Liu Bai, dianggap sebagai pemuda tak berguna oleh semua orang karena dia tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan dengan pemuda se generasi nya, tingkah lakunya yang terkadang konyol serta selalu membuat marah orang lain membuatnya semakin di kucilkan.
Suatu hari Liu Bai tidak sengaja bertemu dengan kultivator yang terluka parah, sebelum kultivator itu meninggal, dia sempat memberikan seluruh kekuatan dan keahliannya kepada Liu Bai, dengan mendapatkan warisan besar serta metode dan keahlian dari sosok tersebut, akhirnya Liu Bai memiliki kemampuan untuk bersaing dengan para pemuda se generasi nya, namun perjalanan Liu Bai terus berlanjut demi memberantas kekuatan jahat, apakah perjalanan Liu Bai akan berhasil, mari kita ikuti bersama petualangan Liu Bai yang berjudul, Penguasa Angin Benua Timur, selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan malam
“Sejak kemunculan mereka yang ingin membunuhmu serta pamanmu, Kota Yan tidak dalam situasi aman, para warga memang terlihat tenang dan damai karena tidak ada yang memberitahu mereka jika Kota sedang terancam, Sekte Bulan Emas dan Sekte Pedang Matahari sudah membentuk kerjasama, walau demikian kami merasa itu tidak akan cukup, kecuali Sekte Lentera Lotus bisa diajak bergabung, namun sepertinya itu mustahil,” kata Xiu Lei dengan wajah lesu.
Liu Bai juga tenggelam dengan pemikirannya setelah mendengar situasinya, dia berpikir mungkin semuanya tidak terjadi andai dirinya dan pamannya tidak tinggal di Kota Yan, dan Penduduk Kota Yan tidak perlu berada di situasi seperti saat ini.
“Sepertinya walau aku pergi sekalipun, mereka tidak akan melepaskan Kota Yan, pastinya mereka akan menganggap penduduk kota mengetahui keberadaanku dan membantu merahasiakannya, terlebih lagi Sekte kalian berdua juga ikut terancam!” kata Liu Bai.
“Mungkin saja, karena beberapa orang yang mengetahui Organisasi itu sudah menceritakan jika sebenarnya Organisasi Hantu ini sangatlah kejam, kami masih cukup beruntung kemarin karena tidak ada korban yang meninggal, namun untuk yang berikutnya, aku tidak yakin.”
“Jika mereka memang tetap ingin menghancurkan Sekte-sekte serta penduduk Kota Yan, sepertinya aku akan tetap berada disini berjuang bersama kalian,” kata Liu Bai.
Xiu Lei menatap Liu Bai dan mengingat kembali cara Liu Bai menangkap serangannya hanya dengan menggunakan dua jari, hal itu yang membuat Xiu Lei penasaran, padahal serangannya mengandung Qi yang bisa membunuh seseorang yang berada di tahap Pemula tingkat satu, sedangkan sepengetahuan Xiu Lei, Liu Bai tidak bisa mengumpulkan Qi dan tidak memiliki kemampuan apapun.
“Kamu masih memiliki hutang penjelasan kepadaku, apakah kamu lupa?” tanya Xiu Lei.
“Ah, mengenai hal itu..!”
Liu Bai tidak memiliki pilihan selain menceritakan pengalamannya kepada Xiu Lei jika dirinya sudah memiliki seorang guru yang bersedia melatihnya, namun Liu Bai tidak menceritakan secara keseluruhan.
Xiu Lei memperhatikan Liu Bai dengan seksama sekaligus memeriksa kemampuan Liu Bai, namun dia sama sekali tidak dapat merasakan kekuatan yang di miliki oleh Liu Bai. Xiu Lei beranggapan jika Liu Bai berbohong, namun saat mengingat Liu Bai yang mampu menahan serangannya, Xiu Lei jadi bingung mau percaya atau tidak atas cerita yang Liu Bai sampaikan.
“Hari sudah malam, kalau kamu ingin menemui paman Liu, sebaiknya besok pagi saja, karena malam ini Sekte Pedang Matahari sudah menutup pintu sekaligus bersiaga penuh!” kata Xiu Lei.
