Sean Ronald Javindra, putra ketiga Eriel dan Edna ditugaskan daddynya ke Surabaya. Tas kecil satu satunya yang dia bawa tertinggal di toilet bandara. Untung dia sudah melewati bagian imigrasi.
"Sial," makinya kesal. Dia jadi ngga bisa menghubungi keluarga dan teman temannya, kaena ponselnya berada di dalam tas kecil itu.
Dia dengan sombong sudah menolak semua fasilitas daddynya karena ingin jadi orang biasa sebentar saja.
"Emang lo udah siap nerima hinaan?" cela Quin saat mengantarkannya ke bandara beberapa jam yang lalu.
"Yakin naek pesawat ekonomi?" ejek Theo mencibir.
"Jangan banyak protes ntar," sambung Deva dengan wajah mencelanya.
Sean malah terkekeh, menganggap enteng semua perkataan mereka.
Sekarang dia baru rasakan apesnya. Kaki panjangnya terasa pegal karena terpaksa di tekuk. Duduknya yang ngga bisa bebas karena kursinya berderet untuk tiga orang. Belum lagi tangis bocil yang ngga berhenti di depannya.
Rasanya saat itu kemarahan Sean mau meledak,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar nona muda
Sean sedang memeriksa mobil yang nantinya akan digunakannya untuk mengantar Ariella dengan teliti.
Kata kata daddynya membuat dia lebih meningkatkan kewaspadaannya.
Syukurlah dia tidak menemukan yang aneh aneh di mobil gadis itu.
"Sarapan, tuan Javin."
Bik Rara mengantarkannya sarapan, nasi goreng full sosis dan segelas susu coklat.
"Bisa obesitas, aku, ntar kalo tiap hari makannya begini, bik," kekeh Sean saat menerimanya.
"Oooh, biasanya tuan Javin sarapan apa?" tanya Bik Rara jadi merasa bersalah.
"Atau tuan Javin mau susu coklatnya diganti kopi?" Memang biasanya supir supir di rumahnya hanya diberikan secangkir kopi. Hanya saja terhadap Sean, Bik Rara ngga tega.
"Ngga apa apa, bik Rara. Asal jangan tiap hari begini, ya... Besok aku dibuatin sandwich aja sama teh manis," pintanya mulai mengaduk nasi gorengannya.
"Sosis bakar aja juga ngga apa besoknya lagi, minumnya kopi, bik," ucap Sean lagi.
"Oh iya, tuan muda." bik Rara mengingat semua yang dikatakan Sean.
Dia tersenyum melihat laki laki muda yamg tampan itu mulai makan dengan lahap.
Pakaian yang dia gunakan sebagai supir sama sekali ngga cocok. Malah lebih mirip bos perusahaan besar. Bik Rara terkagum kagum sejak tadi.
Gayanya memang songong dan kurang ajar, tapi dia terlihat baik dan sopan, puji Bik Rara dalam hati.
Kalo nonanya ngga tertarik, banyak art muda yang sudah mulai kegatalan dengan Sean.
Sayang ngga punya anak perempuan, batin Bik Rara penuh sesal.
Sean baru saja menghabiskan susu coklatnya ketika mendengar ketukan halus dari sepasang heels yang mendekat.
"Antar aku ke perusahaan," ucap Ariella setelah sempat terpaku melihat dandanan Sean.
Laki laki ini hanya mengenakan kemeja hitam dan celana panjang hitam. Tapi looksnya bisa awkard banget.
Apalagi saat mereka bertatapan. Ariella merasa sepasang mata itu terlalu tajam menatapnya hingga membuatnya salah tingkah.
DEG DEG
Jantungnya berdetak ngga normal.
Gila! Dia seorang nona muda! Masa harus naksir supir....
Kebalik harusnya! Supir yang naksir dirinya!
"Oke."
Sean bangkit setelah meletakkan cangkirnya di atas meja.
"Makasih, Bik Rara."
"Sama sama, tuan muda."
Eh, tuan muda? Ariella hampir memprotes panggilan itu, tapi baik bik Rara maupun Javin terlihat santai saja
Terutama supirnya ini, si Javin.
Dia kelihatan biasa aja dipanggil tuan muda. Seakan akan sudah terbiasa.
Siapa dia sebenarnya? batin Ariella penuh tanya. Dia mengikuti langkah Javin.
Dan yang tidak dia sangka sangka, Javin membukakan pintu mobil untuknya.
Walaupun harusnya dia merasa biasa saja, tapi kalo Javin yang melakukannya, Ariella merasa sangat diratukan.
Aneh, Ariella merasa dia sudah ngga waras.
Sean alias Javin sudah menghapal trik trik supir di rumahnya.
Semuanya melakukan ini.
Tanpa kata Sean menjalankan mobilnya perlahan meninggalkan halaman rumah Ariella.
Tanpa dia sadari kakek gadis itu mengawasinya dari ruang kerjanya.
"Tadi malam kamu mengintip, ya," ucap Ariella seakan minta klarifikasi atas kata kata kakeknya.
Sean tersenyum.
"Aku bahkan menggendongmu sampai ke kamar. Lumayan berat, sih."
Wajah Ariella memerah.
