Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KERINDUAN YANG BERKARAT
Dua netra yang berbeda itu saling tatap. Memendar kerinduan yang dalam dari keduanya. Luein dan Deon ingin sekali melepas kerinduan mereka. Tetapi, seakan mengerti keduanya menahan semua itu.
Perbincangan bisnis dimulai. Di sini, Deon melihat betapa cakapnya sang putri mempresentasikan bisnis yang menjanjikan jika kerjasama terjadi. Deon begitu puas melihat hasil review Lueina yang begitu terarah ke depannya. Deon tersenyum, membaca berkas di tangannya.
"Perbaiki tanda baca, dan hilangkan beberapa kalimat yang tak perlu," Deon mengkritik cara kepenulisan sang putri.
Luein mengucap terima kasih atas kritikan itu. Bahkan, Deon menandai mana saja tulisan dan tanda baca yang mesti diperbaiki.
"Nona Philips adalah pekerja magang. Jadi maafkan jika dia banyak melakukan kesalahan di sana-sini," ujar Alex meminta maaf atas kekurangan yang dimiliki pekerjanya.
"Saya malah senang. Jangan khawatir, dia baru berapa hari kerja kan. Biar dia belajar dari kritikan yang diberikan padanya," jelas Deon menatap bangga pada Luein.
Hati gadis itu berbunga. Baru kali ini dia mendapatkan sanjungan langsung dari ayahnya. Melihat secara langsung mata bangga yang dipancarkan ayahnya.
Makan siang tersaji. Semuanya makan dengan nikmat dan tenang. Luien merasa ingin pergi ke toilet.
"Maaf, saya ingin ke ruang kecil sebentar," ujarnya minta ijin.
Adrian mengijinkannya. Gadis itu sedikit tergesa karena kantung kemihnya sudah penuh dan harus dibuang saat itu juga. Usai membuang air yang menumpuk di kantung kemihnya. Ia sedikit merapikan penampilannya.
Ketika keluar dari bilik. Ia mendapati ayahnya ada di sana. Lagi-lagi keduanya saling tatap. Deon merentangkan kedua tangannya. Luein berjalan perlahan menuju pria yang menatapnya dengan segudang kerinduan.
Deon tak sabar. Ia pun menarik tubuh kurus putrinya. Menenggelamkan dalam dekapan hangatnya. Luein mulai menangis begitu juga Deon.
"Daddy ... Daddy ...!" panggil gadis itu memeluk erat ayahnya.
Deon mengecup pucuk kepala putrinya berkali-kali. Hatinya begitu sedih mendapati tubuh kurus putrinya. Ia seperti memeluk sang istri, Ludwina yang juga begitu kurus.
"Sayang, pulanglah, Nak," pinta Deon menghiba.
Luein menggeleng. Ia belum siap dengan semuanya.
"Pulang lah. Louis sudah meninggal dunia," terang Deon dengan nada berat.
Lueina mengurai pelukannya. Ia menatap wajah ayahnya yang begitu terpukul mengabarkan hal itu.
"Louis sudah tiada?" tanya Luein tak percaya..
"Iya, sayang," jawab Deon sambil mengangguk kuat.
Luein terbengong. Saudara kembarnya sudah tiada dan ia tak merasakan apa pun tentang kepergian Louis. Kebencian membuat kepekaannya terhadap saudara satu ari-arinya itu hilang.
"Kenapa dan kapan dia meninggal, Dad?" tanya Luein dengan tatapan kosong.
"Pulanglah, Nak. Kami akan menceritakan semua. Apa kau tak merindukan Ibumu?' tanya Deon hati-hati.
Luein terkisap mendengar kata ibu di sana. Wanita yang membuat alasan gadis itu pergi dari rumah. Bahkan wanita itu juga yang memutus semua ikatan batin itu pada saudaranya.
"Sayang, Daddy mohon, pulang lah," pinta Deon lagi memohon.
Luein menatap mata biru itu yang begitu memohon padanya. Gadis itu mengangguk.
"Aku akan datang besok, karena hari ini, aku mesti ke kampus untuk memberi laporan catatan dan meminta tanda tangan pada dosen pembimbing," ujar Luien menjelaskan.
Deon mengangguk. Ia akan menuruti apa saja kemauan anak gadisnya itu. Bahkan mendukung apa pun keputusannya.
Luein lebih dulu keluar dari belakang. Deon akan menyusul belakangan. Adrian sangat kesal menatap pekerja magangnya itu.
"Lama sekali kau di toilet?" tanyanya gusar.
"Kau bertelur di sana?" tuduhnya lagi.
Luein acuh tak menimpali perkataan atasannya itu Hal itu membuat pria bermata amber itu menjadi lebih kesal. Ia baru saja hendak menyemprot Luein dengan kata-katanya. Tetapi.
"Maaf, saya agak lama. Ternyata mengeluarkan sesuatu dari tubuh kita itu butuh konsentrasi tinggi."
Deon datang dengan wajah menyesal karena meninggalkan koleganya sedikit lebih lama. Tentu saja, apa yang dikatakannya itu bohong.
