Arrkkhhh sakit! Tuan tolong lepaskan aku, aku mohon. Delisa Jenifer
Diam! Kau sekarang adalah istriku, dan aku berhak melakukan apapun terhadap dirimu. Bahkan sampai melenyapkan mu pun aku sanggup. Albert Halston Xanders
Delisa gadis cantik yang tiba-tiba di culik dan dipaksa menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal sama sekali.
Menjalani pernikahan dengan Tuan Muda yang kejam, membuat hari-hari Delisa seperti di neraka.
Mampukah Delisa bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampukah Delisa mengubah sosok Tuan Muda yang kejam menjadi pria yang baik?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malaikat Kecilku
🌷Ruang kerja Albert🌷
"Kau tidak boleh seperti ini Ferdi! Aku tidak suka kau mencampuri urusanku," ucap Albert saat sudah berada di dalam ruang kerjanya bersama dengan Ferdi.
"Kak Albert, sampai kapan kakak akan membencinya? Apa kau tidak ada rasa kasihan sedikit saja kepada wanita itu?"
"Kasihan? Untuk apa aku kasihan kepada anak dari seorang pembunuh. Apa orang tuanya dulu pernah merasa kasihan kepadaku, saat melenyapkan nyawa kedua orang tuaku?" Albert tersenyum devil menatap Ferdi.
Albert tidak habis pikir melihat Ferdi yang menyuruhnya untuk berbelas kasihan kepada anak dari pembunuh kedua orang tuanya. Hal itu sama sekali tidak ada di kamus hidup Albert, baginya NYAWA HARUS DI BAYAR DENGAN NYAWA. Kalimat itulah yang di pegang teguh oleh Albert.
"Ayolah kak, kau tidak bisa seperti ini terus-menerus. Kejadian itu sudah terjadi cukup lama, sampai kapan kau akan menyimpan dendam seperti ini? Dan apa kau yakin orang tuanya lah yang membunuh kedua orang tuamu?" Ferdi melayangkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat Albert terdiam kala mendengar kalimat terakhir Ferdi.
Albert menarik nafas dengan berat lalu menghembuskannya secara kasar. "Sampai aku puas menyiksanya!"
"Hahahaha ... kau bukan manusia kak tapi kau iblis yang berwujud manusia. Sungguh kau bukan Kak Albert yang ku kenal selama ini, sikapmu sangat berbeda jauh dengan dulu. Kak Albert bukan pria kejam sepertimu yang dengan mudah menyiksa seorang wanita bahkan tega menyakiti fisik dan batinnya," ungkap Ferdi mengeluarkan semua unek-uneknya yang sudah lama bersarang di benaknya.
"Keputusan ku sudah bulat kak, dan itu tidak bisa di ganggu gugat!" tegas Ferdi.
"Kenapa kau lakukan ini Ferdi, apa kau mencintai wanita itu hah?"
"Cinta atau tidak itu bukan urusanmu kak! Bagiku yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan Delisa dari pria iblis seperti mu," jawab Ferdi tegas, tak ada sedikitpun rasa takut saat dia melontarkan semua ucapannya kepada Albert.
"Ingat Kak Albert, cepat atau lambat aku akan membawa pergi Delisa dari istana neraka mu ini!" sambung Ferdi memperingati Albert.
"Jika kau berani langkahi dulu mayatku!" Albert menyeringai menatap Ferdi yang ada di hadapannya.
🌷🌷🌷
Seorang pria berjalan masuk ke dalam kamar mewahnya, pria itu adalah Albert. Kini dia duduk di sofa dengan membawa sebuah kotak kecil yang baru saja dia ambil di lemari.
Di bukanya kotak itu dan ternyata di dalam nya terdapat sebuah kalung liontin dengan gandul separuh hati dan jepit berwarna pink dengan bentuk strawberry. Seketika ingatannya kembali pada kejadian dimana dia bertemu dengan malaikat kecilnya.
