NovelToon NovelToon
Sekretaris Meresahkan

Sekretaris Meresahkan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia
Popularitas:411.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

POV Devan

Mimpi apa aku semalam, mendapatkan sekretaris yang kelakuannya di luar prediksi BMKG.

"MAS DEVAAAAAAANNN!!!" Teriakan kencang Freya berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sekitarnya.

"Teganya Mas meninggalkanku begitu saja setelah apa yang Mas perbuat. Mas pikir hanya dengan uang ini, bisa membayar kesalahanmu?"

Freya menunjukkan lembaran uang di tangannya. Devan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Dengan langkah lebar, Devan menghampiri Freya.

"Apa yang kamu lakukan?" geram Devan dengan suara tertahan.

"Kabulkan keinginan ku, maka aku akan menghentikan ini," jawab Freya dengan senyum smirk-nya.

"Jangan macam-macam denganku, atau...."

"AKU HAMIL ANAKMU, MAS!!! DIA DARAH DAGINGMU!!"

"Oh My God! Dasar cewek gila! Ikut aku sekarang!"

Dengan kasar Devan menarik tangan Freya, memaksa gadis itu mengikuti langkah panjangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Siang

"Dev.."

Perdebatan Devan dan Freya terhenti ketika mendengar sebuah suara lembut menyapa. Semua yang ada di sana langsung menolehkan kepalanya. Tiffany mendekat dengan senyum di wajahnya. Wanita itu kemudian duduk di samping Devan.

"Hai Tif.." sapa Ega.

"Hai Ga, long time no see. How are you?"

"Good. Thanks."

"Ini berondong manis, siapa namanya?" Tiffany melihat pada Ganjar.

"Ini Ganjar. Dia juga karyawan Kharisma Group sekaligus sobatnya aku dan si Bos."

Tiffany langsung mengulurkan tangannya pada Ganjar. Pria itu membalas uluran tangan Tiffany seraya menyebutkan namanya.

"Kalian mau lihat finishing hotel?"

"Iya. Kamu ke sini sendiri?" Devan balik bertanya.

"Aku ke sini sama tim."

"Ya udah kita mulai aja kelilingnya. Udah pada selesai sarapan juga."

Devan segera berdiri diikuti yang lain. Mereka semua berjalan menuju gedung yang hampir selesai. Mandor proyek segera menyambut kedatangan mereka. Dia memandu Devan dan yang lain memeriksa keadaan hotel. Mereka memeriksa keadaan hotel lantai demi lantai.

Kini mereka sudah tiba di lantai delapan. Selama melihat-lihat, Freya selalu berjalan mepet ke tembok. Dia menjadikan tembok di sebelahnya sebagai tumpuan untuk berjalan. Gadis itu masih belum bisa melangkahkan kakinya dengan benar karena sepatu yang dikenakannya. Beberapa kali langkahnya terlihat oleng.

"Apa bisa penyelesaiannya dipercepat?" tanya Devan pada sang mandor.

"Kami akan menyelesaikan secepatnya, Pak."

"Sejauh ini saya puas dengan hasilnya. Terima kasih atas kerja kerasnya."

"Sama-sama, Pak."

"Berapa kapasitas untuk di ballroom?"

"Seribu orang, Pak."

"Hmm.. luas juga. Jadi di sini terdapat lima meeting room dan satu ballroom."

"Kolam renang yang saya inginkan, bisa dieksekusi?"

"Sedang dalam tahap penyelesaian, Pak. Kolam berada di lantai sembilan yang terus tembus sampai lantai tiga. Nanti pengunjung bisa melihat orang-orang yang menyelam. Kami juga sudah membangun spot-spot di dalamnya."

"Keamanannya harap diperhatikan."

"Sudah pasti itu, Pak."

Sang mandor mengajak Devan dan yang lain menuju lantai sembilan. Dia langsung menunjukkan kolam yang sedang dalam tahap penyelesaian. Pengunjung bisa mengunakan kolam ini untuk berenang. Di bagian ujung kolam, terdapat bagian tempat untuk menyelam. Bagian itu tembus sampai ke lantai tiga. Di sana juga terdapat beberapa spot yang menarik bagi pengunjung. Bagian dinding kolam dibuat transparan, hingga pengunjung di luar bisa melihat keadaan di dalam kolam. Bentuknya sudah seperti aquarium besar tanpa ikan.