Enak aja berat
"Itu kesalahan," ketus Ariella menyembunyikan perasaan malunya yang sudah menyebar di seluruh wajahnya.
"Aku hanya khawatir kamu tenggelam dan digigit nyamuk. Tapi okelah, besok akan aku biarkan saja," kekeh Sean cuek. Dia melirik spion tengah mobilnya dan dapat melihat rona merah di wajah hingga ke telinga gadis itu.
Ariella mendengus dan saat netra mereka bertatapan, Ariella mengalihkannya dengan cepat.
"Apa kamu sering begitu? Berenang tengah malam dan tidur di luaran?"
"Bukan urusanmu," decih Ariella tambah malu. Soal berenang tengah malam memang sering dia lakukan, tapi kalo ketiduran, baru tadi malam.
Ariella hanya berencana beristirahat sebentar, mengendurkan semua saraf di dalam kepalanya atas kejadian hari ini yang sangat melelahkan.
Tapi dia kebablasan sampai tertidur nyenyak.
Bahkan sampai supirnya menggendong pun dia ngga sadar.
"Waktu aku gendong, kamu ngga protes," ganggu Sean lagi.
"Mana bisa orang tidur protes," sanggahnya cepat.
"Kamu sempat terjaga dan memeluk leherku lebih erat," ledek Sean lagi. Memang itu yang sebenarnya terjadi, dia hanya ingin gadis itu tau juga.
"Nggak mungkin. Ngaco," bantahnya ngga terima.
Masa? Ariella beneran ngga ingat.
"Laen kali akan aku rekam."
Ariella merengut kesal.
Mendadak dia teringat pakaiannya yang sudah berganti ketika bangun di pagi harinya.
Dia pikir Bik Rara yang melakukannya. Tapi dia ngga nyangka ada kejadian ini sebelumnya.
"Em... Bukan kamu, kan, yang mengganti pakaianku...?" tanyanya ragu.
"Bikini maksudnya?" ledek Sean lagi.
BUG
Saking gemasnya, Ariella memukul pundak Sean membuat laki laki ini tergelak.
"Katakan yang sebenarnya," gemas Ariella hampir berteriak.
Tawa laki laki ini sangat menjengkelkan.
Dia menunggu jawaban dengan jantung yang berdebar sangat cepat.
"Oke, oke, tenanglah. Aku ini pria sejati. Aku ngga akan melakukan apa pun pada perempuan yang sedang pingsan."
Ariella jadi tenang mendengarnya
Syukurlah, batinnya.
"Jadi, siapa yang meng... mengganti pakaianku?" tanyanya masih diliputi rasa penasaran.
"Bikini maksudnya?" ralat Sean meledek lagi.
"IYA!" sahut Ariella kasar saking malunya.
Sean tergelak lagi.
"Ngapain kamu marah? Malu, ya?" sambung Sean ngga lelah menggoda Ariella.
"Mau dipecat?!" ancam Ariella yang sudah kehilangan kata saking mangkelnya.
Sean malah terbahak membuat Ariella mengomel sendiri.
"Dasar supir kurang ajar."
"Harusnya kamu bangga. Kamu gadis paling seksi yang pernah aku lihat," jawab Sean setelah tawanya mereda.
Ariella terpana, ngga menyangka jawaban seperti itu yang akan dia dengar.
Keduanya saling tatap di kaca spion tengah mobil.
Tapi sesaat kemudian Sean terpaksa menghentikan mobilnya secara tiba tiba. Jalanan yang cukup rawan karena sepi. Hanya satu dua saja kendaraan yang lewat.
"Aauw...." Kepala Ariella terdorong ke depan, menabrak sandaran kursi di depannya.
"Kamu ngga apa apa?" tanya Sean khawatir.
"Lumayan sakit. Mereka siapa?" Ariella memijat keningnya.
"Entahlah. Aku ngga punya musuh. Mungkin dia mengincarmu?"
Ariella terdiam.
Om Idrus? batinnya menuduh. Siapa lagi yang menginginkan kematiannya dan papanya selain omnya yang gila itu.
"Kamu bisa menghadapi mereka?" Ariella sempat melirik ke arah belakang mobilnya.
Om Giri dimana?
Yang ada hanya sebuah mobil yang juga sedang mengurung mobil mereka.
"Tergantung....," jawab Sean santai.
"Tergantung apa?"
"Bayarannya."
"Dasar supir matre!" dengus Ariella.
"Nggak hanya perempuan yang wajib matre. Laki laki juga. Apalagi hanya supir," jawab Sean kalem.
Kembali Ariella.mendengus sebal.
Tapi bagaimana lagi. Pengawal Om Giri belum terlihat.
"Seratus juta."
"Setuju. Tunggulah di mobil saja." Sean langsung keluar.
"Hati hati," ucapnya tetap khawatir akan keselamatan Javin dan juga dirinya.
Orang orang yang menghadang mobilnya terlalu banyak.
Apa dia sanggup?
"Perhatikan hanya aku saja," sahut Sean sambil mengedipkan sebelah matanya.
Ariella.menatap nanar.
Biar supirnya tengil, kurang ajar dan matre, Ariella ngga tega melihatnya sampai babak belur.
DinDut Itu Pacarku ngasih Iklan
rumahku perbatasan gersik lamongan ...
😁😁