FLASHBACK ON
Ada seorang anak yang berpakaian sekolah yang mungkin kira-kira berusia 11 tahun sedang berkumpul di sebuah gang, mereka tampak merundungi temannya.
Salah satu dari anak tersebut bahkan ada yang memukul kepala anak laki-laki tersebut, tak lain adalah Albert. Yah, dulu waktu kecil Albert sering sekali mendapatkan rundungan dari teman-temannya. Albert tidak mampu melawan karena dia tipe anak laki-laki yang baik dan juga pendiam. Membuat teman-temannya selalu memanfaatkan Albert yang lemah itu.
"Hei, cepat berikan uangmu!" ucap salah satu anak tersebut yang sudah ada di hadapan Albert.
"Tapi aku tidak punya uang," balas Albert yang kemudian kembali berjalan hendak meninggalkan anak tersebut.
"Hahahaha ... kau jangan berbohong. Kau anak orang kaya mana mungkin kau tidak punya uang." Mereka tertawa semua yang mendengar ucapan dari Albert.
"Aaakkhhh sakit, tolong lepaskan." pinta Albert menahan sakit kala teman nya yang tengah menarik telinganya. Dan tiba-tiba mendarat sebuah kerikil di punggung nya.
"Auuuuww," ringis anak tersebut, lalu berbalik melihat siapa yang berani melemparnya.
"Hei, gadis kecil apa yang kau lakukan hah?" bentak anak laki-laki itu yang bernama Rey.
"Kalau kakak menyakiti temanku, maka akan ku telpon polisi untuk menangkap kalian," kecam gadis itu sambil memegang gawai di tangan nya.
Gadis itu berucap tanpa ada rasa takut sedikitpun di hatinya, mengingat gadis itu umurnya yang masih di bawah Rey terpaut kurang lebih 2 tahun darinya.
"Cepat pergi, hus ... hus ...." usir Delisa sambil mengibaskan tangannya ke arah Rey.
Mendengar hal itu sontak Rey membelalakkan matanya, semua anak yang merundung Albert lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Sedangkan Albert hanya mematung melihat gadis itu yang sangat berani melawan Rey.
"Kalau jadi anak laki-laki itu harus pemberani. Jika ada yang melukaimu, maka balas lah dengan melukainya kembali jangan hanya diam saja seperti patung!" kata Delisa memperingati Albert agar tidak lemah jadi laki-laki.
Albert tersenyum mendengar setiap ucapan yang terlontar dari bibir tipis Delisa. "Makasih." Delisa mengangguk membalas ucapan Albert.
"Oh iya dimana rumahmu? Ayo aku akan mengantarmu pulang," ucap Delisa sambil melangkah dan menarik tangan Albert yang masih mematung menatap Delisa.
Albert kembali tersenyum sebab baru kali ini dia mendapat teman gadis, dan baru kali ini pula tangan nya di genggam oleh seorang gadis yang begitu imut menurutnya. Jujur Albert merasa nyaman akan hal itu, dia berharap bisa seperti ini lebih lama lagi.
"Malaikat kecilku," gumam Albert yang masih bisa di dengar oleh Delisa.
"Apa kak, kakak bicara apa?" tanya Delisa memberhentikan langkahnya.
"T-tidak ada, lupakan saja." kata Albert dengan bibir yang bergetar.
Mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya, hingga tanpa sengaja Delisa menginjak kulit pisang yang tergeletak di tengah jalan. Membuat Delisa terpeleset di atas aspal, dengan sigap Albert menolongnya.
"Auuuuww," ringis Delisa yang merasakan sakit di bokongnya, serta kakinya yang sedikit terkilir.
"Kenapa?" tanya Albert khawatir berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Delisa yang terduduk di atas aspal.
"Sudah lihat aku jatuh masih saja bertanya," kesal Delisa pada Albert.
"Sorry, mana yang sakit?" tanya Albert yang langsung mengecek bagian kaki Delisa.
"Ini," tunjuk Delisa pada pergelangan kakinya yang sakit. Dan reflek Albert memijit kaki Delisa dengan pelan.
