NovelToon NovelToon
Pria Seksi Itu, Suamiku

Pria Seksi Itu, Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: redwinee

Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.

---

“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.

Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”

“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.

Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”

---

WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!

[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 31

Damien kembali ke rumah sakit tengah malam, lebih tepatnya jam tiga subuh dimana matahari sebentar lagi akan bangkit. Damien membuka pintu ruangan tempat Amara dirawat secara perlahan karena tidak ingin menganggu wanita itu.

Seperti dugaannya, Damien menemukan Amara sudah tertidur pulas didepan sana. Damien mengambil langkah pelan untuk mendekati kasur tempat Amara tidur kemudian berhenti tepat pada sisi area kasur.

Berakhir dengan Damien menghabiskan beberapa menit kedepan hanya untuk mengamati wajah damai Amara yang sedang tertidur pulas itu. Sangat tenang dan cantik.

Damien menunduk sedikit kemudian meraih ujung selimut dan membenarkan posisinya kemudian tangannya terangkat naik ke atas dan mengelus pelipis wanita itu pelan dengan jari jempolnya.

Kulit Amara terasa sangat halus dan lembut. Damien masih mengelusnya hingga berakhir pada luka goresan pada pipi Amara yang masih berbekas.

“Aku berjanji hal ini tidak akan terulangi lagi,” bisik Damien pelan tanpa bisa ia kontrol.

Damien ingin menjaga Amara sepanjang malam, kalau bisa tidak meninggalkan wanita itu sendirian lagi. Damien benar-benar takut kejadian ini terulang lagi.

Damien akhirnya melepas sepatunya kemudian menyingkap selimut Amara sedikit dan Damien secara perlahan naik ke atas kasur kemudian ikut membaringkan tubuhnya tepat disamping Amara.

Kasur tempat pasien berbaring itu cukup luas untuk mereka tiduri bersama, walaU Damien tidur dengan posisi menyamping sembari menatap ke arah Amara sebelum kantuk melandanya dan membawanya ke alam mimpi.

 

Besok paginya, Amara bangun dari tidurnya. Menjejalkan pandangannya ke sekitar, Amara tidak menemukan kehadiran Damien sama sekali di ruangan itu. Amara menautkan alisnya, kemarin dia seperti melihat siluet tubuh Damien yang berjalan masuk ke dalam ruangannya.

Bahkan dalam bayangannya itu, Amara merasakan kasurnya yang berderak sedikit dan samar-samar Amara melihat Damien tidur disampingnya.

Amara menggeleng pelan untuk menghilangkan imajinasi liarnya itu, tidak mungkin. Hal itu tidak mungkin terjadi.

Sepertinya Amara harus mencuci mukanya untuk membawa kembali kesadarannya sebab Amara mulai membayangkan hal-hal yang aneh sekarang.

Saat Amara hendak bangkit dari kasurnya, tiba-tiba pintu dibuka, menampilkan kedua orang tua Amara yang berjalan mendekati putrinya itu.

Ibu Amara berlari pelan menghampiri Amara dan segera memapahnya tubuh Amara.

“Mom, aku sudah lebih baikan,” ujar Amara merasa dirinya sudah tidak perlu dibantu ketika hendak berjalan.

“Simpan energimu untuk pemulihan,” ujar ibu Amara bersikeras untuk tetap membantu putri semata wayangnya itu.

Setelah selesai membantu Amara membasuh wajahnya, Amara kembali dengan lebih segar. Ibu dan ayah Amara memastikan Amara dapat berbaring dengan nyaman diatas kasurnya sebelum mereka duduk di sofa yang terletak jarak beberapa langkah dari area kasur.