“Hem! Apakah benar-benar tidak bisa pergi kesana saat malam?” tanya Liu Bai.
Xiu Lei menggelengkan kepalanya seraya menjawab, “Tidak bisa! Orang luar tidak di izinkan untuk berkunjung malam-malam, walaupun itu adalah dirimu sekalipun yang memiliki hubungan dengan Paman Liu, namun Sekte Pedang Matahari maupun Bulan Emas telah mengumumkan aturan tersebut.”
“Begitu, sepertinya memang tidak memiliki pilihan lain selain pergi kesana besok!” ucap Liu Bai.
“Kalau begitu aku pulang dulu, nanti akan ada orang yang akan mengantarkan makanan untuk mu,” kata Xiu Lei.
“Kamu mau pulang?” tanya Liu Bai dengan heran.
“Iya, ini sudah sangat malam, memangnya kenapa?” tanya Xiu Lei.
“Aku pikir kamu bermalam disini,” jawab Liu Bai.
Xiu Lei terkejut seraya menatap Liu Bai dengan ekspresi aneh seraya berkata, “Apa yang membuatmu berpikir aku akan menginap disini menemanimu? Apakah sekarang otakmu menjadi kotor setelah menghilang selama empat bulan?”
Liu Bai terkejut karena dia sendiri tidak sadar mengatakan hal seperti itu, “Bukan seperti itu, maksudku…!”
“Sudahlah, buang keinginan mesum mu itu, jangan sampai Mei Yin mengetahui masalah ini, aku tidak mau dia salah sangka jika mengetahui kamu berniat mesum padaku,” kata Xiu Lei lalu seraya pergi meninggalkan Liu Bai yang masih bengong.
“Aku sama sekali tidak memiliki pemikiran seperti itu!” gumam Liu Bai seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan perasaan yang serba salah.
Liu Bai memijat keningnya yang berdenyut keras, dia sedikit merasa sakit kepala tanpa tahu penyebabnya, dan Aura Kematian secara samar-samar mulai merembes keluar, hal itu sama sekali tidak di sadari oleh Liu Bai, dan ketika beberapa lama, barulah dia melihat aura merah yang samar-samar keluar dari dalam tubuhnya.
“Apakah ini efek dari bentrokan antara Energi Putih dan Hitam di dalam tubuhku?” batin Liu Bai dan dia buru-buru duduk bersila untuk menarik kembali Aura Kematian yang keluar dengan sendirinya.
Butuh waktu satu jam bagi Liu Bai untuk menstabilkan Energi Hitam agar tidak saling bentrok dengan Aura Putih, namun semuanya itu sangat sulit, walau berhasil menekan Aura Kematian nya, namun dia belum bisa mendamaikan kedua energi yang berada di dalam tubuhnya.
Saat baru selesai menekan Aura Kematian nya, tiba-tiba saja di langit malam, bola cahaya menyala menerangi Kota Yan, Liu Bai membuka matanya dan segera pergi keluar untuk melihat cahaya tersebut, dia melihat cahaya putih terang dari arah utara, terlihat lokasi cahaya itu agak jauh, namun Liu Bai merasa jika itu adalah sebuah tanda untuk memberitahu sesuatu.
“Liu Bai!”
Xiu Lei terlihat berlari ke arahnya dengan wajah agak panik, sedangkan Liu Bai juga menghampiri Xiu Lei yang datang dengan tergesa-gesa.
“Xiu Lei, ada apa?” tanya Liu Bai.
“Sekte Pedang Matahari diserang, itu adalah tanda kepada Bulan Emas untuk meminta bantuan!” kata Xiu Lei.
“Serangan malam? Tidak bisa, paman ku berada di sana, aku harus kesana,” kata Liu Bai.
“Apa yang kamu pikirkan? Sebaiknya kamu segera pergi dari Kota ini, aku akan melindungi pelarianmu!” kata Xiu Lei.