"Sepertinya bukan kamu yang akan mengantarku pulang, tapi aku yang akan mengantarmu," ucap Albert di sela dia memijit kaki Delisa sambil menatap wajah imut Delisa yang kini telah membuat Albert salah tingkah.
"Ya, sepertinya begitu. Maaf ...." Delisa menundukkan kepalanya, merasa tidak enak kepada Albert yang telah berjanji mengantarnya pulang, tapi ternyata dia tidak bisa menepati janjinya.
"Untuk?" Albert mengerutkan keningnya masih belum paham apa yang di ucapkan Delisa barusan.
"Maaf karena aku tidak bisa mengantarmu," lirih Delisa.
"Tidak apa-apa, biar aku yang akan mengantarmu pulang," ucap Albert.
"Baiklah, kalau begitu tolong bantu aku ke ujung prapatan disana," tunjuk Delisa ke arah prapatan tersebut.
"Disana?"
"Ya, tolong ya kak karena sepertinya kakiku masih sakit belum bisa berjalan," pinta Delisa berharap Albert mau mengantarnya ke ujung prapatan yang dia tunjuk.
"Baiklah, sekarang ayo naiklah ke belakang. Aku akan mengantarmu," titah Albert yang sudah berjongkok di hadapan Delisa.
Delisa bersandar di pundak Albert dengan rasa nyaman yang menyelimuti dirinya. Albert tersenyum baru kali ini dia bisa merasakan hal yang seperti ini. Begitu juga dengan Delisa yang merasakan hal yang sama seperti Albert.
Di tengah perjalanan Albert membuka obrolan untuk memecah keheningan di antara mereka berdua.
"Makasih sudah menolongku tadi," ucap Albert.
"Sama-sama, hmmm jadi imbalan apa yang ku dapat setelah menyelamatkanmu?" canda Delisa.
"Jadi kau tidak ikhlas menolongku?" Jujur Albert sempat terkejut dengan ucapan Delisa barusan. Tapi hati kecilnya menampik segala rasa negatif pada Delisa.
"Hahahaha ... aku ikhlas kok, dan tenang saja aku hanya bercanda." Delisa tertawa renyah kala mendengar nada Albert yang seperti terkejut.
"Aku berjanji saat dewasa nanti, aku akan menikah denganmu," janji Albert dengan sungguh-sungguh.
"Hahahaha ... tapi aku tidak ingin menikah dengan pria lemah sepertimu," ejek Delisa.
"Kau tenang saja aku akan belajar bela diri. Dan setelah kita dewasa maka kita akan menikah." Albert mengulang kembali janjinya pada Delisa berusaha meyakinkan gadis tersebut.
"Oh iya, nama kakak siapa?" tanya Delisa.
"Aston," jawab Albert singkat.
"Nama yang bagus, tapi orangnya terlihat penakut dan lemah. Hahahaha ... ops sorry."
"Tidak apa-apa, kalau kamu siapa namamu?" tanya Albert.
"Namaku ...."
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Selalu kesel setiap baca ceritanya, karena kekejaman yang dilakukan Tuan muda Albert kepada Delisa.
Namun meski begitu, aku juga suka karakter Delisa nggak yang pasrah aja diperlakukan kejam, dan balik membalas/CoolGuy/
Berharap kelak Albert dapet balasannya karena menyia-nyiakan Delisa.
Nggak berharap mereka bersatu karena saking keselnya😭😭😭
Tapi kalau pun bersatu, perjuangan Albert bener-bener harus menemui banyak kesulitan seperti dia yang selalu menyulitkan Delisa🤭✌️❤️
Semangat terus untuk Kakak. Semangat nulisnya💪💪💪🥰🥰❤️❤️
Berharap bahwa Delisa dan Albert nggak bersatu.
Pun kalau bersatu, Albert harus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mendapatkan Delisa kembali🤭🤭
Tapi sebelum itu, balik lagi Albert harus bener-bener menyesal dan sampai nagis darah👍😁😂