Amara menatap hangat ke arah kedua orang tuanya, ia benar-benar bersyukur masih mempunyai mereka berdua di sisinya. Ibunya yang terkadang cerewet tetapi tetap memeprhatikan kesehatan Amara, ia seringkali mengirim bekal ke kantor karena takut Amara lupa waktu makan sebab terlalu fokus pada pekerjaannya. Sedangkan ayahnya walau tampak dingin dan berwajah kaku, tetapi ayahnya selalu setia berada disamping Amara dan membimbing Amara dalam menghadapi kolega bisnisnya, mengajari Amara saat ia pertama kali tertarik dengan dunia bisnis, ayahnya dulu banyak mengenal kolega bisnis yang akhirnya kini diberikan kepada Amara. Ayahnya sudah menginjak usia pensiun dan nantinya Amara yang juga akan menggantikannya.

“Bagaimana kondisimu? Sudah baikan?” tanya ayah Amara dan Amara menangguk dengan raut antusiasnya, ia berusaha tersenyum lebar agar kedua orang tuanya tidak terlalu khawatir lagi dengan kondisinya.

“Aku sudah lebih baik dad.”

Ibu Amara mau tak mau menatap putrinya sejenak sebelum berujar dengan nada pelannya, “Hubunganmu dengan Damien, apakah baik-baik saja?” tanyanya yang berhasil melenyapkan senyum Amara sebelumnya.

Raut Amara mendadak kaku, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

“Masih sama saja seperti biasa,” ujar Amara kemudian berusaha tersenyum namun berakhir dnegan senyum paksa yang ia keluarkan.

“Bagaimanapun kita menikah tanpa dasar cinta dan sikap Damien juga terkenal dingin kemudian dia juga sangat sibuk, jadi sedikit susah untuk kita menjadi dekat,” ujar Amara berusaha mencari alasan agar orang tuanya itu tidak curiga dnegan kontrak pernikahan mereka.

‘Maafkan aku mom and dad, jika keadaan sudah lebih baik aku akan memberitahu kalian semuanya.’

“Mom and dad tahu, pernikahan kalian hanya sebatas kerja sama bisnis dulu,” ujar ibu Amara dengan nada tenangnya, agar Amara tidak merasa tertekan tiap kali mereka membahas topik ini.

“Jika kau merasa menyesal, kau bisa menceraikannya,” ujar ayah Amara langsung yang berhasil membuat Amara menoleh cepat ke arah ayahnya itu.

Memang dulu ayah Amra dan Damien memiliki kerja sama bisnis dalam membangun bisnis perhotelan Damien dan akhirnya mereka menikah demi menggabungkan brand hotel mereka hingga sebesar sekarang. Semuanya juga atas persetujuan Amara yang ingin membantu mengembangkan bisnis ayahnya dan Damien dengan alasan yang sampai sekarang Amara tidak ketahui.

Sebenarnya pernikahan bisnis ini hanya menguntungkan kelaurga Amara, jauh sebelum mereka menikah, keluarga Damien sudah kaya dan terkenal. Bahkan tanpa menikah dan menjalin kontrak bisnis dnegan mereka pun Damien tetap akan hidup bersama uang-uangnya.

“Kerja sama bisnis yang dulu itu, lupakan saja, Ayah akan bicarakan hal ini juga kepada Damien,” lanjut ayah Amara lagi membuat Amara refleks menggeleng kuat.

Kemudian detik selanjutnya Amara tertegun. Bercerai dengan Damien? Itu adalah keinginannya, tetapi kenapa sekarang dia seketia menjadi bimbang.

Amara kemudian terdiam untuk waktu yang cukup lama sebelum menangguk pelan.

“Aku akan membicarakannya dnegan Damien secara langsung, jika memang tidak bisa dipertahankan, aku memang berniat untuk bercerai darinya.”

 

1
Faf Rin
setia
Faf Rin
ceritanya bagus
Wineeeee: Makasih udah berkenan baca kak😊😊😊
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Lya
Hotelnya private buat Damien?
Wineeeee: Makasih kak sebelumnya udah mampirrrr 😁 Bener kak, soalny Damien punya bisnis di bidang perhotelan. Jadi hotel itu punya dia
total 1 replies
Lya
Tapi di bab sebelumnya si Amara kan masak?
Wineeeee: Amara ga pandai masak, Damien yang jagoo /Joyful/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!