Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. SMDH
Cha gue pamit dulu ya, bilangin juga nyokap bokap lo, bilangin juga makasih sama bokap lo tadi mau nganter jemput.
"Aman, Sha. Yaudah lo pulang aja—— Zam, hati-hati ya bawa teman sejati gue," Azzam terkekeh lalu mengangguk.
Gila ni Ocha manggil Azzam ga pakai embel-embel langsung panggil nama anjir.
"Apaan sih, Cha, kocak deh lo. Gue pulang dulu ni, jangan kangen ya."
"Lo kali yang kangen sama Azzam haha—" ejek Ocha bercanda.
Mampus gue, Ocha setan!
Kayesha membulatkan matanya sekaligus menatap Ocha tajam, ia langsung memukul kencang pundak Ocha sambil tertawa tawa garing.
"Haha bisa aja deh si b*ngs*t, ngarang mulu," Kayesha tersenyum kikuk kepada Azzam.
"Lah kan emang bener? Zam gue kasih tau nih ya, temen gue ini baper tau sama lo, dia curhat mulu sama gue di sekolah," Kayesha benar-benar rasanya malu, ia hanya bisa menatap Ocha tajam.
Pengen mati sumpah batin Kayesha.
"Haha anj**ng mana ada, lo tu emang jago banget ya ngarang cerita" Ocha tertawa ngakak, sedangkan Azzam tertawa kecil.
"Beneran gue Zam, tanya aja sama Kayesha, pasti sih dia ga mau ngaku, tapi gue berani sumpah—"
"Ocha! Stop! Lo ngomong sekali lagi, kita unfriend ya! — Mas Azzam, gausah dengerin Ocha ya? Dia ngarang, ayo kita pulang."
"Kalau beneran juga gapapa," yang membuat Kayesha lebih shock adalah, balasan Azzam yang ternyata menganggap serius meski sambil tertawa-tawa.
Deg deg deg.
"CIEEE ANJIR! Udah sana pulang kalian gue usir, jangan bucin dirumah gue!"
"Haha, iya makasih ya Cha jagain Kayesha. Yaudah ayo kita pulang."
Azzam dan Kayesha pun pergi keluar pagar rumah lalu masuk menuju mobil dan pergi dari sana on the way ke rumah mereka.
"Mas Azzam, jangan dengerin Ocha ya. Dia emang suka becanda kaya gitu."
"Bercanda?" Kayesha mengangguk.
"Maafin Ocha ya Mas Azzam, mana juga manggil nama kamu ga sopan."
Azzam lagi dan lagi terkekeh, "gapapa, santai aja, oh iya ngomong-ngomong yang tadi saya kira beneran haha, padahal saya juga serius."
Apa lagi ini ya Allah, please jangan bikin gue tambah baper sama nervous kaya gini...
"Hah maksudnya?"
"Gapapa, Kayesha. Kamu udah makan?" Azzam mengalihkan topik.
Kayesha tahu pasti Azzam sedang mengalihkan topik mereka, ia sedikit menjadi tak enak hati.
"Udah kok, Mas tadi pas habis nonton. Mas Azzam udah makan juga?"
"Udah pas habis sholat, oh iya gimana tadi filmya seru? Emang nonton film apa?"
"Munafik, Mas Azzam udah nonton juga?"
"Belum sih, saya ga tertarik sama film-film horror, saya lebih suka kaya genrenya thriller gitu. Tapi tadi kamu nonton Munafik seru?"
"Seru banget Mas, sebenarnya kalau hantu-hantunya itu ngga terlalu ada tapi kaya jin jin Islam gitu, serem banget deh pokoknya, Mas Azzam harus nonton deh pokoknya."
"Oalah gitu? Boleh deh nanti kalau saya ga sibuk, saya lama juga ga nonton film horror," Kayesha hanya mengangguk saja.
"Oh iya, Umi sama Abi jadi kerumah ya? Mau nginep kan?" Azzam mengangguk.
"Iya, nah itu juga yang mau saya omongin, Umi sama Abi kan nginep dirumah nanti, kan kamar di rumah cuma dua. Nanti gapapa ya, kamu tidur di kamar saya? Biar Umi sama Abi yang istirahat di kamar kamu."
Seneng tapi takut juga tapi mau ya Allah, batin Kayesha.
"Iya Mas Azzam gapapa, harusnya Mas Azzam yang gapapa kalaunya aku bobo di kamar mas Azzam?"
"Gapapa banget malahan, mau selamanya juga gapapa," Azzam tersenyum sambil melihat Kayesha.
"Ih apaan sih, Mas," Kayesha mencubit pinggang Azzam.
"Haha— sakit Kayesha," Azzam mengaduh sedikit tapi masih dengan tertawanya.
"Nanti gapapa biar saya yang tidur di ruang tamu, bisa aja di sofa pakai springbed yang tebel."
"Aduh jangan gitu, Mas, gapapa kok Mas Azzam tetap di kamar Mas Azzam sendiri, aku yang ga enak, nanti Umi sama Abi ngiranya aku ngusir atau apa gitu jadi Mas Azzam bobonya diluar."
"Jangan, kasian kamu, kamu kan biasanya tidur sendiri bilangnya sama saya."
