Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Terbawa suasana
Malam harinya Risma, Radit, Rafa dan Sabila makan malam di meja makan. Beberapa waktu lalu Radit membeli pecel ayam tidak jauh dari rumah mereka ,karena Risma tidak masak. Mereka makan dengan lahap kecuali Risma. Iya, bagaimana dia bisa lahap makan, sedangkan hatinya masih begitu sakit atas perlakuan kasar Radit.
"Ibu, kok makananya cuma dimakan sedikit...?" tanya Rafa.
"Ibu sudah kenyang sayang..." jawab Risma.
"Baru makan sedikit kok sudah kenyang sih Ris, ayo makan lagi, takutnya nanti kamu sakit..." ucap Radit sambil mengusap punggung Risma.
"Aku memang sudah sakit kok mas..." sahut Risma.
"Maaf..." ucap Radit pelan.
Tiba- tiba ponsel Radit berdering. Radit lalu menggambil ponsel di saku celananya.
"Ayah, kata ibu kalau lagi makan jangan pegang hape dulu. Nanti saja kalau sudah selesai makan terima telponnya..." ucap Sabila.
"Tapi ini nenek yang telpon sayang, takutnya ada hal penting. Ayah terima telpon dulu sebentar ya..." sahut Radit.
Radit lalu pergi ke ruang tamu untuk menerima telpon.
"Assalamualaikum Umi..." ucap Radit.
"Waalaikumsalam, Radit kamu di mana...?" tanya bu Ratna.
"Di rumah Mi, ada apa...?" tanya Radit.
"Kamu ke rumah Umi sekarang, dari tadi Eva ngeluh kepalanya pusing. Kayaknya dia masuk angin. Dia butuh kamu Dit. Umi sama Abah mau ke rumah Anggi, mau bantuin beres- beres di sana. Kasihan kan Eva nggak ada yang nemenin..." jawab bi Ratna.
"Sudah minum obat apa belum Eva Mi...?" tanya Radit.
"Nggak mau minum obat, dikeroki aja nggak mau, dia tiduran terus di kamar dari tadi, disuruh makan juga nggak mau. Sudah kamu cepat kamu ke sini, dia butuh kamu Radit. Kamu bujuk Eva supaya dia mau makan sama minum obat..." jawab bu Ratna.
"Iya Mi, aku segera ke situ. Tapi Umi sama Abah jangan pergi dulu sebelum aku datang ya. Kasihan Eva sendirian, nanti dia takut ..." ucap Radit.
"Iya..iya... Makanya kamu cepat ke sini..." sahut bu Ratna
"Iya Mi..."
Setelah menerima telpon dari bu Ratna ,Radit lalu kembali ke meja makan dan duduk di samping Risma.
"Ris, aku harus ke rumah Anggi sekarang. Kemungkinan aku nginap . Aku harus bantu - bantu di sana..." ucap Radit pada sang istri.
"Bantu apa...? Tadi siang juga kamu di sana nggak ngapa- ngapain kan mas, cuma duduk- duduk saja..." sahut Risma.
"Iya tapi kan malam ini aku harus bantu beres- beres di sana..." jawab Radit.
"Jadi ayah nggak tidur di rumah...?" tanya Sabila sedih.
"Enggak sayang, maaf ya, tapi besok pagi ayah pulang kok...." jawab Radit sambil mengusap kepala Sabila.
"Ayah berangkat lagi ke kota B kapan...?" tanya Rafa.
"Besok sore..." jawab Radit.
Rafa dan Sabila pun bertambah kecewa, belum hilang rasa cemburu mereka karena sang ayah memberikan hadiah ponsel buat Adam, sekarang mereka harus dikecewakan lagi karena kepulangan sang ayah kali ini tidak ada waktu buat mereka. Sang ayah justru lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah tante Anggi.
"Kan ayah besok pulang, nanti kita jalan- jalan ya..." ucap Radit.
"Benar ya ayah, besok ajak Sabila sama mas Rafa jalan- jalan..." ucap Sabila.
"Iya sayang..." jawab Radit sambil tersenyum pada kedua anaknya.
