NovelToon NovelToon
Luka Marsya

Luka Marsya

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Beda Usia / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:577
Nilai: 5
Nama Author: Rainy_day

"kamu beneran sayang kan sama Kakak?"
"Iya kak" jawab Marsya
"Kalo gitu buktikan"
"Hah, gimana caranya?" Tanya Marsya kebingungan, bukankah selama ini Marsya sudah menunjukan rasa sayangnya itu padanya dari sikap, dan perhatiannya, apalagi yang kurang dari itu semua?
"Ayo kita lakukan itu" jawabnya sambil mengusap lembut pipi Marsya.
"Lakukan apa?" Tanya Marsya tidak mengerti dengan arah pembicaraan tunangannya itu.
"Berci*ta dengan Kakak."
"B-berci*ta? A-apa aku harus ngebuktiin dengan cara seperti itu?"
Tanya Marsya tergagap karena gugup dan sedikit takut mendengar pernyataan tunangannya.
"Ya, untuk membuktikan kalau kamu benar-benar sayang sama Kakak, kamu harus membuktikannya dengan cara memberikan apa yang selama ini kamu jaga"
Ucapnya merayu seraya terus mengelus pipi Marsya.
"T-tapi apa harus seperti itu? A-aku masih sekolah kalau kamu lupa, lagipula aku cuma mau ngasih itu ke suami aku nanti"
"Marsya sayang, jangan lupa, Kakak ini tunangan kamu, sekarang atau nanti sama saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Draft

Suara alam menjadi musik pagi ini, kicauan burung, kokok ayam jantan, dan gemericik air sungai kecil di kejauhan. Suasana di desa tempat tinggal Abah Lasmana terasa sangat damai dan menenangkan. Udara segar bercampur aroma embun pagi, rerumputan basah, dan bunga liar yang mekar. Kabut tipis masih menyelimuti area sekitar, memberikan kesan magis dan tenang.

Penduduk desa mungkin sudah mulai beraktivitas, seperti menimba air, memberi makan ternak, atau berjalan ke ladang. Anak-anak sering terlihat bermain di halaman, dan suasana kekeluargaan terasa hangat. Kehidupan bergerak perlahan namun penuh rasa syukur dan kebahagiaan sederhana.

Matahari perlahan muncul, memancarkan sinar keemasan yang sedikit menyilaukan gadis yang tertidur lelap di rumah panggung itu, Marsya mengerjapkan matanya perlahan.

"hooaammmm ugh" Marsya menutup mulutnya yang sedang menguap lebar, lalu merenggangkan tubuhnya yang pegal akibat tertidur di lantai bambu yang hanya beralaskan karpet tipis.

Kretek

kretek

"Beuh mantep" gumam Marsya mendengar suara tulang pinggangnya yang renyah.

"mhehehe" Kalingga terkekeh melihat tingkah kekasihnya yang menurutnya sangat konyol itu.

"lah, tumben kak jam segini udah bangun?" ucap Marsya kepada Kalingga, lalu ia melipat selimutnya.

"lah, tinggal kamu sendiri kok yang baru bangun" ucap Kalingga.

"loh, iya" Marsya mengedarkan pandangannya dan benar saja semua sudah terbangun dan sedang mengobrol, hanya dirinya saja yang baru bangun. Marsya gegas pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya serta menggosok gigi, setelah itu ia melangkah ke arah dapur, karena pasti Mama dan Adiknya sedang berada di dapur, membantu Mak Nur membuat sarapan.

Marsya mendudukkan dirinya di samping Oriza, yang seperti biasa, dia sedang meminum susu coklat.

"Ri, kenapa gak bangunin Kakak si, malu banget, yang lain udah pada bangun, Kakak doang yang masih tidur, kalo tadi pas Kakak tidur terus kentut, atau tidurnya mangap, atau ngiler, trus ngorok gimana, anjritt malu bangett" ucap Marsya, ia mengusap wajahnya yang sudah memerah menahan malu dengan kedua tangannya.

"yeh, Riza udah bangunin Kakak dari tadi, emang Kakaknya aja kebo" ucap Oriza mengerucutkan bibirnya, membuat Marsya ingin mencomot bibir adiknya itu.

"hmmm, lagian tumben, jam segini udah pada bangun, biasanya belum pada bangun" ucap Marsya.

"yailah Kak, biasanya juga cuma selisih berapa menit doang kok, kebetulan aja emang Kakak duluan yang bangun, nah sekarang Kakak yang bangun lebih telat dari mereka" Marsya terdiam mendengar ucapan adiknya itu sambil berdecak pelan, ia sungguh merasa sangat malu.

"udah... Bantuin Mama sama Mak Nur nih, bawain sarapan ke depan" ucap Mama Wulan.

Marsya, Oriza, Mama Wulan, dan Mak Nur pun membawakan sarapan, lalu makan bersama.

"Kakak, sama adek mau ikut naik ga?" tanya Papa Erwin pada Marsya dan Oriza, setelah mereka selesai sarapan.

Marsya menggelengkan kepalanya, "nggak ah, Marsya mager" ucap Marsya.

"Riza mau" ucap Oriza

Papa Erwin menganggukan kepalanya, "Kakak bener nih gak akan ikut? Mama, sama Riza aja ikut, nanti Kakak sendirian di sini, emang gak bosen?" ucap Papa Erwin.

