Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20. Pertemuan
"Kamu kemana aja, kenapa baru pulang? Sekarang kamu pergi dari sini, aku minta cerai, aku sudah tidak sudi hidup dengan kamu lagi dasar laki-laki tidak bertanggung jawab." Umpat Amira begitu marah pada suaminya.
Amira sudah memasukkan semua baju Firman kedalam koper, dan sekarang dia lemparkan ke arah Firman.
"Jelaskan pada ku, kemana uang tabungan kita, apa yang kamu belanjakan untuk selingkuhan mu?" Amira sangat marah pada Firman hingga dia minta cerai, Amira sudah tau kalau Firman selingkuh di belakangnya.
Firman yang baru pulang langsung di buat emosi oleh Amira, lelaki egois dan licik itu tidak suka kalau di bentak.
"Aku juga nggak sudi lagi hidup dengan kamu, dasar wanita mandul, banyak menuntut. Di luaran sana masih banyak wanita yang lebih baik dari kamu." Firman juga tidak tinggal diam, dia juga sangat marah dan emosi, apa lagi mendengar Amira marah-marah.
Amira yang mendengar Firman mengatakannya mandul, hatinya sakit seperti teriris pisau yang tajam, Amira sudah berhenti bekerja biar tidak kelelahan supaya dia bisa cepat hamil, namun semua itu belum tercapai, Amira tidak bisa berbuat apa-apa karena yang memberikannya bukanlah manusia tapi yang Maha pencipta, Amira sebagai manusia hanya bisa berusaha saja.
"Mas, kamu tega mengatai ku mandul, apa kurang nya aku selama ini, aku sudah tidak tahan lagi dengan mu, aku minta sekarang ceraikan aku!" Amira sangat sedih dan sakit hati pada Firman, mungkin Amira berfikir kalau bercerai itulah jalan terbaik untuknya dan Firman.
"Tanpa kamu minta pun aku akan pergi dari sini, mulai sekarang Amira Anastasia aku talak tiga kamu, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi." Firman langsung menceraikan Amira seperti permintaannya. Firman memang s sudah tidak mau lagi hidup dengan Amira, lagi pula apa yang dia harapkan lagi dari Amira, rumah yang selalu dia impikan menjadi miliknya ternyata itu adalah rumah Arsen, bukan rumah mertuanya.
Bagai ombak yang menghantam batu, begitulah yang dirasakan Amira saat ini, sakit, kecewa, sedih, semua ada pada wanita cantik itu. Di saat seperti ini Amira jadi teringat pada kedua orang tuanya, orang tua yang menjadi tempat dirinya bersandar, adik yang selalu menghibur dirinya di saat sedih dan sakit seperti saat ini.
Setelah menjatuhkan talak kepada Amira, Firman langsung mengambil koper yang sudah di isi pakaian oleh amira, kemudian dia bergegas pergi tanpa menoleh kepada Amira lagi.
Setelah Firman pergi menghilang dari hadapannya, Amir menangis sejadi-jadinya. Sekarang semua sudah berakhir, kini dia sudah menjadi janda dan hidup sendiri di rumah ini.
"Firman kurang ajar kamu, laki -laki tidak brengsek, aku menyesal menikah denganmu dulu." Amira henti-henti nya menangis, dia tidak menyangka rumah tangganya hanya sampai disini akhirnya.
Amira sangat menyesal telah mendengar suaminya dan menuruti apa perintah suaminya, sampai tega dia memfitnah adik kandung nya sendiri.
Di rumah sakit.
Mobil Arkan memasuki pekarangan rumah sakit, begitu juga dengan mobil arsen yang mengikuti mobil Arkan dari tadi sampai ke rumah sakit ini.
Arkan memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang telah di sediakan. Kemudian di samping mobil Arkan terparkir mobil Arsen. Kedua pri tampan itu keluar dari mobil dan menuju lobi rumah sakit.
Dua lelaki tampan itu jalan beriringan nampak seperti saudara kandung. Ketampanan keduanya tidak perlu di ragukan lagi hingga perawat dan keluarga pasien yang ada di rumah sakit tersebut terpesona melihat ketampanan dua lelaki itu.
Bisik-bisik dari para cewek jomblo terdengar di kedua telinga Arkan dan Arsen, bisik-bisik yang memuji dan mengidolakan tidak luput keluar dari mulut para suster dan par resepsionis.
Arkan yang mendengar celoteh, para cewek dia tersenyum tanpa melihat ke orang itu. Arkan dan Arsen terus berjalan tanpa mempedulikan celotehan siapa-siapa, keduanya terus melangkahkan kakinya hingga sampai di depan pintu kamar tempat Pak Handoko di rawat.
Arkan membuka pintu ruangan itu. Mama Ratih yang berada di dalam menoleh ke pintu yang terbuka, dia tersentak kaget saat melihat yang datang bukan hanya Arkan, tapi ada seorang lagi, laki-laki yang juga dia rindukan beberapa Minggu ini.
Arkan tidak memperhatikan gelagat Mama mertuanya yang tersentak melihat Arsen di belakangnya. Arkan hanya menelisik keseluruhan ruangan, matanya melihat kesana- kesini mencari sesuatu.
Mama Ratih yang menyadari kalau menantunya seperti mencari seseorang, Mama Ratih langsung memberi tahu.
"Senja ada di dalam toilet." Ucap Mama Ratih memberitahu Arkan supaya dia tidak melihat keseluruhan ruangan lagi.