"Aku pergi dulu ya Ris..." ucap Radit mengusap pundak Risma. Risma pun hanya diam saja tanpa menyahut ucapan Radit.
****
Keesokan harinya pukul delapan pagi Rafa dan Sabila sudah mandi . Mereka sudah memakai baju rapi, karena mereka ingin jalan- jalan bersama sang ayah.
"Ibu, kok ayah belum pulang- pulang sih...?" tanya Sabila karena sudah tidak sabar setelah lebih dari satu jam menunggu.
"Iya bu, ayah gimana sih, kan tadi malam sudah janji mau ajak kita jalan- jalan..." sahut Rafa.
Risma menghela nafas panjang. Dia begitu kesal pada sang suami yang hingga jam sepuluh belum pulang juga. Risma lalu menelpon Radit. Tapi sudah berkali- kali ditelpon Radit tidak mengangkatnya.
"Kenapa nggak diangkat sih mas, kamu lagi ngapain...?" gumam Risma.
"Kenapa bu...? Ayah nggak bisa di telpon ya...?" tanya Rafa.
" Nggak diangkat..." jawab Risma.
Rafa dan Sabila pun cemberut karena di buat kecewa lagi oleh sang ayah.
"Mungkin ayah masih sibuk bantuin tante Anggi beres- beres..." ucap Risma pada kedua anaknya.
"Ya udah kita susul ayah aja ke rumah tante Anggi..." ujar Raka.
"Ade nggak mau.. Nanti di sana ketemu sama Mas Adam. Ade benci sama mas Adam...." Sabila kesal.
"Lho memangnya kenapa sayang...?" tanya Risma.
"Kemarin mas Adam marah- marahi ade gara- gara drone nya ada yang copot. Kan cuma copot aja bisa dipasang lagi, tapi mas Adam bentak- bentak Ade...." jawab Sabila sambil memanyunkan bibirnya.
"Iya bu, Adam itu nakal, ngomongnya juga kasar...." sahut Rafa.
Risma lalu mengusap kepala Sabila.
"Ya udah kalian main sama teman yang lain saja yang nggak nakal. Kalian nggak boleh ngikutin Adam bicara kasar. Itu nggak baik, nggak sopan namanya...." ucap Risma iya bu.
"Udah sana ganti saja bajunya pakai baju rumahan. Ayah mungkin pulangnya sore. Nggak usah sedih ya, gimana kalau besok pulang sekolah kita makan di rumah makan yang baru buka di dekat sekolah . Kata teman ibu makanan di sana enak- enak lho..." sambung Risma.
"Iya.. Mau bu..." sahut Rafa dan Sabila. Risma pun tersenyum.
"Ibu, Ade boleh main hape nggak...?" tanya Sabila.
"Boleh sayang, ini kan hari minggu..." jawab Risma.
"Asik...ayo mas Rafa kita ganti baju abis itu kita main hape bareng..." ucap Sabila sambil masuk ke kamar.
****
Sementara itu Radit masih berada di sebuah kamar di rumah bu Ratna bersama dengan Eva. Iya, tadi malam Eva demam dan juga sakit kepala. Sepertinya Eva masuk angin dan juga kecapekan. Tapi pagi ini dia sudah kembali sehat. Iya tentu saja sehat, semalaman Radit menemaninya memberikan pelukan hangat dan juga kasih sayang.
"Babby, kamu udah enakan...?" tanya Radit yang masih berada di bawah selimut bersama Eva.Sebenarnya mereka sudah bangun pagi tadi untuk sarapan.Tapi Eva masih mengeluh pusing jadi mereka kembali ke kamar tidur, karena Eva tidak mau jauh dari Radit. Entah mengapa Eva ingin terus di dekat Radit. Dia tidak mau ditinggal. Mau tidak mau Radit pun menemani Eva. Dia sampai lupa kalau hari ini punya janji akan mengajak Rafa dan Sabila jalan- jalan.
"Iya babby, kepalaku udah nggak pusing lagi..." jawab Eva sambil memeluk tubuh Radit.
"Kita keluar yuk..." ucap Radit.
"Nggak mauuu....aku mau kayak gini teruusss..." Eva mempererat pelukannya.