Kayesha menggeleng cepat, "iya tau tapi gapapa Mas, kan buat malam ini aja kan aku bobonya di kamar Mas, asal Mas aja yang ga keberatan sama aku."
"Ga keberatan sama sekali, saya beneran juga ini kalau kamu mau selamanya tidur di kamar saya."
"Mas! Stop deh! Aku cubit nih!"
\~•\~
Setelah habis sholat Ashar bersama, Azzam dan Kayesha pun saling berbagi tugas untuk membersihkan rumah, seperti Kayesha yang menyapu, mengepel, mencuci piring dan merapikan barang-barang di atas meja. Berbeda dengan Azzam yang mengurus taman belakang, seperti mencabut rumput-rumput kecil, membuat tali panjang untuk jemuran baju, dan menyusun kursi-kursi di belakang yang belum disusun dari awal mereka pindah.
Sudah terlihat seperti ibu ibu dan bapak bapak bukan?
Kayesha yang melihat Azzam tengah berkeringat sambil membenarkan tali jemuran itu pun membuatkan sebuah teh untuk Azzam.
"Mas Azzam, minum dulu teh nya!" Teriak Kayesha.
Azzam mendatangi Kayesha, duduk disebelah Kayesha tak lupa meminum teh buatan Kayesha.
"Teh nya enak, kamu tau ya saya ga terlalu suka gula?"
"Hah emang iya? Teh nya hambar?"
"Iya, tapi saya suka teh yang ga terlalu manis kaya gini, makasih ya."
Kayesha cemberut, ekspresi nya berubah menjadi murung, ia memainkan ujung jarinya tak mau menatap Azzam.
Bilang aja teh buatan gue ga enak hambar, susah banget!
Kayesha berdiri dan pergi meninggalkan Azzam di teras belakang rumah. Azzam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia ada salah kah? Azzam buru-buru mencuci tangan dan kakinya ke kamar mandi, lalu menyusul Kayesha yang hendak pergi ke kamarnya lalu dicegat oleh Azzam.
"Kamu kenapa?" Azzam memegang tangan Kayesha.
"Gapapa."
Dasar cewek, untung sayang batin Azzam.
"Kamu capek? Lagi pms?" Kayesha menggeleng.
"Kasih tau saya kamu kenapa, kok tiba-tiba pergi gitu?"
Kayesha yang masih menunduk itu pun menjawab, "Mas Azzam bilang teh aku ga enak. Aku minta maaf."
Hah? Kapan ya Allah gue bilang gitu batin Azzam.
"Lah? Kapan? Saya ga bilang gitu, malahan saya bilang teh buatan kamu enak."
"Iya tapi kan kebalikan enak itu ga enak, Mas Azzam bilang kan teh buatan aku hambar, Mas Azzam suka, berarti kebalikannya Mas Azzam ga suka hambar dan teh aku ga enak kan?"
Ga paham sumpah, kocak juga ini cewe haha gemes gue.
Azzam tertawa, baru kali ini Kayesha melihat Azzam tertawa lepas dihadapannya.
"Ga usah ketawa, ga ada yang lucu—"
Azzam mencubit pipi Kayesha gemas, "kamu yang lucu haha ya Allah. Kok kamu bisa berpikiran kaya gitu? Heran saya sama kamu."
Blush.
Pipi Kayesha memerah bak kepiting rebus, jantungnya berdetak tak normal. Ia tidak bisa menahan rasa salah tingkahnya itu, ia menunduk tak mau melihat Azzam nanti yang ada ia malah senyum-senyum.
"Dengerin saya ya Kayesha, saya ngga bercanda, saya emang ga terlalu suka teh yang manis, gini-gini saya juga takut diabetes, emang dari kecil saya gak suka manis. Makanya pas kamu bikinin saya teh saya suka soalnya saya ga perlu bilang harus kurangin gulanya karena menurut saya teh kamu udah pas buat saya minum," Kayesha yang juga ikut malu hanya ber oh-ria saja.
"Makanya ngomong," Kayesha sedikit tak mau kalah.
"Kan saya ngomong tadi, kamu yang nganggap saya bilang teh kamu ga enak gegara hambar."
Setelah Kayesha pikir-pikir ada benarnya juga, Azzam kan seorang dokter, mindset nya tentang dokter pasti akan menjaga pola makan dan minum agar tetap sehat.
"Saya suka yang manisnya alami."
"Maksudnya? Itu aku ga pakai pemanis buatan, pakai gula biasa itu," Kayesha salah tangkap omongan Azzam.
"Iya saya juga tau, maksud saya yang manisnya alami itu kayak kamu, kayak Kayesha ini."
Azzam melihat wajah Kayesha sedikit memerah dan seakan terdiam sejenak, ia melihat itu hanya bisa tertawa, ternyata menggombali dan mengajak Kayesha bercanda itu seru pikir Azzam.
"Stress," ketus Kayesha lalu masuk ke kamarnya.
Padahal di dalam kamar ia langsung tersenyum malu-malu bahkan hampir berteriak karena tidak sanggup dengan rasa salah tingkahnya itu.
Gila lo Zam, bikin gue gila! Gumam Kayesha.