Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Kota Batu
Satu jam berlalu, dan kini Lin Tian sudah sampai di depan sebuah gerbang yang diatasnya bertuliskan 'Kota Batu'. Dari jarak lima ratus meter, pemuda ini menghentikan larinya dan berjalan biasa menuju pintu gerbang kota tersebut.
Terlihat banyak sekali orang keluar masuk kota silih berganti, baik orang-orang biasa, para pedagang, atau bahkan tak jarang terlihat pula para pendekar.
Ketika Lin Tian mendekati gerbang itu, ia langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Pasalnya pakaian yang digunakan Lin Tian bisa dibilang sangat 'primitif' dan ketinggalan jaman, bahkan tak jarang pula orang yang sengaja mengeraskan suara tawanya dan tak henti-hentinya mengeluarkan perkataan mencela Lin Tian.
Lin Tian bukannya tidak menyadari hal ini, tetapi dia lebih memilih untuk tidak menghiraukannya dan tetap berjalan. Mungkin juga akibat terlalu lama tinggal di puncak gunung, pemuda ini menjadi lebih dingin dan cuek daripada yang dulu.
Ketika melewati pos jaga, tidak ada satupun penjaga gerbang yang berniat menghentikannya, mereka malah sibuk tertawa dan mencemooh Lin Tian sambil menunjuk-nunjuk kearah mukanya.
"Bwahahaha mau apa gembel satu ini datang ke kota?"
"Hei, dia bukan gembel!! bisa jadi dia ini adalah salah satu orang dari suku pedalaman yang kehilangan arah dan lupa jalan pulang. Hahahah...."
Terdengar dua orang penjaga yang asyik mencela Lin Tian, namun sama seperti tadi, pemudai ini tak ambil peduli dan tetap terus melangkah.
"Sungguh sembrono". Pikir Lin Tian. Maksudnya adalah para penjaga disana terlalu merendahkan orang hanya dari melihat penampilannya. Apa mereka ini tidak tau jika kebanyakan seorang pendekar kuat itu tidak ingin terlalu menonjolkan diri?. Apa jadinya kalau Lin Tian itu seorang pendekar golongan hitam dan tak terima atas perlakuan mereka?. Tentu saja nyawa mereka pasti sudah melayang saat ini.
Juga, selain merendahkan Lin Tian, tidak ada satupun dari penjaga itu yang berniat untuk memeriksanya, padahal dia ini termasuk orang asing di kota batu ini, seharusnya mereka melakukan pemeriksaan ketat atas dirinya.
Tetapi ada yang aneh dari orang-orang itu, mereka yang terdiri dari golongan orang biasa atau pedagang terus menertawakan dan menatap Lin Tian dengan tatapan merendahkan. Namun berbeda dengan mereka yang berpakaian pendekar apalagi seorang pendekar yang sudah terlihat berumur, tidak ada satupun dari orang-orang ini yang menertawakan Lin Tian malah sebaliknya, mereka menatap pemuda ini dengan pandangan waspada.
Tiba-tiba, dari arah sebelah kanan, Lin Tian merasa ada sebuah sambaran angin yang sangat cepat menuju wajahnya. Pemuda ini hanya melirik sebentar kearah datangnya angin itu, sekali lihat tahulah ia bahwa angin itu berasal dari sebuah pukulan tenaga dalam jarak jauh.
Pemuda ini menghentikan langkahnya dan diam-diam menyalurkan tenaga dalam ke seluruh tubuhnya.
"Desss"
Angin pukulan itu lenyap seketika tepat disaat menyentuh tubuh Lin Tian. Seseorang yang telah mengirim pukulan itu nampak menampilkan ekspresi terkejut yang luar biasa.
Kemudian Lin Tian menggerakkan jempol kakinya yang tak bersepatu itu untuk menyentil kerikil kecil yang berada didekatnya.
Kerikil itu melesat cepat kearah wajah pengirim pukulan barusan. Orang itu terkejut lalu menggeser sedikit kepalanya, tapi terlambat, kerikil itu berhasil menggores kulit pipinya hingga menimbulkan darah.
"Auhhh..." Rintih orang itu menahan sakit sambil memegangi pipinya. Ternyata orang itu adalah salah satu dari penjaga gerbang kota batu, melihat dari wajahnya, mungkin dia sudah berumur empat puluh tahun. Dia tadi berada di sebelah belakang kedua orang penjaga yang sedang menertawakan Lin Tian, lebih tepatnya di dalam pos jaga gerbang tersebut.
Orang ini kembali terkejut melihat serangan Lin Tian dengan kerikil tadi, dia tak menyangka bahwa hanya dengan sentilan jempol kaki bisa menerbangkan sebuah kerikil dengan kecepatan seperti itu, saking cepatnya bahkan tak ada yang menyadari serangan itu kecuali dia sendiri dan para pendekar senior yang sedang berada disekitar tempat kejadian.
Tahulah ia sekarang jika Lin Tian bukanlah seorang sembarangan, tetapi seorang pendekar hebat. Memang tadi dia sengaja mengirim pukulan jarak jauh untuk menguji pemuda yang menurutnya sangat asing itu, karena dari awal dirinya sudah curiga bahwa identitas Lin Tian tidak sesederhana kelihatannya.
