Kumpulan Kisah horor komedi, kisah nyata yang aku alami sendiri dan dari beberapa narasumber orang-orang terdekatku, semuanya aku rangkum dalam sebuah novel.
selamat membaca. Kritik dan saran silahkan tuliskan di kolom komentar. 😘😘😘😘😘😘
Lawor di mulai!!! 😈😈😈😈😈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Cerita Horor Saat Pramuka
Cerita Luluk Handayani
Hai Gaes, namaku Luluk Handayani. Teman sekelasnya si Siti dan kawan-kawan. Aku mau bercerita tentang sebuah kejadian yang tak manuk akal. Kisah ini terjadi ketika aku maen ke Balik Kambang. Kalian tau kan apa itu Balik Kambang? Ga tau? Astaga naga bin naga bonar jadi sembilan. Itu tuuh, pantai yang ada di selatan kota Malang. Masih ga tau? Cari di google map deh, pasti langsung tau dimana tempatnya. Ok, kita langsung saja ceritanya.
Nex
Pada suatu hari di hari perayaan Nyepi, aku dan keluargaku pergi ke Balik Kambang. Balik kambang merupakan sebuah pantai yang cukup indah, dan ada sebuah pulau kecil yang sedikit terpisah dari pulau Jawa. Tidak jauh sih, hanya beberapa puluh meter saja. Jalan menuju ke sana hanya bisa melalui jembatan gantung.
Di sana penduduknya mayoritas beragama Hindu, jadi mereka merayakan Nyepi. Nah, pada suatu hari aku sedang berada di sana saat ada festival penutupan Nyepi, banyak sekali Ogoh Ogoh yang di arak keliling kampung. Dan saat malam harinya, Ogoh Ogoh itu di bakar habis.
Keesokan harinya, ada sebuah ritual lerung saji. Ada tarian aneh, dan orang-orang memukul bibir pantai dengan bambu, lalu, ajaibnya, bibir pantai yang di pukul-pukul tadi tiba-tiba saja airnya surut. Cuma yang di pukul-pukul tadi, sekitarnya masih di ada airnya layaknya bibir pantai sebelum di pukuli. Setelah itu, barulah sesajen di hanyut kan ke pantai.
Ritual selesai, dan saatnya aku menikmati keindahan Pantai ini.
Inginnya sih begitu tapi.
"Kamu pakai baju hijau di pantai selatan?" Tanya nenekku pahlawanku yang bernama Mak Wati. Dia berkulit hitam, bertubuh tinggi kurus dan berambut sudah beruban sepenuhnya.
"Lha bawa nya cuma ini sih." Jawabku dengan acuh. Dia sedikit menyebalkan, suka ngegosip sana sini. Bahkan, anak cucu nya pun sering kali dia gosipin yang tidak-tidak. Makanya aku sedikit tidak senang kalau dia mengajakku berbicara.
"Ganti baju sana, cepat. Nanti kamu di culik Nyi Roro kidul."
"Nyi? Siapa? Sakit kidul? Apaan itu?"
"Nyi Roro Kidul bukan Nyi Loro Ngidul!!" Bentak Mak Wati.
"Dah ah. Apaan sih, hidup-hidup ku juga, ngapin suka ngatur? Suka-suka aku dong mau pakai baju warna apa." Dan aku pun pergi ke bibir pantai dimana tadi orang-orang memukulnya dengan bambu. Mak Wati terdengar mengumpat di belakangku. Aku masah bodoh, aku sekarang sudah terpesona dengan keajaiban yang baruan aku lihat.
Banyak sekali karang-karang yang beraneka warna, dan ikan-ikan kecil yang terperangkap di sisa genangan air laut. Walaupun aku suka dengan mereka, aku tidak ada niatan untuk mengambil mereka, biarlah mereka hidup dengan tenang di alamnya.
Lalu, aku terpesona dengan ombak besar yang ada di kejauhan, walaupun ada ombak besar, tapi ombak besar itu tidak sampai ke arahku. Aneh, benar-benar aneh, cuma di pukul-pukul dengan bambu, air laut bisa surut. Padahal, di kanan dan kirinya masih normal seperti layaknya pantai yang pada umumnya.
Aku berjalan menuju ombak itu tanpa ada rasa takut sedikitpun. Berjalan dan sesekali melompat dari karang ke karang yang lainnya. Sudah hampir seratus meter aku berjalan meninggalkan Mak Wati.
Entah ada apa tiba-tiba aku menoleh ke belakang. Aku melihat dia melambaikan tangannya kepadaku. Aku membalas lambaian tangannya. Ternyata, dia ada sisi baiknya juga, dia terlihat senang melihat keberanian ku menuju ke tengah-tengah laut yang sedang surut.
Aku berbalik lagi ke belakang, dan....
Ombak setinggi gunung menghempaskan tubuhku dengan keras ke karang. Dan, suasana menjadi gelap seketika.