“Terima kasih atas niat baikmu, tapi aku harus kesana membantu Pedang Matahari melindungi pamanku, sampai berjumpa disana!” kata Liu Bai.
Tanpa menunggu jawaban Xiu Lei, Liu Bai mengeluarkan Pedang nya lalu melemparkannya ke udara setelah itu dia segera menaiki pedangnya dan terbang dengan kecepatan tinggi ke arah Sekte Pedang Matahari.
Xiu Lei terdiam dengan tubuh kaku melihat Liu Bai yang melesat meninggalkan dirinya seorang diri, dia terlihat tidak percaya melihat Liu Bai yang bisa menggunakan Pedang untuk terbang, dan cara seperti itu hanya mampu di lakukan oleh seseorang yang berada di Tahap Ahli.
“Tahap Ahli? Bagaimana bisa dia memiliki kemampuan itu?” Xiu Lei yang sempat syok akhirnya teringat dengan Fenomena yang beberapa bulan lalu menggetarkan Kota Yan, “Jangan-jangan Ahli baru di perbatasan saat itu adalah dia.”
Xiu Lei akhirnya percaya akan cerita yang Liu Bai sampaikan, walau dia tidak menyangka jika sebelumnya Liu Bai benar-benar tidak memiliki kemampuan apapun dan di anggap sampah kini memiliki kemampuan yang melampaui dirinya, “Padahal hanya beberapa bulan menghilang, bagaimana dia bisa mendapatkan kemampuan hingga ke Tahap Ahli secepat itu?” gumam Xiu Lei.
Sekarang pandangan Xiu Lei terhadap Liu Bai mulai berbeda, jika sebelumnya dia mengagumi Feng Hua dari Sembilan Pilar Bintang dan Luan Qiao dari Gunung Pedang Langit, karena keduanya adalah murid jenius yang segenerasi dengan dirinya, namun semuanya terpatahkan oleh Liu Bai yang mendadak menjadi seorang ahli di usianya yang hampir menginjak delapan belas tahun.
Xiu Lei segera berlari menuju ke Sekte Pedang Langit, andai Qi Mei Yin tidak tersegel, Xiu Lei pasti akan mengajaknya pergi membantu Sekte Pedang Matahari, sayangnya Mei Yin saat ini tidak bisa berbuat apa-apa sehingga Xiu Lei bergerak sendiri untuk membantu Li Hang serta Liu Bai.
***
“Ze Ling, kamu berani menyerang sekte ku?” tanya Xu Xixi dengan murka.
“Hem! Kenapa kamu tiba-tiba saja menanyakan hal seperti itu? Bukankah ini wajar mengingat hubungan kita yang menjadi musuh bebuyutan, hihihi!” jawab seorang pria berusia lima puluh tahunan mengenakan kain hitam dengan serta memiliki sayap buatan mirip kelelawar di belakang pakaiannya.
“Aku tahu, tapi kamu datang tidak sendirian, orang-orang itu seharusnya dari Organisasi Hantu bukan?”
“Matamu cukup jeli juga ternyata, kami memang datang bersama Organisasi Hantu untuk melenyapkan Pedang Matahari mu sekaligus membunuh orang yang dicari oleh mereka!” jawab Ze Ling seraya terkekeh.
Raut wajah Xu Xixi terlihat suram, dia melepaskan aura pedang yang dahsyat serta enam kaki energi cahaya juga muncul di belakang punggungnya, dengan kaki energi, tubuh Xu Xixi tergantung di udara dengan Aura perak yang menyebar menekan sebagian pertempuran.
“Sekte Kelelawar Darah, kalian telah berani mengetuk pintu sekte kami, jadi kalian akan tetap tinggal di sini bersama kami!”
Ze Ling juga melepaskan Aura Kematian nya dan dengan sayap kelelawarnya, enam jari energi hitam segera melesat ke udara dan tubuh Ze Ling juga ditangguhkan di udara, kini Xu Xixi dan Ze Ling saling berhadapan, setelah beberapa saat, keduanya melesat maju.
