Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Butiran pasir putih melayang, ikan-ikan menjauh berenang menjauh mencari tepat aman, rumput laut bergoyang-goyang seiring dengan kibasan ekor duyung. Odelia berenang dengan cepat menghindari renangan dari prajurit di belakangnya diikuti oleh Elliot serta prajurit duyung.
Menggunakan sihirnya Odelia membuat rumput laut tumbuh dengan sangat cepat dan menyerang prajurit duyung dibelakangnya. Rumput laut dengan ganas menarik ekor duyung prajurit melilit tubuhnya serta menutup mulutnya, Odelia berhasil terbebas dari kejaran prajurit itu segara melepar sihir yang sama ke arah Elliot serta sisa prajurit.
Dengan cepat rumput laut segera menarik anggota tubuh mereka, Elliot menggunakan pedangnya menebas lilitan rumput laut di ekornya, segera berenang menyusul Odelia dengan cepat.
Berhasil mengejar Odelia, Elliot mengunuskan pedangnya ke arah punggung Odelia. Menyadari adanya serangan dari belakangnya Odelia dengan cepat membalikkan tubuhnya dan menahan tebasan pedang menggunakan tombak dengan kedua tanganya.
Dentingan dua senjata tercipta, pasir-pasir putih berhamburan. Saling berhadapan, “Sejauh mana kau akan lari, Odelia” Elliot menekan pedangnya pada tombak Odelia.
“BUKAN URUSAN MU!”
“Oh.. memang luar biasa kualitas dari seorang putri kerjaan dengan darah murninya”
“Heum! Tentu saja dibandingkan wanita tersayang mu itu!”
“Jaga bicara mu itu! Bagaimanapun Gisele merupakan wanita yang sempurna dan lembut”
“Cikh!.. Lembut kata mu? Kalian memang pasangan yang sempurna! Pasangan yang penuh dengan AKAL BUSUK!!” Odelia segera mengibaskan ekornya ke tubuh Elliot segera menghindar.
Pertarungan antar pedang dan tombak terjadi, rumput-rumput laut merasakan akibat dari pertarungan mereka. Terbelah menjadi dua bahkan hancur menjadi beberapa bagian berakhir terapung terbawa arus laut.
Bertarung dengan intens Odelia berhasil mengimbangi Elliot, menjaga jarak satu sama lain. Odelia mewaspadai sekitanya, kilatan pedang muncul dari balik rumput laut, prajurit duyung dengan pedangnya menyerang Odelia secara mendadak merespon dengan cepat Odelia menggunakan tanganya sebagai pelindung.
Dinginya baja pedang menyayat lengan Odelia alian darah mengalir dan berjatuhan ke pasir pantai warna merah darah kontrak dengan putihnya pasir laut. Menggunakan tombaknya segara Odelia membalas serangan itu dengan menusuk ke arah dada prajurit di depanya.
Menahan rasa sakitnya Odelia kembali waspada, munculnya beberapa prajurit duyung yang bergabung dibelakang Elliot. “Hentikan keras kepala mu, Odelia!” Elliot berteriak. “Apa kata mu BERHENTI? Sampai mati pun aku tak sudi untuk jatuh kembali ke TANGAN BUSUK MU ITU!” Odelia membalas Elliot dengan umpatan.
“Bersiaplah untuk MATI ODELIAAAAAA!!!” Elliot mengarahkan pedang pada Odelia dengan tatapan mata yang tajam.
Sebuah anak panah melesat cepat ke arah Odelia, segera sihir perisai digunakan. Disusul dengan serangan sihir cahaya menekan perisai Odelia dua prajurit bergabung meluncurkan serangan sihir mereka pada Odelia.
Dengan tekanan dari gabungan sihir itu jaring-jaring retakan muncul di perisai Odelia, “Sebaiknya kau menyerah saja, Odelia. Tidak ada harapan untuk mu untuk melawan KU disaat ini” suara Elliot.
Retakan semakin meluas akhirnya sihir perisai Odelia hancur berkeping-keping, tubuh Odelia terhempas kebelakang. Terbentur di pasir laut, Odelia hingga memuntah darah dari mulutnya imbas dari serangan sihir cahaya tadi.
Tertunduk melihat darah berceceran dihadapannya penglihatan Odelia goyah untuk sesaat, mengangkat wajahnya kembali keatas “ODELIAAAAA!!!” Elliot mengunuskan pedangnya ke arah Odelia yang terluka.
Sebilah pedang dengan ujung berkilau dilautan, cahaya matahari menyilaukan dibelakangnya. Odelia melihat tebasan pedang semakin dekat ke arahnya.