Dia bersyukur karena tidak sampai bersikap gegabah kepada pemuda itu, karena jika sampai hal itu terjadi, melihat dari serangan barusan mungkin nyawanya sudah tak tertolong lagi jika pemuda itu memang menghendaki untuk membunuhnya.
Langsung saja orang ini bangkit dari duduknya dan menghampiri Lin Tian, sambil menghormat orang ini berkata, "Tuan muda, tak disangka ternyata anda adalah seorang pendekar. Jika saya boleh tau, ada keperluan apakah tuan muda sampai datang ke kota kecil ini?"
"Sebenarnya aku tidak ada keperluan apa-apa untuk datang kesini. Aku datang ke kota ini hanya berniat untuk singgah selama beberapa hari kemudian kembali melanjutkan perjalanan. Lalu, jangan terlalu formal dan memanggilku dengan sebutan Tuan muda, paggil saja aku Lin Tian."
"Baiklah saudara Lin Tian. Bagaimana jika aku mengantarkanmu menuju ke salah satu penginapan terbaik kota ini?"
"Hmm...bukan ide yang buruk, baiklah, maaf jika aku merepotkan." Jawab Lin Tian menyetujui ajakan itu.
Akan tetapi sebelum kedua orang itu melangkahkan kaki, salah satu penjaga yang tadi menertawakan Lin Tian datang dan langsung menghampiri mereka.
"Mohon maaf ketua jika saya lancang, tetapi saya begitu penasaran kenapa anda bersikap menghormat dan merendah kepada orang aneh ini." Ucap orang itu sopan sambil menudingkan jari telunjuknya kearah Lin Tian di akhir perkataannya. Sepertinya orang tua itu bertugas sebagai ketua penjaga gerbang.
"Diam kau goblok!!" Bentak ketua penjaga sambil melayangkan pukulannya.
"Buukkk..!!" Orang itu terpental sejauh lima langkah dan jatuh terlentang di atas tanah sambil merintih kesakitan.
"Kau tak tau apa-apa, lebih baik diam dan lanjutkan tugasmu!!" Kembali orang itu membentak.
"Maafkan kesalahan anak buahku Lin Tian, lebih baik kita segera pergi." Ucap orang itu yang merasa sudah tidak nyaman karena telah menjadi pusat perhatian orang.
"Baiklah." Jawab Lin Tian kemudian mengikuti dari belakang.
*******
"Paman, mengapa kota ini bisa disebut sebagai Kota Batu, kulihat kota ini biasa-biasa saja sama seperti kota pada umumnya." Lin Tian tiba-tiba bertanya dengan heran. Pemuda ini berpikir jika kota ini akan dipenuhi dengan nuansa batu seperti rumah penduduk atau jalan kota yang terbuat dari batu. Tapi kenyataannya semua yang berada di kota ini terlihat biasa saja dan tak ada yang spesial.
"Hahaha, kau pasti orang baru, wajar jika tidak tahu akan kota ini. Kota ini diberi nama Kota Batu adalah karena penghasilan terbesar di kota ini berasal dari sebuah tambang batu yang berada di ujung barat kota. Karena itulah kota ini diberi nama sebagai Kota Batu."
Mendengar ini Lin Tian hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Kembali pemuda ini bertanya, "Paman aku ingin minta tolong padamu, sebenarnya aku ini baru saja keluar dari pengasingan di salah satu puncak gunung selama beberapa tahun. Karena itulah aku sama sekali tak tahu-menahu akan dunia ini, jadi paman, bisakah kau membantuku untuk mengetahui dunia ini, khususnya dunia persilatan??".
Ketua penjaga itu nampak terkejut, seorang yang begini muda sudah melakukan pengasingan??, begitulah pikirnya. Namun sedetik kemudian ia lalu tertawa dan menyanggupi permintaan Lin Tian.
"Hahaha...tentu saja! Tapi sebelum itu sebaiknya kau mengganti dulu pakaianmu itu agar tak dipandang aneh oleh orang yang lewat." Ujarnya sambil berhenti disalah satu toko pakaian yang berada di kota itu.
"Kemarilah, belilah baju yang kau sukai, biar aku yang bayar." Kembali orang itu berkata.
Lin Tian bukannya tidak mau untuk menuruti perkataannya, tetapi yang membuatnya bingung adalah dimana dia akan menempatkan kristal ini? Tak mungkin juga ia bawa-bawa ke dalam toko pakaian itu.
Ketua penjaga itu agaknya mengetahui kekhawatiran Lin Tian, kemudian dia berkata, "Biarkan aku yang membawa barangmu itu. Tak usah kau khawatir, aku akan menjaganya dengan baik, kau bisa percaya padaku."
"Baiklah kalau begitu. Ini ambilah." Sambil menyerahkan kristal itu Lin Tian berkata.
"Hwaaa....!!" Ketua pengawal itu terkejut dan langsung melompat mundur tatakala tangannya menyentuh bungkusan itu.
"Apa-apaan ini, dingin sekali." Sambungnya sambil mengelus telapak tangannya yang terasa linu akibat kedinginan menyentuh bungkusan kristal itu.
"Hah??" Sekarang giliran Lin Tian yang terkejut sekaligus bingung.
|•BERSAMBUNG•|