak pantas bicara! Ren sudah bersusah payah datang untuk menyelamatkan kita!" serunya dengan tinju mengepal.

Ren, si ninja merah, tersenyum tipis dari balik maskernya. "Benar, kawan-kawan. Aku, Ren Ren, datang untuk menyelamatkan kalian." Dia menghunus dua pedang melengkung dari punggungnya, bilahnya memantulkan cahaya bulan, berkilauan seperti racun mematikan.

...•••••••...

...*** Bersambung ke Chapter 2 ***...

......•••••••......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!