“Aaaaaaaaaaa” Odelia membuka mata, keringat berjatuhan dari wajahnya. Cahaya orange menerangi wajah Odelia, melihat tangan dihadapanya Odelia menghela napas. Mengelap keringat di wajah menggunakan tangannya sambil melihat ruangan dimana ia berada, suara berlarian terdengar dibalik pintu.
Pintu dibuka dengan kencang, Penelope segera masuk dan menghampiri Odelia yang duduk di tempat tidur “CATH!” memeluk Odelia dengan kencang sambil menangis.
Terkejut atas pelukan itu, Odelia terdiam.
“Syukurlah Cath, akhirnya kamu sadar, hwaaaaaaaa”
“Tunggu kenapa kamu berteriak tadi! Apakah terjadi sesuatu”
“Tubuh mu baik-baik saja kan?”
“Apakah masih ada yang terluka dan belum terobati?”
“Atau sesuatu yang menakutkan menyerang mu?” dengan wajah khawatir Penelope segera memeriksa tubuh Odelia dengan cepat.
“Aku baik-baik saja” Odelia menjawab saat wajahnya di pegang oleh Penelope.
“Sungguh?” Penelope dengan berkaca-kaca.
Melihat wanita dihadapanya kembali akan menangis Odelia menggangukan kepalanya dengan kuat.
“Ya, aku sudah lebih baik”
“Hwaaaaaaaaaaaa!!” kembali Penelope menangis sambil memeluk Odelia.
“Pen, lebih baik turunlah dari sana Cath kesulitan bernapas karena berat oleh tubuh mu Pen. Lagi pula dia baru saja sadarkan diri” Davian menepuk pundak Penelope, Odelia melihat ke arah pria yang ikut memasuki ruangan ini bersama Penelope tadi.
Melepaskan pelukanya Penelope segera turun dari tempat tidur, Davian menggambil kursi kayu dibelakang untuk Penelope duduk disamping tempat tidur. Penelope duduk dikursi itu “Terimakasih, Davian” Davian tersenyum tipis.
“TUNGGU DULU!!” Penelope tersadar akan sesuatu
“Apa kau menyebutku BERAT tadi?” Penelope menghadap ke arah Davian sambil menyilangkan kedua tanganya.
“Tidak” Davian dengan tenang
“Tidak mungkin aku mendengarnya dengan jelas tadi!” Penelope yakin dengan apa yang ia dengar.
“Mungkin kamu salah dengar, Pen” Davian dengan santai.
Odelia melihat perkelahian mereka tersenyum tipis di bibirnya “Cathrine kamu sungguh beruntung” dalam hatinya.
BRUADKKKKKKKK!
Suara benturan dipintu terdengar, Adrian menahan tubuhnya yang menambrak pintu karena berlari dengan cepat untuk memasuki ruangan. Perkelahian Penelope dengan Adrian terhenti. Odelia serta Penelope dan Davian serentak melihat kerah Adrian dipintu.
“Ian! Apa kamu baik-baik saja?” Penelope berdiri.
Berjalan ke tempat tidur “Aku baik-baik saja, Maafkan aku telah mengejutkan kalian” .
“Jangan sampai terluka Ian. Ingat kondisi mu” Davian mengingatkan Adrian.
“Baiklah, Terimakasih” menatap Davian”.
“Bagaimana kondisinya saat ini?’ Davian menatap Odelia.
“Benar bagaiman kondisinya saat ini? Uahhhh aku Ian kau sungguh gila berlari dengan kecepatan seperti itu” Jamie mengatur napasnya saat memasuki ruangan diikuti oleh Ael dibelakangnya “Dokter akan segera kemari” Ael memberikan baki berisikian tempat minum dan beberapa gelas pada Davian.
Penelope segera menuangkan air pada gelas dan memberikanya pada Odelia “Minumlah dengan perlahan Cath, Kamu pasti sangat haus”
“Terimakasih, Penelope” Odelia menerima gelas dan meminumnya dengan perlahan.
Saat Odelia menghabiskan air digelas, suara ketukkan pintu terdengar dari luar. “Aku akan melihatnya” Ael keluar ruangan menuju pintu, kemudian kembali dengan seorang dokter “Dokter tiba”.
Dokter memeriksa Odelia, “Apa dia mengalami demam ?” tanya dokter sambil menyelesaikan pemeriksaanya “Ya sejak kemarin Cath demam dan tidak sadarkan diri, namun beberapa kali ia memuntah air tapi kembali menutup matanya sebelum kemudian tersadar beberapa saat yang lalu.
Bagaimana kondisinya Dokter?” Penelope menjelaskan dengan khawatir.