Setelah menjalin kesepakatan dan tanda tangan kerja sama pun telah dilakukan. Kelima pria tampan itu saling berjabat tangan. Luein menatap pria yang ada di sebelah ayahnya itu.
Gadis itu mengernyit, mengingat pria yang ketampanannya tak jauh beda dengan tiga pria atasannya.
Diana hanya diam mengamati dari tadi. Juga merasa tak asing dengan pria di sebelah ayah sahabatnya itu.
Kini kelima orang itu telah ada di mobil dan kembali ke perusahaan. Akan ada bonus untuk keduanya karena telah meyakinkan kolega penting menjalin kerjasama. Diana sangat senang. Ia akan memakai bonusnya untuk kembali membawa ibunya ke rumah sakit.
Sebagai peserta magang. Bonus harus diberikan saat itu juga. Upah mereka tetap dibayar akhir bulan.
"Ah, ya bonus kalian saya akan berikan tidak full. Kan kalian hanya magang," ujar Adrian dengan begitu arogan.
Luein tidak begitu menimpali tetapi berbeda dengan Diana. Bayangannya untuk membawa sang ibu ke rumah sakit untuk medical cek up pun musnah.
Adrian memberi kode pada Victor. Dengan senyum jahil pria itu mengangguk dan mengeluarkan dompetnya. Lima lembar uang sepuluh dolar ia keluarkan.
"Ini, bagi lah," ujarnya sambil menyerahkan uang itu di atas meja.
"Ha ... hanya segini?" tanya Diana dengan suara tercekat.
"Ya, memang segitu bagian kalian. Nama, kalian tidak ada di serikat kerja, jadi bonus yang kalian dapat pun tidak sama dengan pekerja sungguhan," tandas Victor dengan nada penuh kemenangan. Ia membalas perkataan Diana tadi ketika masuk kerja.
Alex hanya menggeleng kepala. Ia sangat yakin jika kedua pria ini hanya mengusili dua gadis cantik. Luein memang tidak begitu peduli dengan bonus dan segala hal. Ia hanya ingin laporannya kali ini membuat nilainya bertambah.
Diana mengusap matanya kasar. Ia mengambil uang itu dan ketika menyerahkan sebagian uang itu ke Luien.
"Eliz, bisa kau pinjamkan aku semua uang ini?' pintanya sambil menahan suara tangisnya. "Jika bisa pinjamkan aku dua ratus dolar saja."
Luein menatap sahabatnya. Ia sangat tahu untuk apa Diana meminjam uangnya. Ia pun mengangguk.
"Hei untuk apa kau meminjam uang sahabat mu, apa kau yakin bisa membayarnya?' tanya Adrian berseloroh setengah menghina gadis itu. "Kau juga tak tahu berapa bayaranmu!'
Victor terkekeh karena merasa lucu. Sedang Alex tidak menyukai cara bercanda adiknya yang sudah keterlaluan itu.
Diana tiba-tiba menangis. Hal itu membuat kekehan Victor dan Adrian terhenti. Luein memeluk sahabatnya erat.
"Kau tak perlu membayarnya. Jangan kau pikirkan itu. oke," ujar Luien menenangkan sahabatnya.
"Aku begitu banyak menyusahkanmu. Aku tak tahu berapa banyak utangku," cicit Diana begitu sesak.
Luien menatap nyalang dua pria tak berperasaan itu. Victor begitu menyesal telah mengatakan sesuatu yang membuat gadis idamannya menangis. Sedang Adrian juga merasa bersalah. Mestinya ia tak bercanda berlebihan. Alex hanya menghela napas berat. Jika sudah begini, ia lah yang turun tangan.
"Sudah, jangan dengarkan dua pria konyol itu. Mereka tidak benar-benar mengatakan hal sekeji itu," jelasnya sambil melirik dua pria yang kini berwajah menyesal.
"Vic, serahkan bonus yang memang harus keduanya dapatkan!" titah Alex tegas.
"Ba-baik Tuan!" ujarnya tergagap.
Victor langsung mentransfer uang bonus yang memang harus Diana dan Luien dapat kan. Tentu saja, pria itu tau berapa nomor rekening pegawai magangnya. Semua data karyawan ada di tablet yang ia pegang.
"Maafkan kedua adikku, ya," pinta Alex tulus pada Diana dan Luein.
Melihat dua wajah yang penuh penyesalan dan permintaan maaf tulus dari seorang kakak untuk adik-adiknya yang nakal, membuat hati Luien menghangat. Diana mengangguk dan mengusap air matanya.
"Iya, Tuan. Maaf, saya sedikit emosional tadi," ujarnya masih sedikit sesengukan.
Alex tersenyum melihat kepolosan gadis yang disukai oleh Victor ini. Netra hijau itu kini berpaling menatap Luien. Jantung gadis itu tiba-tiba berdegup kencang.
Bersambung.
eit ... eit ... kenapa kamu deg deg ser ngeliat Alex, Luien?
next