Arkan menyengir, kemudian Arkan melangkah menghampiri Mama mertuanya, "Ma, ini makanan nya," Arkan menyodorkan Paper bag yang di bawanya ke Mama Ratih.
Mama Ratih langsung mengambil Paper bag yang di sodorkan oleh menantunya dan meletak kan di atas nakas yang ada di sisi ranjang pasien.
Kemudian Mama Ratih menoleh ke arah Arsen yang masih mematung di pintu.
Arsen hanya berdiri saja di dekat pintu, dia tidak berani mendekati Mama nya.
Mama Ratih yang melihat arsen hanya diam terpaku tidak bergeming sedikit pun. Mama Ratih memanggil Anak sulungnya itu.
"Nak, kenapa kamu hanya berdiri di situ.?apa kamu tidak mau menemui Papa mu? " tanya Mama Ratih pada Putranya itu. Jujur se kecewa apapun Mama Ratih, namun seorang Ibu tetap menyayangi Anak-anaknya dengan tulus hatinya.
Arsen yang mendengar Mamanya berkata seperti itu, dia langsung menghampiri Mamanya, Arsen langsung bersimpuh di kaki Mamanya. Arsen menangis memohon maaf pada wanita yang melahirkannya itu.
"Mama, maafkan aku ma, aku telah menyakiti hati Mama dan Papa." Arsen menangis di kaki Mamanya.
Mama Ratih meraih bahu Arsen, Nak apa yang kamu lakukan? ayo bangun jangan seperti ini!" Mama Ratih membangunkan Arsen yang sedang bersimpuh di kakinya,
Arsen menggeleng, dia tidak akan bangun sebelum Mamanya memaafkan nya. Sebenarnya Mama Ratih sudah memaafkan Putranya itu jauh-jauh hari sebelum Arsen meminta maaf padanya.
"Mama tidak marah sama kamu Nak, kalian semua Anak-anak kesayangan Mama, Mama mau kalian akur seperti dulu tidak saling membenci." Mama Ratih memeluk Putra sulungnya itu dengan kasih sayang.
Mama Ratih juga menangis, sama seperti Arsen, lelaki itu sudah dari tadi menangis tanpa peduli kalau di ruangan itu ada adik iparnya juga yaitu Arkan.
Tangisan Anak dan Mama itu membuat Pak Handoko terbangun dari tidurnya. Pak Handoko menatap heran kenapa Putranya berada di ruangan rawatnya.
Melihat Papanya sudah membuka mata, Arsen segera menghampiri Papanya itu, dia memeluk pria paruh baya itu dengan erat.
"Pa, maafkan Arsen Pa, Arsen menyesal, telah mengusir Senja dan membuat Papa dan Mama pergi dari rumah, Arsen minta maaf Pa, maafkan Arsen Pa." Arsen masih menangis seperti tadi saat memohon maaf pada Mamanya.
Pak Handoko menepuk-nepuk pundak Anaknya itu.
"Papa udah memaafkan mu sebelum kamu memintanya. Kalian semua Anak-anak kebanggaan Papa." Ucap Pak Handoko masih memeluk Putranya itu.
Senja yang baru saja keluar dari toilet, dia pun terpaku saat melihat Kakak nya berada di ruangan yang sama dengannya. Senja melihat ke arah suaminya yang berdiri tidak jauh dari nya. Arkan yang merasa istrinya itu menatapnya seperti meminta penjelasan, dia pun mengangguk.
Arsen yang menyadari adik nya berdiri disana seperti orang bingung, dia langsung menghampiri dan memeluk adiknya itu.
"Senja, maaf kan Kakak, Kakak khilaf, Kakak salah telah mengusir mu. Kakak waktu itu emosi karena mendengar Mama menangis, maafkan Kakak." Arsen meminta maaf pada Senja yang masih di pelukannya itu.
Senja tidak mengatakan apapun, wanita cantik itu melirik suaminya meminta pendapat. Arkan mengangguk lagi seolah dia menyuruh Senja memaafkan Kakak iparnya itu.
Setelah mendapat persetujuan dari Arsen, Senja mulai membuka suara.
"Aku tidak apa-apa Kak, aku sudah memaafkan Kakak." Kakak tidak salah kok." Senja memang tidak marah pada Kakaknya itu.
"Terima kasih sudah memaafkan Kak, sekarang kakak lega karena sudah menemukan kalian, aku sudah beberapa hari ini mencari kalian semua." Ucap Arsen menceritakan tentang pencariannya hingga bertemu dengan Arkan di restoran tadi.
Setelah drama meminta maaf, kini keluarga itu melanjutkan makan siang, yang tertunda karena kehadiran Arsen.
Selesai makan siang semua duduk dan mengobrol, termasuk menceritakan tentang kecelakaan Pak Handoko hingga sampai melapor ke polisi.
Keluarga itu terlihat sudah sangat akrab seperti tidak pernah terjadi apa-apa termasuk Arkan dan Arsen sudah terlihat seperti teman yang sudah lama kenal. Terbukti dua lelaki itu kini sedang bercanda dan tertawa seolah di ruangan ini hanya ada mereka berdua saja.
Di saat semua orang di ruangan itu sedang bercengkrama, terdengarlah suara ketukan pintu dari luar.
Saat pintu di buka oleh Senja, nampak lah dua orang polisi berdiri di depan pintu.
Bersambung...