"Tumben dari kemarin kamu manja banget, kenapa...? Hem..?" tanya Radit lalu mengecup kening Eva.
"Memangnya nggak boleh manja sama suami sendiri...?" Eva memainkan jarinya di dada bidang Radit.
"Boleh dong, aku malah suka kalau kamu manja kayak gini. Aku jadi gemes pengin makan kamu...." jawab Radit.
"Makan aja..." sahut Eva.
"Beneran babby, boleh...?" tanya Radit. Eva mengangguk.
"Kamu udah nggak pusing kan...?" tanya Radit memastikan kalau Eva sudah sehat. Eva menggelengkan kepalanya.
Tanpa menunggu waktu lama lagi, Radit langsung memposisikan tubuhnya berada di atas Eva. Mereka pun melakukan melakukan penyatuan di siang hari yang terik. Karena jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Iya, mereka melakukannya dengan penuh gairah. Suara kenikmatan mereka berdua pun hingga terdengar ke luar kamar. Karena setahu mereka di rumah hanya ada mereka berdua saja jadi mereka bebas mengeluarkan suara k*n*km*tan sesuka hati. Pak Salim dan bu Ratna sedang ada di rumah Anggi. Sedangkan Akbar pagi tadi pergi bersama temannya.
Tanpa Radit dan Eva tahu, ternyata Akbar sudah pulang ke rumah. Saat Akbar hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum, tanpa sengaja Akbar mendengar suara aneh dari dalam kamar Radit.
Akbar yang penasaran pun menghampiri kamar Radit dan berdiri di depan pintu. Akbar menempelkan telinganya pada pintu kamar Radit.
"Apa yang sedang mereka lakukan...?" batin Akbar sambil mendengarkan d*sah*n yang membuat Akbar merinding bukan karena takut tapi karena sepertinya Akbar terbawa suasana, hingga benda miliknya di balik celananya mengeras.
Iya, Akbar bukan anak kecil lagi, umurnya sudah dua puluh tahun, dan sudah kuliah semeter enam, dia juga sudah punya pacar. Tentu saja dia paham dengan apa yang sedang terjadi di dalam sana antara Radit dan Eva walapun Akbar belum pernah melakukannya.
Rasa penasaran Akbar pun semakin besar. Selama ini dia dan pacarnya hanya pacaran biasa- biasa saja. Paling hanya pegangan tangan, dan cium kening saja. Tapi setelah Akbar mendengar d*s*han dari dalam kamar sang kakak ,Akbar jadi ingin tahu lebih, seperti apa sih berhubungan badan itu.
Akbar lalu berjalan mengendap- endap mengambil kursi meja makan. Lalu membawa kursi tersebut ke depan pintu kamar Radit. Akbar lalu naik ke kursi itu, dan mengintip apa yang sedang terjadi di dalam sana melalui ventilasi di atas pintu kamar Radit.
Mata Akbar membulat sempurna melihat pergulatan panas antara Radit dan Eva. Iya, memang baru kali ini Akbar melihat posisi sepasang suami istri yang sedang melakukan hubungan badan.
Akbar terus melihat ke arah dalam kamar melalui Ventilasi.Akbar kembali terbawa suasana. Dada Akbar naik turun, karena nafasnya tak beraturan. Dia menutup mulutnya agar dia tidak mengeluarkan suara. Dan tangan satunya lagi meremas benda miliknya sendiri yang sejak tadi mengeras.
Beberapa menit Akbar mengintip adegan panas itu hingga akhirnya dia mendengar desahan panjang dan cukup keras yang menandakan mereka sudah menggapai puncak ken*km*tan. Akbar melihat dengan jelas tubuh Radit terkulai lemas dia atas Eva yang sama - sama polos.
Setelah itu Akbar turun dari kursi dengan pelan - pelan agar tidak menimbulkan suara. Kemudian dia mengembalikan kursi itu lagi ke ruang makan. Akbar lalu masuk ke dalam kamar tidak jadi mengambil minum. Sampai di dalam kamar, nafas Akbar masih tak beraturan. Dadanya berdebar- debar seolah- olah dia lah yang telah melakukan adegan panas tersebut.
"Jadi seperti itu orang yang berhubungan badan... " gumam Akbar.