Tiffany tidak berhenti mengangumi bentuk kolam tersebut. Kolam seperti ini memang sudah banyak dibangun di luar negeri. Devan mengadaptasi konsep tersebut untuk hotel di bawah naungan Kharisma Group. Freya memandang takjub pada kolam yang belum terisi air. Dia berjalan mendekati bagian ujung, hendak melihat bagian kolam yang dalam.

BRUK!

Perhatian semua orang langsung tertuju pada suara seperti orang jatuh. Freya meringis kesakitan ketika bokongnya mencium lantai. Tadi gadis itu sedikit kesulitan berjalan hingga akhirnya jatuh terduduk. Dengan cepat Ega membantu Freya untuk bangun. Gadis itu menepuk-nepuk bagian belakang celananya yang sedikit kotor.

"Kamu ngga apa-apa?" tanya Ega.

"Ngga apa-apa, Pak."

"Kenapa bisa jatuh?"

"Gara-gara Pak Devan."

Freya memandangi Devan dengan sengit. Andai pria itu tidak memaksanya menggunakan sepatu dengan heels lancip, mungkin insiden ini tidak akan terjadi. Wajah Devan terlihat bingung, kenapa dirinya yang dijadikan tersangka. Refleks Tiffany melihat pada Freya.

"Gara-gara Devan? Kok bisa?"

"Pak Devan nyuruh saya pakai sepatu kaya gini," Freya menunjuk sepatunya.

Tiffany tidak bisa menahan senyumnya. Ternyata jatuhnya Freya disebabkan oleh sepatu yang dikenakannya. Kemudian wanita itu melihat pada Devan.

"Kamu jahat banget sih. Udah tahu sekretaris kamu ngga bisa pakai sepatu tinggi, kenapa dipaksa?"

"Kalau ngga bisa harusnya belajar. Dia itu harus berpenampilan sesuai profesinya. Coba kamu bayangin, udah tinggi kaya botol Yakult terus pakai flat shoes. Nanti dikiranya aku mengeksploitasi anak di bawah umur."

"Hahaha.."

Tiffany tidak bisa menahan tawanya. Freya hanya melihat keki pada atasannya ini. Ganjar menepuk pelan pundak Freya, meminta gadis itu untuk bersabar menghadapi Devan.

"Jangan diambil hati omongannya Devan ya, Frey. Dia emang kalau ngomong suka ngga disaring."

"Ngga apa-apa, Bu. Saya udah kebal. Kalau ngga ngomong julid sehari, kayanya Pak Devan bakalan kena bisul sebadan-badan."

"Astaga, kamu lucu banget sih Frey. Kamu dapat lawan seimbang, Dev."

"Ayo lanjut."

Devan kembali mengajak yang lain mengunjungi lantai yang lain. Sesekali Tiffany masuk ke kamar lalu melihat keadaan di dalamnya. Dia dan timnya juga mempresentasikan apa yang akan dilakukan untuk interior kamar. Freya terkagum-kagum mendengar presentasi Tiffany. Jika hotel ini sudah selesai, pasti memiliki interior yang luar biasa.

Tak terasa waktu mulai beranjak siang. Terdengar suara adzan di ponsel Devan dan Ganjar secara bersamaan. Devan mengajak yang lain keluar untuk menunaikan ibadah shalat Dzuhur. Kebetulan di dekat hotel terdapat sebuah masjid dengan arsitektur indah. Semuanya pergi ke sana kecuali Tiffany. Wanita itu mencari tempat yang luas untuk makan siang bersama.

Selesai menunaikan ibadah shalat Dzuhur, semua kembali ke hotel. Freya menuju mobil dulu untuk mengambil bekal makan siang yang sudah dibuat olehnya. Tangan Tiffany melambai memanggil Devan. Dia sudah menemukan tempat yang pas untuk makan siang di lobi hotel. Di sana sudah digelar karpet plastik dan beberapa box makanan.