“Baguslah jika seperti itu. Air laut yang tertelan mungkin sudah keluar, namun karena hampir tenggelam dengan banyak pasien butuh lebih banyak beristirahat lagi sesekali beraktivitas ringan dengan berjalan baik untuk kondisi mu namun jangan beraktivitas berat sebelum kondisi mu benar-benar pulih” dokter menatap ke arah mereka.
“Baik dokter, kami akan menjaga dengan baik” Penelope
“Baiklah, untuk membantunya cepat membaik obat bisa kalian ambil setelah ini di klinik” dokter merapihkan perlengkapannya.
“Aku akan pergi bersama dokter untuk ” Jamie
“Terimakasih dokter” Penelope
“Hati-hati dijalan dokter” Adrian
“Jamie, perhatikan sekiar mu” Davian
“Sekali lagi, terimakasih banyak dokter” Ael bersalam dengan dokter sambil menyerah biaya pengobatan.
Jamie dan dokter berjalan keluar ruangan, “Ael, kau sungguh luar biasa dapat memanggil dokter keluar bangsawan kemari” Davian berbicara sambil meminum air gelas.
“Hanya seorang kenalan” Ael menurunkan tatapan matanya sambil tersenyum tipis diwajahnya. “Ya Ael, Terima kasih banyak” Adrian menepuk pundak Ael.
Ael menatap ke arah Adrian dan terseyum tipis, “Apa dokter keluarga bangsawan!” Penelope tidak percaya dengan apa yang ia dengar “Ael, biayanya pasti tidaklah sedikit”.
Semua orang diruangan itu menatap ke arah Ael, bahkan Odelia yang berasal dari dunia yang berbeda ikut menatapnya juga.
Ditatap oleh teman-teman dihadapnya Ael menghela napas.
“Ah.. itu bukan apa-apa, yang terpenting saat ini kondisi Cathrine”. Semua kembali mengalihkan padangannya menuju Odelia.
“Benar! Aku sampai melupakakan sesuatu. Cath, mengapa kamu berteriak saat tersadar tadi?” Penelope bertanya dengan khawatir sambil meraih tangan Odelia. “Apa terjati sesuatu yang buruk, Cath?” Adrian berdiri dibelakang kursi Penelope.
Menepuk-nepuk dengan lembut tangan Penelope yang memegang tanganya, Odelia menurunkan matanya menatap ke arah tangan dihadapnya
“Hanya mimpi buruk”.
Terdengar pertengkaran diluar ruangan, suara langkah kaki terdengar semakin dekat dua orang memasuki ruangan.
Seorang pria paruh baya memasuki ruangan sambil membawa keranjang roti ditanganya “Bagaimana kondisinya Ian, Jamie berkata Cath sudah sadarkan diri”.
Menerima keranjang itu “Cath sudah cukup baik hanya butuh beberapa hari lagi untuk beristirahat, Kakek”.
“Syukurlah, Maafkan aku baru mengunjungi mu ya Cath” senyuman hangat Laurent pada Odelia, “Tidak apa-apa tuan Laurent” Odelia menatap Laurent sambil tersenyum ringan.
“Silahkan duduk tuan Laurent” Penelope berdiri untuk memberikan kursi pada Laurent.
“Apa yang kamu lakukan Pen? Kemari kembalilah untuk duduk”
“Aku tidak setua itu untuk mengambil alih tempat duduk seorang gadis”
“Apa aku terlihat sangat tua Cath? Laurent bertanya pada Odelia sambil menyilangkan kedua tanganya.
“Tidak, anda terlihat sangat muda tuan Laurent”
“Dengarkan itu gadis kecil” Laurent sangat puas dengan jawaban Odelia dan mengacak-acak rambut Penelope yang menggembungkan kedua pipinya, semua orang diruangan itu tersenyum bahagia.
“Ah! Aku hampir melupakan bocah sialan itu! Kemana dia?” Laurent menoleh ke belakang, melihat ia tidak mengikutinya Laurent berjalan ke luar ruangan.
Kembali keruangan sambil menarik seseorang di balik dinding kamar “Kemarilah bocah sialan”.
Ditarik oleh kakeknya, Calix dengan enggan memasuki ruangan sambil membawa keranjang buah ditanganya. Menatap Odelia dengan perasan campur aduk “Bagaimana dengan kondisi mu Cath?” Calix bertanya dengan takut.
Odelia menatap tajam kerah Calix, Adrian melirik dengan tidak puas pada Calix yang berdiri di sampingnya serta Ael terkejut dimatanya dengan tatapan tajam Odelia pada Calix. Seketika udara ruangan berubah menjadi sunyi tidak ada satupun di antara mereka yang berbicara.