Xu Xixi dengan Pedang yang bercahaya terang, sedangkan Ze Ling dengan tangan kosong, namun ada semacam sarung tangan besi yang memiliki kuku tajam serta melepaskan aroma darah yang sangat menyengat.
Dentuman serta gelombang kejut mulai tercipta ketika kedua sosok berkemampuan Raja di langit saling beradu, namun semua itu tidak bisa menghentikan perang yang pecah antara anggota Pedang Matahari melawan gabungan Sekte Kelelawar Darah yang bekerja sama dengan Anggota Organisasi Hantu.
Disaat Xu Xixi dan Ze Ling masih saling bertukar serangan di langit, jauh di luar Sekte, empat sosok sedang mengamati pertempuran yang pecah, aura keempatnya sangat besar, belum lagi di belakang mereka masih ada lusinan sosok yang memiliki aura tidak biasa.
“Hantu kelima belas, dan ketujuh belas, Sekte Pedang Matahari hanya memiliki Tiga Raja, sedangkan kita memiliki lima Raja, jadi apa lagi yang kita tunggu?” tanya seorang wanita paruh baya berambut putih, jelas fisiknya tidak menutupi usia sepuh nya.
“Ratu Kelelawar Darah, aku sama sekali tidak mengkhawatirkan pemimpin Pedang Matahari dan satu Raja sisanya, lebih baik kita mengamati terlebih dahulu, karena mereka telah melepaskan panggilan, mungkin akan datang Raja lainnya yang akan membantu Pedang Matahari, kita tidak tahu sekuat apa bala bantuan yang akan datang,” jawab Hantu kelima belas.
“Apakah tidak sebaiknya kita bergerak cepat sebelum bantuan mereka datang, para ahli di belakang kita sudah tidak sabar ingin menghisap darah para ahli dari Pedang Matahari,” kata Ratu Kelelawar Darah.
Hantu kelima belas dan Hantu ketujuh belas menatap lusinan ahli di belakang mereka, terlihat jelas haus darah di wajah mereka yang sesekali menjilati bibir mereka ketika mencium aroma darah.
“Para ahli di pihak lawan juga belum keluar, bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kekuatan Pedang Matahari belum sepenuhnya dikerahkan?” kata Hantu ketujuh belas.
“Bagaimana menurutmu Ketua?” Ratu Kelelawar bertanya kepada sosok pria paruh baya yang mengenakan jubah merah, walau terlihat berusia empat puluh tahunan, namun Ratu Kelelawar Darah sangat menghormatinya, itu menandakan jika sosok tersebut memiliki posisi yang paling tinggi
“Dengarkan kata dari kedua Panglima Hantu, kita harus tetap mengikuti rencana, jika sampai rencana tidak sesuai, maka kita harus segera menarik seluruh anggota kita!”
“Ketua Raja Kelelawar Kematian lebih memahami situasinya, kalau begitu kenapa tidak kita kirimkan saja beberapa ahli untuk memeriahkan makanan darah kalian?” kata Hantu kelima belas.
Ratu Kelelawar Darah mendengus kesal, andai dia tidak takut dengan ancaman kedua Panglima Hantu tersebut, dia pasti tidak akan mau di perintah oleh mereka, namun masalahnya, Raja Kelelawar Kematian sangat patuh kepada kedua sosok yang seperti mayat hidup itu.
“Semua keputusan aku serahkan kepada mu saja Panglima!” jawab Raja Kelelawar Kematian.
“Kalau begitu, aku akan mengirim lima ahli dulu!” kata Hantu kelima belas lalu dengan lambaian tangannya lima sosok di belakangnya segera melesat dengan sayap kelelawar buatan mereka.
“Sebaiknya kamu juga ikut membantu!” kata Hantu kelima belas kepada Hantu ketujuh belas.
Hantu ketujuh belas terkekeh sebelum akhirnya empat bayangan tercipta, dan masing-masing bayangan memiliki kemampuan di tahap Ahli tingkat dua, sedangkan Hantu ketujuh belas sudah duduk bersila membiarkan keempat bayangannya ikut bergabung ke dalam pertempuran.
boleh dicoba