"Baru melihatnya saja aku sudah gemetaran seperti ini. Gimana kalau aku yang melakukannya..." ucap Akbar.
Akbar lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Di matanya terus terbayang- bayang adegan tadi. Akbar lalu membayangkan adegan itu bersama dengan Nadin pacaranya.
"Aahhhh... Kenapa pikiranku jadi ngeres begini sih..." ucap Akbar sambil meremas miliknya yang masih saja mengeras.
"Kenapa aku jadi kangen sama Nadin..." ucap Akbar.
Akbar lalu melakukan Video call dengan Nadin.
****
Sementara itu setelah melakukan adegan panas, Radit dan Eva tertidur pulas. Hingga pukul tiga sore mereka baru bangun.
"Hah...? sudah jam tiga sore....'' ucap Radit melihat jam baker di atas meja rias.
Radit lalu mengecek ponselnya. Dia melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari Risma. Iya, sejak tadi ponselnya sengaja di mode silent jadi Radit tidak tahu kalau ada yang menelponnya.
Dan Radit pun baru ingat jika hari ini dia ada janji mengajak anak- anak jalan- jalan.
"Oh my God...." Radit menepuk keningnya.
"Aku kan ada janji mau ajak Rafa dan Sabila jalan- jalan. Wah, gawat mereka pasti ngambek..." ucap Radit.
Radit lalu menelpon Risma, tapi hingga panggilan ke empat Risma tidak mengangkat telponnya.
"Kok nggak diangkat sih, ke mana dia..." ucap Radit.
"Ada apa babby...?" tanya Eva yang masih meringkuk di balik selimut.
"Babby, aku mau pulang sekarang ya, mau menemui Rafa sama Sabila..." ucap Radit.
"Mau menemui Rafa sama Sabila apa menemui mbak Risma...?" tanya Eva tiba- tiba cemburu.
"Aku punya janji sama anak- anak mau ngajak mereka jalan- jalan ke mall. Tapi aku lupa babby..." jawab Radit.
"Ya udah sana pulang, temui mereka, kasihan kan mereka dari kemarin dicuekin terus sama kamu. Nanti dikiranya aku yang nggak bolehi kamu buat kumpul sama anak dan istrimu..." ucap Eva.
"Ya nggak lah, kan tadi malam kamu nggak enak badan, udah kewajiban aku buat menjaga dan nemenin kamu...." Radit mengusap kepala Eva lalu mengecup keningnya.
"Kamu nggak papa aku tinggal...? Nanti abis maghrib aku ke sini lagi jemput kamu, kita kan harus kembali ke kota B malam ini...." tanya Radit.
"Iya nggak papa, kamu pulang aja sekarang, sekalian pamitan sama mereka..." jawab Eva.
"Ya udah aku siap- siap dulu..." Radit lalu memakai pakaiannya kembali. Setelah rapi Radit lalu pamitan pada Eva yang masih berbaring di balik selimut.
"Babby, aku pulang dulu ya, kamu istirahat saja kalau masih capek..." ucap Radit.
"Nggak ah, aku mau mandi...." jawab Eva lalu bangun.
"Mau ditemenin...?" tanya Radit sambil tersenyum genit.
"Ih, udah sana pulang..." Eva mendorong pelan dada Radit. Radit pun tertawa.
Radit lalu keluar dari kamar, bersama Eva. Radit pulang ke rumahnya sedangkan Eva pergi ke kamar mandi.
Di teras rumah Radit bertemu bu Ratna dan Pak Salim yang baru pulang dari rumah Anggi.
"Radit, gimana keadaan Eva....?" tanya bu Ratna.
"Eva baik- baik saja Umi, dia udah sehat kok. Oya Mi, Bah, Radit pulang dulu ya, nanti sore Radit ke sini lagi, jemput Eva..." ucap Radit.
"Kamu mau kembali ke kota B malam ini...?" tanya pak Salim.
"Iya bah, makanya Radit mau pulang dulu pamitan sama Risma dan anak- anak..." jawab Radit.
Setelah pamit dengan kedua orang tuanya Radit langsung pulang ke rumahnya dengan mengendarai mobilnya.
Bersambung...
"