"Aku udah siapin makan siang buat kalian. Ayo duduk," ajak Tiffany.

Tak lama berselang, Freya datang bersama Ega. Dia membawa Tote bag berisi bekal makan siang. Gadis itu menaruh tote bag di atas karpet plastik. Mata Tiffany langsung tertuju pada barang yang dibawa Freya.

"Itu apa?"

"Ini bekal makan siang yang aku bawa."

"Tapi aku udah siapin makan siang. Mending makan ini aja, masih hangat. Kalau yang kamu bawa pasti udah dingin."

Wajah Freya terlihat sendu. Dia sudah bersusah payah membuatkan makanan pesanan Devan. Sejak shubuh dia sudah pergi untuk belanja dan berkutat di dapur. Namun usahanya sia-sia karena Tiffany sudah menyiapkan makan siang. Pasti Devan akan memilih memakan makanan yang masih hangat.

"Ayo makan, Dev," Tiffany menaruh satu kotak makanan di depan Devan.

"Mana makan siang pesananku?" Devan melihat pada Freya.

Senyum Freya merekah ketika Devan menanyakan bekal yang dibuat olehnya. Gadis itu segera mengeluarkan wadah bento lalu memberikannya pada Devan. Dia juga mengambil satu wadah lagi untuknya.

"Itu udah ngga hangat, Dev. Mending makan yang ini."

"Aku yang minta dibuatkan bekal makan siang. Mubazir kalau ngga dimakan."

"Kasih ke pegawai proyek aja. Kamu makan yang ini," desak Tiffany.

"Kalau aku makan yang ini, aku ngga menghargai kerja keras Freya. Aku tahu dia pasti siapin ini dari shubuh."

Devan segera mengambil kotak bekal yang diberikan Freya lalu membukanya. Menu yang disiapkan sesuai dengan keinginannya. Ayam saos tiram, cah brokoli dan perkedel kentang. Hati Freya menghangat mendengar ucapan Devan. Ternyata pria dingin dan menyebalkan itu menghargai usahanya menyiapkan makan siang untuknya.

"Punyaku mana, Frey?" tanya Ganjar.

"Sama punyaku juga," sahut Ega.

Dengan senang hati Freya memberikan kotak bekal yang tersisa pada Ganjar dan Ega. Keduanya segera menikmati makanan tersebut. Keduanya kompak mengangkat jempol untuk memuji rasa masakan Freya. Lagi-lagi gadis itu merasa senang.

"Ehm.. gimana, Pak? Enak ngga? Sesuai dengan selera Bapak?"

"Enak. Besok-besok kamu bikinin lagi makan siang kalau kita ngga ada makan siang dengan klien."

"Siap, Pak."

Freya menjawab penuh semangat. Tiffany hanya terdiam melihat Devan yang menikmati makanan buatan Freya dengan lahap. Perasaannya sedikit cemburu ketika mendengar pujian Devan atas masakan Freya. Apalagi dirinya belum bisa masak. Sambil makan, dia memperhatikan interaksi Devan dengan Freya, Ega dan Ganjar. Menurutnya Devan cukup banyak berubah. Yang paling membuatnya terkejut adalah melihat sikap Devan pada Freya. Walau kerap mengeluarkan kalimat yang menyebalkan, namun Tiffany merasa itu hanyalah cara Devan untuk menarik perhatian Freya.

***

TOK

TOK

TOK

"Masuk!"

Pintu ruangan Devan terbuka tak lama setelah terdengar suara pria itu. Ega masuk ke dalam ruangan dengan membawa berkas di tangannya. Dia meletakkan berkas tersebut di atas meja kerja atasannya. Devan segera mengambil berkas tersebut kemudian membacanya.

"Jadi orang yang ditarik ke kantor pusat sudah mulai bergabung?" tanya Devan.

"Iya, Bos. Total ada tiga orang. Satu dari Batam, satu dari Surabaya dan satu lagi dari Bandung. Mereka yang terpilih adalah karyawan terbaik di tempatnya dahulu."

"Baiklah. Bagaimana dengan acara gathering yang akan diadakan akhir pekan ini?"

"Semua sudah siap."