"enggak, kalo bosen ya jalan-jalan aja disini" ucap Marsya.

"yaudah kalo gitu" ucap Papa Erwin, setelah beristirahat sebentar, mereka pun mulai bersiap untuk mendaki ke Gunung Geulis.

"kamu beneran gak akan ikut naik sayang?" ucap Kalingga meraih helaian rambut panjang Marsya.

"dih apaan sih kak" Marsya merasakan panas di wajahnya saat mendengar Kalingga yang memanggilnya dengan sebutan sayang, "enggak, kalian aja yang naik, aku males" ucap Marsya.

"yaudah, aku naik ya" ucap Kalingga yang di angguki oleh Marsya.

*****

Papa Erwin benar, belum sampai tengah hari Marsya sudah merasa sangat bosan karena tidak ada yang menemaninya mengobrol, jadi ia memutuskan untuk berjalan-jalan saja di sekitar kediaman Abah Lasmana.

Marsya menyusuri jalan setapak, lalu di halaman rumah warga terdapat beberapa wanita dewasa seumuran dengan Mama Wulan sedang mengobrol, mungkin mereka sedang mengasuh anak-anak mereka karena Marsya juga melihat beberapa anak kecil berlarian sambil membawa es coklat, ia memberhentikan salah satu anak tersebut.

"haiii, dek, itu beli di mana?" ucap Marsya dengan senyum yang tersungging di bibirnya.

"oh teteh mau? Ini beli di warung itu tuh, di depan sana" ucap anak kecil itu sambil menunjukkan warung yang dia maksud.

"ohh, makasih ya dek" ucap Marsya.

"sama-sama teh" ucap anak kecil itu.

Marsya sedikit menganggukkan kepalanya pada ibu-ibu yang berada di sana, lalu ia melangkahkan kakinya menuju warung untuk membeli es coklat.

Setelahnya Marsya meninggalkan warung tersebut dan akan kembali ke kediaman Abah Lasmana.

Brumm brummm bruummm

Deru motor berhenti di samping Marsya yang sedang berjalan, membuat Marsya otomatis berhenti di tempatnya dan menoleh ke arah motor tersebut.

"hai Marsya, apa kabar?" dia adalah pemuda yang pernah memberikan pisang goreng pada Marsya.

"ohh haiiii ..." Marsya sedikit berfikir, ia lupa nama pemuda tersebut.

"Nara, namaku Nara, kamu lupa ya?" ucapnya tersenyum lembut.

"oh hai Naraaaa, kabar aku baik, maaf aku sedikit lupa nama kamu" ucap Marsya tersenyum lebar, ia senang karena ada yang mengajaknya mengobrol saat ini.

"gapapa, kamu mau kemana? Es kamu meleleh tuh" ucap Nara menunjuk ke arah es coklat milik Marsya.

"ah iyaa" Marsya cepat-cepat memakan es coklatnya membuat Nara tertawa.

"kamu mau kemana?" ucap Nara mengulang pertanyaannya kembali.

"ga kemana-mana, jalan-jalan aja, bosen, soalnya yang lain pada naik ke gunung" ucap Marsya.

"mau main ke rumah aku? Aku punya sepupu sepantaran kamu, barangkali kalian bisa akrab" ucap Nara.

"bolehhh ayok" ucap Marsya menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan mengikuti Nara yang melajukan motornya dengan pelan sambil menghabiskan es coklat miliknya. Nara mengajaknya untuk naik di boncengan motor miliknya, tetapi karena jaraknya sudah sangat dekat, Marsya lebih baik jalan kaki saja.

"assalamualaikum" ucap Nara, ia turun dari motornya lalu mengajak Marsya masuk ke dalam rumahnya.

"waalaikumsalam" ucap seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.

"Bu, kenalin ini Marsya, dia tamu di rumah Abah Lasmana" ucap Nara "Sya, ini Bu Amira, Ibu aku" sambungnya lagi memperkenalkan Marsya dengan Ibunya.

Marsya melihat Ibu Amira mengernyitkan keningnya, tetapi ia tetap mencium tangannya.

"tamunya Abah Lasmana, kok bisa kenal sama Nara?" ucap Ibu Amira, akhirnya ia menuturkan rasa herannya pada Marsya.

"iya Bu, mmmm waktu pertama saya datang ke rumah Abah Lasmana gak sengaja lihat Nara lagi makan pisang goreng, terus Nara kasih pisang goreng ke saya" ucap Marsya.

"ohh, yang waktu itu Nara bawa pisang goreng sekresek itu buat neng geulis ini ya? Bisa aja Nara" ucap Ibu Amira terkikik sambil menyenggol Nara dengan bahunya, Marsya tersipu saat di panggil Neng Geulis oleh Ibu Amira.

"ah Ibu mah" ucap Nara malu-malu kucing sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Siang itu Marsya bermain di rumah Nara, ia banyak mengobrol dan bercerita dengan Ibu Amira, ia juga berkenalan dengan Fahira, sepupu Nara yang seumuran dengannya.

1
miilieaa
nyicil segini yaa kak, nanti balek lagii/Drool/
Rainy_day: terimakasih ♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!