Else, gadis yatim piatu yang mendapatkan pelecehan dan berusaha membela diri yang membuatnya harus mendekam di penjara.
Namun, Else mendapatkan penawaran jika ingin bebas dari tuntutan dan dihapus semua catatan hukumnya.
Else harus bersedia menjadi istri palsu dari anak tertua keluarga Duke.
Apakah Else akan menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setengah Sadar
Hugo masih meminum wine dengan santai dari tangannya yang membuat Kara jadi kesal.
"Kita sudah lama tidak bertemu dan aku tidak mau kita bertengkar," ucap Kara mencoba menahan emosi.
"Ini hari pernikahanku mana mungkin aku mau bertengkar," balas Hugo seraya berjalan mendekati Else.
Lelaki itu mengambil alih Else untuk bergantian berdansa dengannya.
"Tunjukkan kemampuan ciumanmu!" perintah Hugo di sana.
Else jadi gelagapan, dia tidak mau ciuman dilihat banyak orang.
Namun, tentu saja Else tidak bisa menolak perintah karena tugasnya menjadi kucing penurut.
Hugo benar-benar mencium Else sambil berdansa di sana.
Bahkan ciuman kali ini lebih intens dan menggebu-gebu.
"Bagus," komentar Hugo saat ciuman mereka terlepas.
Hugo bisa melihat dengan jelas gurat kesedihan di wajah Else, bukan wajah malu seperti biasanya.
Siapa yang tidak sedih kalau dia merasa menjadi perempuan sebagai pancingan rasa cemburu.
Else sadar jika Hugo sengaja menciumnya untuk memancing rasa cemburu pada Kara.
"Aku ingin minum dulu," ucap Else seraya berjalan ke arah meja minuman.
Perempuan itu mengambil segelas wine dan langsung meminumnya.
"Akh!" pekik Else karena tidak terbiasa dengan rasa minuman seperti itu.
Bersamaan dengan itu, Laura datang mendekati Else.
"Kak Else..." panggil Laura bersahabat. "Bagaimana kalau kita melakukan girls time!"
"Girls time?" Else tidak mengerti.
"Seperti tea party, hanya ada wanita saja," jelas Laura.
Else masih tidak mengerti tapi dia juga tidak mau dianggap bodoh. Dia hanya belum mengenal kebiasaan orang-orang kalangan atas.
"Baiklah," Else setuju karena akan mendapatkan teh berkualitas tinggi.
Benar seperti yang dikatakan oleh Laura, di satu meja ada sekumpulan beberapa wanita yang tengah menunggu Else.
Dan yang paling membuat Else terkejut salah satunya adalah Kara.
"Inilah pemeran utama kita hari ini, Else Hogward Duke!"
Laura memperkenalkan Else pada para wanita di sana.
"Duduklah, kak Else!"
Dengan canggung Else duduk di sana, dia tidak pernah ikut perkumpulan sosialita dan sepertinya Else memang tidak akan cocok dengan mereka.
"Hallo," ucap Else menyapa supaya tidak dikira sombong.
Para wanita di sana sangat tertarik dengan Else yang tiba-tiba bisa menikahi Hugo.
"Bagaimana Anda bisa mengenal Hugo?"
Pertanyaan yang sudah pasti akan dipertanyakan banyak orang.
Saat Else akan menjawabnya, tiba-tiba saja Kara menyela.
"Tidak, bukan pertanyaan itu yang harus kau jawab. Tapi, kenapa kau mau menerima tawaran pernikahan dengan Hugo?" tanya Kara.
Walaupun Kara bertanya dengan nada lembut, tetap saja pertanyaan wanita itu sangat mengintimidasi Else.
"Tawaran pernikahan?" Else tidak mau terlihat lemah dan cengeng.
"Kenapa Anda bertanya seperti itu, Nona?"
Else membalik pertanyaan, dia mengambil cangkir teh yang ada di depannya lalu meminumnya dengan perlahan.
"Aku menikah dengan suamiku tentu saja karena kami saling mencintai, apa Anda tidak melihat tadi?"
"Ciuman kita sangat cocok dan membara. Belum tentu semua pasangan bisa melakukan ciuman seperti itu!"
"Tempel dan buka lalu lidah kita saling bertautan di dalam mulut menimbulkan suara-suara decapan yang mesra!"
Else meletakkan cangkir tehnya kembali. "Ah, aku jadi merindukan suamiku!"
"Maaf pada ladies, aku harus mencari suamiku karena aku tidak bisa jauh darinya!"
Else pergi begitu saja karena dia sudah cukup berkata panjang lebar di sana.
Di bawah meja, Kara hanya bisa mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.
"Bukankah istri Hugo sangat keren!"
Komentar salah satu ladies di sana dan Laura ikut menimpali.
