Di jadikan istri kedua karena dendam, lalu apakah akan ada cinta yang menolongnya? Namun, sepertinya dendam Raka tidak berlaku bagi Krystal yang super tangguh dan genius.
Krystal di nikahi oleh suami Viona yaitu sahabat terbaiknya, tak mau terus menjadi istri ke dua, ia membuat kesepakatan bersama Raka suami tiraninya untuk di lepaskan setelah melahirkan.
Tak bisa di ganggu gugat, dan begitulah pilihan yang Krystal mantapkan untuk lari dari pernikahan yang perlahan menyesakkan dadanya.
Putri yang baru saja di lahirkan dia tinggal dengan nanar. Tiga bulan menyusui putrinya secara diam-diam sebelum akhirnya Krystal benar-benar pergi meninggalkan tanah air.
Bulan ke empat ia memiliki ASI, justru di berikan pada putra malang milik CEO tampan barunya, tempat di mana dia bekerja.
Enam tahun lamanya ia bisa bernapas lega bersama Hyun Ki di Korea sana, merawat Joon anak angkatnya.
Lalu bagaimana dengan nasib putri yang dia tinggalkan bersama suami dan istri pertama suami nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendengus...
Dalam lamunan Raka menatap wajah Krystal, dia mengingat kembali saat dirinya menolak ketulusan hati Krystal, bukan dengan cara memalukan seperti yang Raka lakukan pada Laura tapi Raka yakin itu lebih menyakitkan dari yang Laura rasakan.
Di kursi stadion lapangan basket sekolah elit Tunas Karya Bangsa, bertahun-tahun yang lalu, ...
Mengenakan seragam putih abu-abu Krystal mendekati Raka dengan rambut di kepang dua, kacamata ala mata minus juga tertancap di wajahnya.
Kala itu Raka mengenakan seragam basket, tengah mengikat tali sepatunya, keringat di tubuhnya bercucuran, namun masih terlihat sangat manis.
Hampir semua gadis di sekolah ini mengaguminya, dari yang adik kelas sampai yang kakak kelas.
Kelakuan sering membuli tapi tak pernah mendapat hukuman. Tak ayal, kala itu Raka memang murid terpopuler, tertampan dan terkaya di sekolahnya.
"Raka, ..." Krystal memanggil saat sudah berada di sisi pemuda tampan itu.
"Hmm." Raka menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada tali sepatunya "Ada apa? Viona sudah ke kelas." Katanya jutek.
"Aku mau bicara padamu. Aku mau mengatakan sesuatu padamu. Aku ingin mengucapkan. Aku, ..."
Raka menoleh saat membaca gelagat gagap Krystal, hal seperti ini sudah sering sekali dia alami tatkala para gadis ingin mengutarakan perasaannya "Kau mau mengatakan sesuatu padaku?" Tanyanya.
Krystal mengangguk "Iya."
Raka tersenyum, entah apa arti senyuman getir itu tapi Krystal juga membalas tersenyum.
"Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku tunggu kamu di taman komplek perumahan ku, kamu tahu kan tempatnya?" Tanya Raka.
"Tahu, jadi maksudnya, aku harus, …" Belum lagi selesai ucapan Krystal Raka sudah lebih dulu menimpali "Datang ke taman sore ini. Aku tunggu, jangan telat." Ujarnya seraya beranjak pergi dari tempat itu.
"Raka, ..." Kembali pemuda itu menoleh saat Krystal memanggilnya "Apa lagi?" Tanyanya.
"Gimana kalo aku menyukai mu, apa kau akan menolak ku?" Tanya Krystal.
"Datang saja, kau akan tahu jawabannya." Raka melanjutkan langkah keluar dari stadion.
Seketika senyum Krystal mengembang begitu impresif, akhirnya setelah sekian lama dia mengagumi Raka, akan ada kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya pada kakak kelas satu tingkat nya.
"Jadi Raka mau menunggu ku? Jadi dia tidak menolak ku seperti Laura?" Gumamnya tersenyum. Kembali Krystal berjalan keluar dari stadion masih dengan senyum manis di bibirnya.
Sepulangnya dari sekolah, Krystal bersiap memakai pakaian terbaik, berdandan secantik mungkin, kacamatanya dia tanggal kan, rambut dia urai indah, wajah aslinya masih sangat ranum, tapi kemudian suara ibunya memekakkan telinga.
"Krystal, jangan pakai pakaian seperti itu Nak." Krystal terperanjat, terjaga dari lamunannya, suara halusinasi yang mirip seperti almarhumah ibunda tercinta seolah tak setuju dengan rencana putrinya.
Krystal mendengus lirih seakan lelah di paksa menutupi jati dirinya, dia tidak nyaman dengan penampilan bodohnya "Mamah, kenapa aku tidak boleh menunjukkan bahwa aku sama seperti teman-teman ku? Kenapa aku harus menutupi wajah ku dengan kacamata ini?" Ujarnya cemberut.
Lagi Krystal memandang seksama wajahnya di cermin "Tapi aku yakin, Raka bisa menerima ku apa adanya." Gumamnya pasti.
Kembali Krystal berdandan seperti semula, sama seperti biasanya dia berpakaian, cupu, culun, kuno, begitulah penampilan Krystal saat itu.
