Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Sebaiknya Mas Dodi segera pulang. Karena saat ini istrinya Mas sudah menunggu di depan rumah dengan cemas," bujuk Hendra.
Dodi mengusap wajahnya dengan kasar. Karena ingin menghindari Anissa, Dodi bahkan sampai melupakan istrinya yang sudah pasti begitu mengkhawatirkan dirinya. Dodi tersenyum kecut, kemudian menepuk pundak Hendra yang masih menatapnya.
"Kamu benar, Hendra. Sebaiknya aku pulang." Setelah mengucapkan hal itu, Dodi pun bergegas menuju mobilnya yang sedang terparkir di pinggir taman tersebut. Sementara Hendra masih terdiam di tempatnya berdiri dengan wajah bingung menatap Dodi.
"Sebenarnya apa yang terjadi sama Mas Dodi. Kenapa ia sampai menenangkan diri di tempat ini? Apakah ini ada hubungannya dengan Baby sitter yang akan merawat bayi mereka?" batin Hendra.
Setelah memasuki mobilnya, Dodi pun segera mengemudikan mobil tersebut menuju kediamannya. Begitu pula Hendra, tidak lama setelah Dodi meninggalkan tempat itu, ia pun segera kembali ke rumahnya.
Sementara itu.
Arini masih berdiri di depan rumahnya dengan wajah cemas. Namun, seketika kecemasannya hilang setelah melihat mobil milik Dodi dari kejauhan. Ia tersenyum puas sambil berkali-kali mengucap syukur karena akhirnya lelaki itu sudah kembali.
"Ya, Tuhan. Terima kasih karena suamiku baik-baik saja," gumamnya.
Arini melebarkan senyumnya ketika mobil yang dikemudikan oleh Dodi masuk ke dalam pekarangan rumah. Dengan tergesa-gesa, wanita itu menghampiri mobil sang suami yang kini sudah terparkir rapi.
Dodi menghembuskan napas panjang. Senyuman hangat yang dilemparkan oleh Arini kepadanya, berhasil membuat dirinya sedikit lebih tenang. Ia keluar dari mobil kemudian berdiri di hadapan istrinya itu.
"Mas Dodi, syukurlah kamu sudah pulang. Aku sangat mengkhawatirkan kamu, Mas. Aku takut terjadi sesuatu kepadamu," tutur Arini dengan mata berkaca-kaca menatap Dodi yang kini berdiri di hadapannya.
Dodi tersenyum getir sembari merangkul pundak Arini dan mengajaknya untuk memasuki rumah minimalis mereka. "Maafkan Mas karena sudah membuatmu khawatir. Kamu tidak usah cemas, Mas baik-baik saja, kok."
"Tapi kenapa ponsel Mas tidak aktif. Aku sudah berkali-kali mencoba menghubungi nomor ponselnya Mas, tetapi tidak bisa. Bukan hanya aku, Ibu pun sangat mencemaskan Mas," tutur Arini dengan wajah sendu.
"Ponsel Mas lowbat!" Dodi memperlihatkan ponselnya yang masih dalam kondisi off kepada Arini. "Tadi ada teman yang ngajakin Mas bersantai di taman yang ada kolam ikannya itu loh, Sayang. Mas tidak enak menolak dan akhirnya kami pun bersantai sejenak di tempat itu," lanjut Dodi.
"Oh." Arini mengangguk pelan. "Tapi lain kali jangan bikin kami cemas seperti ini ya, Mas. Mas bisa kasih kabar, pinjam ponsel temannya, kek," tutur Arini sembari kasih saran kepada Dodi.
"Iya, lain kali Mas pasti kasih kabar. Maafkan Mas, ya!"
Arini yang selalu mempercayai kata-kata Dodi, tidak tahu bahwa suaminya itu tengah berbohong. Persis seperti kata pepatah, akan selalu tercipta sebuah kebohongan demi menutupi kebohongan lainnya.
"Oh ya, Mas. Kebetulan Anissa masih berada di sini. Jadi, Mas bisa berbincang-bincang bersama wanita itu soal gaji dan sebagainya," ucap Arini. Tiba-tiba saja ia teringat akan keberadaan Anissa yang masih berada di dalam kamarnya menemani si kecil Azkia.
"A-Anissa? Dia masih di sini?!" pekik Dodi. Wajah lelaki itu kembali memucat ketika nama Anissa disebutkan oleh Arini.
"Ya, Mas. Memangnya kenapa? Kok, ekspresi Mas Dodi seperti itu?" tanya Arini dengan wajah heran menatap Dodi.
Dodi kembali kelabakan ketika Arini mempertanyakan hal itu kepadanya. "Bu-bukan begitu, Sayang. Mas kira dia sudah pulang secara 'kan hari sudah mulai gelap," sahut Dodi.
"Belum, Mas. Tadi dia menemani Azkia yang sudah mulai mengantuk di kamar kita. Oh ya, Mas. Entah kenapa aku kasihan dengar cerita Anissa. Dia bilang bahwa saat ini ia tidak memiliki uang sepeser pun dan dia juga diusir dari kontrakannya," tutur Arini.
Dodi menghembuskan napas berat. "Ah, seandainya kamu tahu yang sebenarnya, Arini ...," batin Dodi.
Dengan langkah gontai Dodi mengikuti Arini yang menuntunnya menuju kamar mereka. Apa lagi saat ini ia tahu bahwa wanita itu sedang berada di kamar mereka.
Di dalam kamar, Anissa tampak begitu senang karena akhirnya ia dapat bertemu langsung dengan Dodi. Wanita itu berdiri di depan cermin rias milik Arini kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Tidak lupa, ia juga memoles bibirnya dengan lipstik milik Arini yang terletak di atas meja rias.
"Astaga! Sebenarnya wanita itu tidak pandai bersolek atau apa? Tidak ada kosmetik yang lebih bermerek apa?!" kesalnya sambil memperhatikan peralatan make up milik Arini yang terletak di atas meja tersebut.
Selang beberapa saat, terdengar suara drap langkah di luar ruangan. Anissa bergegas menghampiri si kecil Azkia yang sudah tertidur kemudian duduk di sampingnya. Beberapa detik berikutnya, pintu ruangan itu pun terbuka. Kini tampaklah Arini dan Dodi di ambang pintu sambil menyunggingkan senyuman hangat.
"Anissa, ini Mas Dodi. Suamiku," ucap Arini sembari memperkenalkan Dodi kepada Anissa.
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/