"Aku akan belajar dari kak Else nanti," ucap Laura.
Kara menatap perempuan itu dengan tajam. "Kita harus bicara!"
Tidak menolak, Laura mengikuti langkah kaki Kara yang membawanya ke tempat sepi.
Kara langsung melampiaskan semuanya pada Laura.
"Apa-apaan ini?" kesal Kara.
"Aku sangat terkejut saat mendapat undangan pernikahan Hugo, aku sampai harus mengatur jadwal untuk kemari!"
Laura menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir. "Itulah kesalahanmu, kau terlalu berambisi pada karirmu sendiri!"
"Kau sangat tahu bagaimana perjuanganku selama ini, aku tidak ingin melepas karir hanya karena ingin menikah," Kara masih saja keras kepala.
"Artinya kau sudah siap menanggung konsekuensinya, kak Hugo akhirnya memilih wanita lain," balas Laura.
"Tidak, aku tahu bagaimana Hugo selama ini. Pasti ada sesuatu yang membuatnya melakukan pernikahan ini," ucap Kara seraya menatap Laura penuh selidik. "Kau pasti tahu, 'kan?"
Laura menghembuskan nafasnya kasar. "Aku hamil jadi kak Hugo harus cepat menikah karena Riftan tidak akan pernah bisa menikahiku kalau kakaknya tidak menikah duluan!"
"Kau sangat tahu itu, Kara!"
"Apa? Hamil?" Kara merasa terkejut mendengarnya.
"Kau sengaja hamil, 'kan!"
"Kami melakukannya atas suka sama suka dan aku tidak berniat menggugurkan bayi ini jadi mengertilah kalau kau sudah terlambat," sahut Laura seraya pergi. Dia tidak mau bicara terlalu banyak.
*
*
Saat pesta selesai, Else kembali duluan ke mansion keluarga Duke. Dia kehilangan banyak energi dan ingin cepat tidur.
"Kakak ipar..."
Panggil Lowell ketika berpapasan dengan Else.
"Kau sudah pulang?" tanya Else.
"Aku tidak suka pesta," jawab Lowell seraya memberikan beberapa batang cokelat pada perempuan itu.
"Makanlah cokelat-cokelat ini!"
"Wah," Else menerimanya dengan senang hati.
"Terima kasih!"
Else segera berjalan ke arah kamarnya tapi dia tidak bisa melepas gaun pengantin yang dia pakai.
Para pelayan di mansion masih sibuk di pesta jadi tidak ada yang bisa membantunya.
Terpaksa Else tetap memakai gaun pengantin itu sambil tertidur di sofa.
Hari sudah menjelang larut malam, Else terjaga dan masih merasa keberatan dengan gaun pengantinnya.
"Apa tuan Hugo belum pulang?" gumam Else.
Hanya lelaki itu yang bisa dia mintai tolong.
Sepertinya Hugo memang berumur panjang karena tak lama lelaki itu masuk ke dalam kamar.
"Sayang..." panggil Else.
"Tolong bantu aku melepas gaun ini!"
Else membalik badan supaya Hugo bisa menarik resleting gaun bagian belakang.
Perempuan itu mencium bau alkohol saat Hugo mendekat pasti sang suami sedang mabuk.
Perlahan resleting gaun pengantin ditarik ke bawah oleh Hugo.
Dia bisa melihat dengan jelas punggung putih dan mulus Else, dia tidak kuasa untuk tidak menciumnya.
Else tidak menggunakan bra jadi membuat badannya merinding.
"Kara, kenapa kau meninggalkan aku sendirian?" gumam Hugo setengah sadar.
Jantung Else berdebar karena Hugo mengira dirinya adalah Kara.
"Aku akan membuatmu tidak akan meninggalkan aku lagi!"
Hugo yang gelap mata langsung mengangkat tubuh Else untuk naik ke atas ranjang.
"Bersiaplah, kita akan menghabiskan malam yang panjang!"
Jujur saja Else sangat takut, dia rasanya ingin berlari dari kamar itu tapi tidak mungkin karena semua orang menganggap mereka sudah menikah.
"Sayang, ini aku Else. Aku bukan Kara," ucap Else berusaha membuat Hugo sadar.
Hugo memandangi wajah yang berada di bawahnya, benar saja wajah itu bukan wajah Kara tapi wajah istri palsunya.
"Else..." panggil Hugo.
"Iya benar aku Else, pasti kau sekarang tidak bernafsu padaku jadi biarkan aku pergi," ucap Else masih membujuk.
Tapi, Hugo justru tertawa di sana.
"Bukankah ini adalah malam pertama kita?"
lalu kenapa else sebagai orang luar merasakan manis,apa sekarang else mengandung keturunan duke 🤔 .