Pertemuan itu terjadi, dan Krystal tersenyum mendekati Raka yang tengah asyik duduk di bangku taman bersama Viona.
Krystal membawa dua kotak makan yang berbeda warna, satunya biru dan yang satunya lagi berwarna pink.
Sengaja dia sisihkan uang jajan yang tidak seberapa dari pamannya, untuk membeli bahan kue dan membuatkan Raka cake khusus. Berharap hari ini akan menjadi hari tak terlupakan dalam sejarah.
"Raka, Vio." Sapa Krystal tersenyum.
Raka menoleh dingin, Krystal yang peka mulai merasakan perubahan sikap Raka tak sehangat siang tadi saat di stadion.
Viona menyengir "Krys, kamu juga di sini? Lihatlah, Raka melamar ku." Dia tunjukkan jemari-jemari lentiknya pada Krystal bersemangat. Rupanya ada cincin berlian yang tersemat di jati manisnya.
"Melamar?" Sahut Krystal terkesiap. Remuk menjadi bubuk, kepingan kasih sayang yang Krystal miliki teruntuk Raka seorang, beterbangan hingga tak bersisa rasanya.
Dulu mungkin Raka belum serius melamar Viona, tapi ini sangat menyakitkan bagi Krystal. Kenapa tidak mengatakan sebelumnya kalau memang dia menyukai Viona dan ingin menjadikan Viona kekasihnya.
Sudah pasti Krystal tidak perlu repot-repot menyiapkan kue hanya untuk mengungkapkan perasaan yang hanya berakhir dengan penolakan saja.
"Kamu bawa apa Krys?" Tanya Viona menyengir, memang begitulah sifat ramah gadis cantik itu.
"Krys!" Setelah lama bergeming Krystal terjaga "Kau bawa apa ke sini?" Ulang Viona dan Raka hanya tersenyum getir seperti menertawakan perasaan tulusnya.
Krystal yang tegar, tak mau menunjukkan kesakitan nya "Aku sengaja membuatkannya untuk mu dan Raka. Ambillah." Karena ada Viona, maka mau tidak mau Krystal memberikan semua kotaknya.
"Aku pamit." Krystal membalikkan badannya berjalan menjauh dari bangku taman tak perduli dengan suara Viona yang terus memanggilnya.
"Krys!" Rupanya Raka yang berhasil menghadang jalannya "Kau bilang mau mengatakan perasaan mu, katakan saja!" Tuntut nya.
Jelas Raka mau menunjukkan di mana levelnya berada, yah benar Raka memang lebih pantas untuk Viona, bukan untuknya.
"Aku hanya akan mengatakan satu kali padamu, aku ke sini hanya ingin mengatakan aku mau menjadi pacar mu bahkan istri mu, tapi kalau kau menolak ku, setidaknya tidak perlu kamu membuat drama murahan seperti ini, kamu terlalu kampungan!" Krystal menabrak satu lengan Raka yang saat itu masih sama tingginya.
Dari semenjak itu, Krystal tak pernah lagi berharap apa pun pada Raka bahkan setelah menjadi istri syah Raka.
Krystal yakin seyakin-yakinnya bahwa dirinya tidak di ciptakan untuk Raka. Masih banyak laki-laki baik yang perlu dia tunggu untuk menjadi jodoh sebenarnya. Anggap saja kali ini dia bertahan hanya untuk terbebas dari omong kosong ini.
"Raka, ..." Krystal menjentikkan jari tepat di depan mata suaminya "Hah?" Rupanya lamunan Raka telah sampai ke beberapa tahun silam.
"Ngapain kamu di sini?" Tanya Krystal seraya beranjak dari selimut tebalnya.
Raka mengedar pandangan, dia masih di kamar istri ke dua nya "Aku tidak bisa tidur, aku mau tidur di sini." Ucapnya.
Krystal manggut-manggut "Oh. Tidurlah, aku pindah ke sofa." Titahnya.
Raka mengernyit "Kenapa?" Tanyanya.
"Aku kan bilang, kita tidak perlu lagi berdekatan, Viona sudah sembuh, kita juga sudah beberapa kali melakukan itu, tunggu saja sampai bulan depan, kalau memang aku belum hamil, baru kita coba lagi." Sambung Krystal menerangkan.
Raka menggeleng protes "Jadi kau anggap aku apa?" Tanyanya.
"Maksud mu?" Sela Krystal.
"Aku masih Suamimu bukan?" Sergah Raka mengerut kening.
Krystal mengangguk "Kau suami ku, tapi hubungan kita terbatas. Sekarang pilihlah, kau tidur dengan Viona di kamar mu, atau di sini dan aku di sofa." Tawar nya.
Raka mendengus pelan, bisa apa dia kalau Krystal sudah berkata, asal tidak meminta di ceraikan Raka masih bisa menurutinya.
"Biar aku kembali ke kamar saja. Kau lanjutkan tidur mu." Raka beranjak dari posisinya, berjalan perlahan keluar dari kamar dan menutup pintunya.
Krystal menggeleng "Jadi kau ke sini hanya untuk kepentingan seksual mu saja!" Gumamnya.
...• • • • • • • • • • •...
...Bersambung... ...
K E R E N...