"Apa Farhan dan Dita akan datang?"

"Tentu saja."

Kepala Devan mengangguk. Ada perasaan senang mendengar Dita juga akan datang ke acara gathering. Sejak melahirkan, wanita itu sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tapi untuk acara gathering nanti, Farhan akan mengajak Dita untuk datang. Walau sudah mengikhlaskan Dita, namun tidak dapat dipungkiri masih ada sisa perasaan pada wanita itu.

Lamunan Devan buyar ketika Ega berpamitan untuk pergi. Sebelum meninggalkan ruangan, Ega diminta memanggil semua karyawan pindahan yang baru saja bergabung. Seperti biasa, Kharisma Group selalu memberikan beasiswa S2 untuk karyawan terbaik dan loyal. Dia harus bertemu langsung dengan ketiga karyawan tersebut.

Selang lima belas menit kemudian pintu lift di lantai 17 terbuka. Tiga orang pria muda keluar dari dalamnya. Sesuai pesan yang diberikan Ega, ketiganya diminta me ruangan Devan. Mereka segera menuju ruangan Devan. Melihat tiga orang yang ditunggu Devan sudah datang, Freya segera berdiri dari duduknya. Ketika ketiga pria itu sudah sampai ke dekat mejanya, salah satu pria itu mengenali Freya dan memanggilnya.

"Freya.."

***

Siapa tuh yang manggil?

Yang penasaran sama kisah Dita dan Farhan serta Devan yang sempat jadi orang ketiga di antara mereka, baca aja HAI MANTAN, BALIKAN YUK di Paijo🤗

1
💗vanilla💗🎶
bsb ya
Mutia Akmar
🌹🌹💐💐🌷🌷🌻🌻
duuuuuuuuh senangnya...... bacanya sambil senyum senyum sendiri 🥰
Yofa Meisya
banget.......jadi ikut baper kan, kalau baca ada yang dulu dingin banget tapi udah meleleh dan bucin banget....jadi terasa baper nya 🥰🥰🥰
Febri Nayu
sopo seng mbocorno eh.. kari jelek ag mulut nyaa huaaa

Ndak Sukak lek enek seng wadulan
Dinar Keke
walah siapa tuh yg kasih tau mr Abdullah?? apa jangan jangan cuma rekayasa si Ega biar Freya sama Devan makin lengket, makin mesra..
Carlina Carlina
apa lg uathor nya jg sdh sehat😘😘sehat terus ya thor biar bisa berkarya terus 🥰😘
Carlina Carlina
senyum" dan bahagia bnget thor👏👏🥰
SR.Yuni
senyumlah Thor...apalgi sudah lope lope juga....
SR.Yuni
mengaduh✌️
yumna
merka menikah bkn bisns tapi menkah karna cinta juga
yumna
ciyweeeee tdi da orangnya g ngmv
Maria Kibtiyah
pasti ada yg bocorin yg gk suka sama devan pasti
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤
yang lagi bahagia berbunga-bunga rasanya. pengakuan Devan yang sejujurnya dan secara gamblang pasti di utarakannya pada relasi bisnisnya.tunjukkan kalau pernikahan ini meski untuk tujuan bisnis ,tapi ada cinta juga didalamnya.
ana17
senyum senyum dong thor,tapi akhir baca nya kok langsung tegang ya
Popy Desiana
tau wae si maakk.. para pemirsa lagi senyum 2 kena virus cinta nya Freya ma Devan 🥰🥰🥰 eh gawat bener gak sih, kira2 ini rencana Ega ma Ganjar apa memang ada yg iri sama Devan atas kerjasama Mega proyek dengan Mr abdulah..
masih jadi misteri ini, semoga aja ini rencana ega supaya Freya dan devan bisa lebih dekat lagi 😂😂😂
YY
Kang modus Devan😊😊😊
Safitri Agus
iya,☺️☺️😊
Safitri Agus
ya udah, batalin aja perjanjiannya 😊
Hambali Parfum
oh bahagianya lihat kbhagiaan, mereka,, tp nah lo ad mslh aplgi ini
Safitri Agus
meleleh hati adek bang dengarnya 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!